Liputan6.com, Jakarta Mom shaming adalah fenomena di mana seorang ibu dikritik atau dihakimi karena cara dia mengasuh anaknya. Hal ini bisa terjadi di berbagai tempat, baik di dunia nyata maupun di media sosial. Mom shaming sering kali menyebabkan tekanan emosional dan rasa tidak percaya diri bagi para ibu yang menjadi korbannya.
Mom shaming bisa datang dari siapa saja, termasuk keluarga, teman, atau bahkan orang asing. Kritikan yang dilontarkan biasanya menyangkut berbagai aspek pengasuhan, seperti cara memberi makan, pola tidur anak, hingga keputusan terkait pendidikan. Meskipun mungkin dimaksudkan untuk memberikan masukan, kritik ini sering kali disampaikan dengan cara yang merendahkan atau tidak konstruktif.
Advertisement
Baca Juga
Dampak mom shaming tidak bisa dianggap remeh, karena dapat mempengaruhi kesehatan mental ibu. Banyak ibu yang merasa stres, cemas, atau bahkan depresi akibat kritik yang mereka terima. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk lebih bijak dalam memberikan masukan dan mendukung sesama ibu dengan empati dan pengertian.
Berikut ini Liputan6.com ulas mengenai apa itu mom shaming beserta contoh dan dampaknya pada kesehatan ibu baru yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Rabu (3/7/2024).
Mengenal Mom Shaming
Health Collaborative Center (HCC) mengungkapkan bahwa 7 dari 10 ibu di Indonesia mengalami mom shaming, yaitu ucapan, kritik, dan sikap negatif yang mereka terima terkait pola asuh dan cara mengurus anak. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pelaku mom shaming justru dari lingkungan inti yaitu keluarga, kerabat, dan lingkungan tempat tinggal. Bahkan terkadang, kritik juga bisa datang dari komentar orang lain di media sosial.
Mom shaming adalah tindakan mengkritik atau mempermalukan seorang ibu karena cara dia membesarkan anaknya, yang sering kali disampaikan dengan cara yang tidak membangun. Akibatnya, kritik-kritik tersebut dapat berdampak negatif pada kesehatan fisik dan mental ibu, sehingga pada akhirnya memengaruhi pola pengasuhan ibu terhadap anaknya.
Mom shaming bukanlah kritik umum yang ditujukan kepada perempuan, melainkan secara spesifik kepada perempuan yang menjalani peran sebagai ibu. Tindakan ini menyoroti aspek-aspek pengasuhan yang dilakukan oleh ibu dan menghakimi keputusan-keputusan yang mereka buat dalam mengasuh anak. Dengan kata lain, mom shaming ditujukan pada perempuan yang berstatus sebagai ibu dan berfokus pada cara mereka menjalankan tanggung jawab sebagai pengasuh utama anak.
Kritik yang sering kali tidak membangun ini memberikan tekanan emosional yang besar kepada ibu, yang bisa mengakibatkan stres, kecemasan, dan penurunan kepercayaan diri. Dampak negatif ini tidak hanya memengaruhi kesehatan mental ibu, tetapi juga dapat memengaruhi bagaimana mereka berinteraksi dan merawat anak-anak mereka. Oleh karena itu, memahami dan mengatasi mom shaming menjadi penting untuk mendukung kesejahteraan ibu dan keluarga secara keseluruhan.
Advertisement
Contoh dari Mom Shaming
1. Mengomentari Pola Asuh Saat Memberi Makan Anak
Topik nutrisi dan makanan untuk anak sering kali menjadi bahan kritik yang paling umum. Banyak ibu menerima komentar mengenai seberapa sehat atau tidak sehat pola makan anak mereka, dengan beberapa ibu dikritik karena dianggap terlalu memanjakan anak mereka dengan makanan tertentu. Di sisi lain, ada ibu yang mendapatkan komentar negatif tentang metode pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI), seperti penerapan baby led weaning (BLW), yang dianggap tidak sesuai oleh sebagian orang.
2. Membandingkan Tumbuh Kembang Anak dengan Anak Lain
Setiap anak memiliki kecepatan dan pola perkembangan yang berbeda-beda, dan tidak seharusnya dibandingkan satu sama lain. Beberapa anak mungkin mencapai tonggak perkembangan lebih cepat, sementara yang lain membutuhkan waktu lebih lama untuk mencapainya. Mengomentari atau membandingkan perkembangan anak hanya akan menambah tekanan bagi ibu dan tidak memberikan manfaat apa pun bagi anak.
3. Mengkritik Pilihan Melahirkan
Pilihan metode melahirkan sering kali disesuaikan dengan kondisi kesehatan dan faktor personal setiap ibu. Baik memilih melahirkan secara normal, melalui operasi caesar, di rumah dengan bidan, atau di rumah sakit dengan dokter, semuanya adalah pilihan yang sah dan harus dihormati. Tidak ada orang lain yang berhak mengkritik atau merendahkan keputusan yang diambil oleh ibu berdasarkan apa yang terbaik untuk kesehatannya dan bayinya.
4. Berkomentar Tentang Pilihan Menyusui
Apa pun metode menyusui yang dipilih seorang ibu, baik itu menyusui langsung (direct breastfeeding), exclusive pumping, atau menggunakan susu formula, tidak ada orang lain yang berhak mengomentarinya. Setiap ibu memiliki alasan dan pertimbangan sendiri yang sering kali bersifat pribadi dan terkait dengan kondisi kesehatan atau kenyamanan mereka. Beberapa ibu mungkin mampu menyusui secara langsung, sementara yang lain mungkin harus memilih metode lain karena alasan medis atau pribadi tertentu.
5. Mengomentari Tubuh Ibu Maupun Bayi
Tidak jarang, perubahan tubuh ibu setelah melahirkan menjadi bahan komentar dari orang lain, baik itu karena dianggap terlalu gemuk atau terlalu kurus. Selain itu, beberapa ibu juga sering mendapatkan kritik tentang perkembangan fisik anak mereka, seperti dianggap terlalu kecil atau terlalu gemuk dibandingkan dengan anak-anak lainnya. Komentar-komentar semacam ini dapat sangat memengaruhi kepercayaan diri dan kesehatan mental ibu, serta mengabaikan kenyataan bahwa setiap tubuh ibu dan anak adalah unik dan berbeda.
6. Mempertanyakan Pilihan Pola Asuh
Pola asuh yang diterapkan oleh orangtua terhadap anak mereka bisa sangat bervariasi dan belum tentu berhasil bila diterapkan pada anak lain. Ada orangtua yang memilih untuk mendisiplinkan anak mereka dengan pengawasan ketat, sementara yang lain lebih memilih pendekatan yang lebih santai. Selain itu, beberapa orangtua mungkin memilih homeschooling untuk anak mereka, sementara yang lain lebih memilih jalur pendidikan formal.
7. Mengkritik Pilihan Menjadi Ibu Bekerja atau Ibu Rumah Tangga
Mengomentari pilihan seorang ibu untuk menjadi ibu bekerja atau ibu rumah tangga adalah bentuk mom shaming yang sering terdengar. Tidak ada satu pun yang berhak mengkritik keputusan ini karena setiap ibu memiliki alasan yang berbeda-beda dalam menentukan peran mereka, baik itu bekerja di luar rumah atau memilih untuk fokus pada rumah tangga. Kedua pilihan tersebut sama-sama valid dan merupakan bentuk pengabdian seorang ibu kepada keluarganya.
Dampak Mom Shaming
Dikutip dari laman Health Liputan6.com, mom shaming dapat menimbulkan berbagai dampak, seperti cemas, tidak percaya diri, produksi ASI berkurang lantaran ibu stres hingga berpengaruh pada kondisi kesehatan anak.
Selain itu, ibu yang mengalami mom shaming mulai menghindari interaksi sosial karena takut akan kritik lebih lanjut, yang dapat menyebabkan isolasi sosial. Bahkan kritik dari mom shaming dapat memicu konflik dalam hubungan dengan pasangan atau anggota keluarga lainnya, terutama jika ada perbedaan pendapat mengenai pola asuh.
Hal ini dalam jangka panjang akan membuat ibu ragu-ragu dalam mengambil keputusan penting terkait pengasuhan, karena mereka takut membuat kesalahan atau dikritik lebih lanjut. Sehingga berdampak juga pada anak secara fisik, emosional, maupun kognitif.
Advertisement