Hasil Pilkada DKI 2017: Perjalanan Politik Ibu Kota yang Paling Dramatis

Pada putaran kedua yang digelar pada 19 April 2017, hasil Pilkada DKI 2017 akhir mengejutkan banyak pihak.

oleh Mabruri Pudyas Salim diperbarui 17 Jul 2024, 19:25 WIB
Diterbitkan 17 Jul 2024, 19:25 WIB
Pilkada DKI 2017
Cagub dan Cawagub DKI Jakarta, Anies Baswedan-Sandiaga Uno memberi ketarangan di kantor DPP Gerindra, Ragunan, Jakarta, Rabu (19/4). Anies-Sandi datangi kantor DPP untul rayakan kemenangan hitung cepat suara Pilkada DKI. (Liputan6.com/Yoppy Renato)

Liputan6.com, Jakarta Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) merupakan salah satu tonggak penting dalam perjalanan demokrasi Indonesia. Sebagai negara dengan sistem demokrasi yang masih relatif muda, Indonesia terus berupaya menyempurnakan proses demokrasinya, dan Pilkada menjadi salah satu manifestasi nyata dari upaya tersebut. Pilkada tidak hanya sekadar ajang pemilihan pemimpin daerah, tetapi juga menjadi cerminan kedewasaan politik masyarakat dan kematangan sistem demokrasi di tingkat lokal.

Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2017 menjadi salah satu peristiwa politik paling menarik dan diperbincangkan dalam sejarah perpolitikan Indonesia modern. Diselenggarakan pada 15 Februari 2017 untuk putaran pertama dan 19 April 2017 untuk putaran kedua, Pilkada ini menarik perhatian tidak hanya warga Jakarta, tetapi juga seluruh masyarakat Indonesia.

Lalu bagaimana proses pemilihan dan hasil Pilkada 2017? Simak penjelasan selengkapnya berikut ini seperti yang telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Rabu (17/7/2024).

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Kandidat dan Visi Misi

Pilkada DKI 2017 diikuti oleh tiga pasangan calon gubernur dan wakil gubernur yang masing-masing membawa visi dan misi untuk memajukan Jakarta:

1. Ahok-Djarot

Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat Didukung oleh PDI Perjuangan, Partai Golkar, Partai Hanura, dan Partai Nasdem. Pasangan ini mengusung visi "Jakarta Baru" dengan fokus pada pembangunan infrastruktur dan perbaikan birokrasi. Ahok, yang sebelumnya menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, dikenal dengan gaya kepemimpinannya yang tegas dan berorientasi pada kinerja.

2. Anies-Sandi

Anies Baswedan dan Sandiaga Uno Diusung oleh Partai Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera. Anies-Sandi membawa visi "Kota untuk Semua" dengan penekanan pada keadilan sosial dan pemberdayaan ekonomi masyarakat. Anies, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, menggandeng Sandiaga Uno, seorang pengusaha sukses, untuk menawarkan perspektif baru dalam memimpin Jakarta.

3. Agus-Sylviana

Agus Harimurti Yudhoyono dan Sylviana Murni Didukung oleh Partai Demokrat, Partai Amanat Nasional, Partai Kebangkitan Bangsa, dan Partai Persatuan Pembangunan. Pasangan ini menawarkan visi "Jakarta Bermarwah" dengan fokus pada peningkatan kesejahteraan dan kualitas hidup warga Jakarta. Agus Yudhoyono, putra mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, menjadi warna baru dalam perpolitikan Jakarta.


Proses Pemilihan di Pilkada DKI 2017

20170210- Agus Harimurti Yudhoyono- Basuki Tjahaja Purnama- Djarot Saiful Hidayat-Pilkada DKI 2017- Faizal Fanani-0
Agus Harimurti Yudhoyono memberi penjelasan saat Debat Cagub DKI Jakarta putaran ketiga di Auditorium Birawa, Jakarta, Jumat (10/2). Debat ke-3 ini mengangkat tema masalah kependudukan dan peningkatan kualitas hidup masyarakat.(Liputan6.com/Faizal Fanani)

Proses Pilkada DKI 2017 berlangsung dalam beberapa tahap. Dimulai dengan masa kampanye yang diwarnai berbagai isu sosial dan politik, termasuk debat publik yang disiarkan secara nasional. Kampanye ini menjadi ajang bagi para kandidat untuk memaparkan visi, misi, dan program mereka kepada masyarakat Jakarta.

Debat publik yang diselenggarakan menjadi sorotan utama, di mana para kandidat saling adu argumen dan memaparkan solusi untuk berbagai permasalahan Jakarta, mulai dari kemacetan, banjir, hingga kesenjangan sosial. Debat ini tidak hanya menjadi sarana bagi masyarakat untuk mengenal lebih jauh para kandidat, tetapi juga menjadi indikator kualitas demokrasi Indonesia yang semakin matang.

Pada hari pemungutan suara, lebih dari 13.000 TPS dibuka untuk melayani lebih dari 7 juta pemilih terdaftar di Jakarta. Antusiasme masyarakat terlihat dari tingginya tingkat partisipasi pemilih, menunjukkan kesadaran politik yang semakin meningkat di kalangan warga Jakarta.


Hasil Pilkada DKI 2017 Putaran Pertama dan Kedua

Quick Count Pilkada DKI: Ahok dan Anies Dapat 40 Persen Suara
Inilah hasil quick count Pilkada DKI 2017 sementara. (Liputan6.com)

Putaran pertama Pilkada DKI 2017 menghasilkan perolehan suara sebagai berikut:

  1. Ahok-Djarot: 42,96%
  2. Anies-Sandi: 39,97%
  3. Agus-Sylviana: 17,06%

Karena tidak ada pasangan yang meraih lebih dari 50% suara, maka dua pasangan teratas melaju ke putaran kedua. Hasil ini cukup mengejutkan banyak pihak, mengingat elektabilitas Ahok-Djarot yang sebelumnya diprediksi akan menang dalam satu putaran.

Pada putaran kedua yang digelar pada 19 April 2017, hasil akhir kembali mengejutkan banyak pihak. Anies-Sandi berhasil unggul dengan perolehan 57,95% suara atau 3.240.057 suara, mengalahkan pasangan Ahok-Djarot yang memperoleh 42,05% suara. Kemenangan ini dianggap sebagai kejutan besar, mengingat posisi Ahok sebagai petahana dan dukungan dari partai-partai besar.


Dampak dan Tanggapan Publik

KPU Tetapkan Anies - Sandi Sebagai Pemenang Pilkada DKI 2017
Anies Baswedan dan Sandiaga Salahudin Uno menerima SK dari Ketua KPUD DKI Jakarta Sumarno di KPUD, Jakarta, Jumat (5/5). Penetapan dilakukan setelah keduanya memenangkan Pilgub DKI 2017. (Liputan6.com/Gempur M Surya)

Kemenangan Anies-Sandi dalam Pilkada DKI 2017 membawa dampak signifikan bagi perpolitikan Jakarta dan nasional. Beberapa poin penting:

  1. Perubahan arah kebijakan: Terpilihnya Anies-Sandi menandai perubahan arah kebijakan pembangunan Jakarta dari yang sebelumnya lebih fokus pada infrastruktur menjadi lebih menekankan pada aspek sosial dan ekonomi masyarakat.
  2. Dinamika politik nasional: Hasil Pilkada DKI 2017 dianggap sebagai barometer politik nasional dan memberikan dampak pada konstelasi politik menjelang Pemilu 2019. Kemenangan Anies-Sandi dilihat sebagai sinyal menguatnya oposisi terhadap pemerintahan Presiden Joko Widodo.
  3. Polarisasi masyarakat: Pilkada ini meninggalkan jejak polarisasi di masyarakat Jakarta yang perlu waktu untuk dipulihkan. Isu SARA yang muncul selama masa kampanye menjadi catatan penting dalam evaluasi proses demokrasi di Indonesia.
  4. Pengaruh media sosial: Pilkada DKI 2017 juga menunjukkan besarnya pengaruh media sosial dalam membentuk opini publik dan mempengaruhi preferensi pemilih. Fenomena ini menjadi pelajaran berharga bagi penyelenggaraan pemilu di era digital.

Tanggapan dari berbagai pihak beragam. Anies Baswedan dan Sandiaga Uno menyampaikan pesan persatuan dan mengajak semua pihak untuk bersama-sama membangun Jakarta. Mereka berjanji untuk menjadi pemimpin bagi seluruh warga Jakarta, termasuk mereka yang tidak memilihnya.

Sementara itu, Ahok-Djarot menerima kekalahan dengan lapang dada dan berjanji untuk tetap mendukung pembangunan Jakarta. Sikap ini mendapat apresiasi dari berbagai kalangan sebagai bentuk kedewasaan berdemokrasi.

Para analis politik menyoroti berbagai faktor yang mempengaruhi hasil Pilkada, termasuk isu SARA, strategi kampanye, dan dinamika politik nasional. Beberapa pengamat menekankan pentingnya evaluasi terhadap proses demokrasi untuk menghindari politisasi isu sensitif dalam pemilihan mendatang.


Pilkada Paling Dramatis

20170420-Ahok dan Anies Berjumpa di Balai Kota-Fanani
Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok bersama Anies Baswedan saat melakukan jumpa pers di Balai Kota DKI Jakarta, Kamis (20/4). Anies menemui Ahok di Balai Kota setelah unggul lewat h‎itungan cepat Pilkada DKI 2017. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Pilkada DKI 2017 akan selalu diingat sebagai salah satu pemilihan kepala daerah paling dramatis dan berpengaruh dalam sejarah Indonesia modern. Hasilnya tidak hanya menentukan arah pembangunan Jakarta untuk lima tahun ke depan, tetapi juga memberikan pelajaran berharga tentang dinamika demokrasi di Indonesia.

Pilkada ini menunjukkan bahwa demokrasi Indonesia terus berkembang dan menghadapi tantangan-tantangan baru. Isu-isu seperti penggunaan sentimen SARA dalam kampanye, peran media sosial dalam membentuk opini publik, dan polarisasi masyarakat menjadi pekerjaan rumah bagi seluruh elemen bangsa untuk terus memperbaiki kualitas demokrasi Indonesia.

Terlepas dari pro dan kontra yang menyertai prosesnya, Pilkada DKI 2017 telah menunjukkan kedewasaan demokrasi Indonesia. Tingginya partisipasi pemilih, lancarnya proses pemungutan suara, dan diterimanya hasil pemilihan oleh semua pihak menjadi indikator positif bagi perkembangan demokrasi di Indonesia.

Kini, tantangan bagi pemimpin terpilih dan seluruh warga Jakarta adalah untuk bersama-sama membangun ibu kota yang lebih baik, adil, dan sejahtera bagi semua. Sementara bagi Indonesia secara keseluruhan, Pilkada DKI 2017 menjadi pelajaran berharga dalam perjalanan memperkuat dan mematangkan sistem demokrasi bangsa.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya