3 Strategi Efektif Mengatasi Anak Temperamen dan Cara Menghadapinya, Bisa Diterapkan

Apakah Anda kerap merasa kewalahan saat berhadapan dengan anak yang mudah marah? Tenang, Anda tidak sendirian. Banyak orang tua yang menghadapi tantangan serupa.

oleh Ricka Milla Suatin diperbarui 02 Agu 2024, 10:38 WIB
Diterbitkan 02 Agu 2024, 10:38 WIB
Ibu dan anak
Ajaklah sang buah hati untuk mengungkapkan segala perasaan yang ada dalam dirinya, mengungkapkan apa yang ia inginkan, dan memberikan alasan yang mendasari keinginannya tersebut. (Gambar: Pexels/Yan Krukau)

Liputan6.com, Jakarta Anak-anak pada usia 2-3 tahun sering mengalami tantrum, dan hal ini bisa terus berlanjut hingga mereka lebih besar. Beberapa anak mungkin kehilangan kendali atas emosi mereka dalam situasi tertentu, sementara yang lain mungkin menghadapi kesulitan lebih besar ketika keinginan mereka tidak terpenuhi.

Mengatasi tantrum pada anak bisa menjadi tantangan tersendiri karena biasanya mereka sendiri tidak tahu dengan pasti apa yang mereka inginkan. Orangtua perlu tetap sabar dan bersikap positif saat menghadapi tantrum anak serta mengambil langkah-langkah yang tepat untuk meredakannya.

Berdasarkan informasi dari Nemours Kids Health, berikut adalah 3 cara untuk mengatasi tantrum anak yang dirangkum Liputan6.com dari fimela.com, Jumat (2/8/2024).

1. Bantu Anak Komunikasikan Keinginannya

Ibu dan anak
Anak-anak yang memiliki temperamen cenderung sulit untuk mengungkapkan perasaan yang sedang mereka alami. (Gambar: Pexels/Jep Gambardella)

Anak yang mengalami tantrum adalah anak yang belum mampu mengendalikan dirinya dengan baik untuk menghadapi rasa frustrasi dan amarahnya. Ketika anak sedang tantrum, Anda bisa membantunya mencari tahu apa yang menjadi penyebabnya. Jika diperlukan, berikan waktu sejenak agar ia bisa menenangkan diri atau ingatkan tentang peraturan yang ada.

Selalu ingatkan anak untuk berbicara dengan jelas dan tidak berbicara dengan ogah-ogahan atau tidak jelas. Ingatkan mereka untuk tidak berteriak, mengeluh, atau melempar barang, serta minta mereka untuk menarik napas panjang. Setelah anak tenang, tanyakan apa yang membuat mereka marah.

Langkah ini dapat membantu anak untuk mengungkapkan perasaannya melalui kata-kata dan mencari jalan keluar dari rasa frustrasinya. Namun, jangan memaksanya untuk berbicara sebelum ia benar-benar tenang. Mungkin mereka membutuhkan waktu untuk dapat membicarakannya, dan orangtua harus memberinya waktu yang cukup.

2. Dengarkan dan Beri Tanggapan yang Baik

Anak-anak bermain di taman
Ajaklah buah hati kita untuk melibatkan diri dalam kegiatan di luar ruangan agar tenaganya terkuras habis dalam hal-hal yang positif. (Gambar: Pexels/RDNE Stock project)

Ketika anak sudah mampu mengungkapkan apa yang ia rasakan, orangtua perlu mendengarkannya dengan penuh perhatian. Jika anak kesulitan menemukan kata-kata yang tepat untuk menggambarkan perasaannya, Anda bisa membantunya mencari kata-kata yang sesuai.

Biasanya, anak-anak akan merasa lebih tenang ketika ada seseorang yang mendengarkan dan memahami mereka. Namun, penting untuk mengingatkan anak bahwa perilaku buruk seperti tantrum bukanlah cara yang tepat untuk mengekspresikan emosi, meskipun sedang merasakan kemarahan yang meluap. Sampaikan bahwa semua masalah bisa dihadapi dengan cara yang baik, seperti mengungkapkan perasaan dengan jelas.

Jelaskan bahwa merasa marah adalah hal yang wajar, tetapi mengekspresikan amarah dengan berteriak atau melempar barang adalah tindakan yang tidak baik. Bantu anak untuk mengekspresikan diri dengan cara yang aman sambil mendengarkan cerita mereka.

3. Ciptakan dan Patuhi Aturan yang Ada

Anak dan Orangtua Membaca Buku
Perkenalkan mengenai dongeng legendaris yang sudah turun temurun untuk diketahui anak. (Foto: Freepik/ freepik)

Diskusikan peraturan yang berlaku dalam keluarga dan ekspektasi yang kita miliki terkait peraturan tersebut. Sampaikan secara jelas dan tegas mengenai apa yang diperbolehkan dan apa yang tidak, tanpa menggunakan ancaman terhadap anak.

Anak-anak akan lebih mudah memahami peraturan jika disampaikan dengan cara yang jelas dan sederhana. Dengan begitu, mereka akan mengerti batasan-batasan yang ada dan mampu menyampaikan keinginan mereka dengan baik.

Salah satu peraturan yang bisa ditekankan adalah larangan berteriak di dalam rumah; gunakan kata-kata yang jelas agar setiap orang dapat mengerti apa yang diinginkan.

Cara Menghindari Anak dari Sikap Temperamental

Ibu dan Anak
Orangtua bisa mengajarkan hal-hal positif dengan terus memberikan arahan yang mendorong si kecil. (Foto: Freepik/

1. Pastikan Anak Mendapatkan Tidur yang Cukup

Tidur adalah kunci utama dalam mempengaruhi sikap anak. Hubungan antara kurangnya istirahat dan perilaku anak mungkin tidak selalu terlihat jelas. Jika orang dewasa kurang tidur, mereka cenderung mudah marah atau merasa lelah. Namun, pada anak-anak, kurang tidur dapat menyebabkan perilaku yang lebih ekstrem.

2. Bantu Anak Mengenali dan Menyebutkan Emosi

Bantu anak untuk terbiasa mengungkapkan perasaannya beserta alasan di baliknya. Diskusi tentang apa yang mereka rasakan dapat membantu mereka menjadi lebih tenang. Berbicara dengan baik lebih bermanfaat daripada berdebat. Jangan lupa untuk memberikan apresiasi ketika anak berani membicarakan perasaannya dengan baik.

3. Ajak Anak untuk Aktif Bergerak

Aktivitas fisik bisa menjadi solusi bagi anak yang memiliki temperamen tinggi. Ajak mereka bermain di luar atau berolahraga sesuai minat mereka. Aktivitas seperti karate, gulat, lari, bermain badminton, hingga berenang dapat membantu mengontrol sikap anak agar tidak mudah tantrum. Aktivitas fisik ini juga membantu mereka mengurangi stres dan menghabiskan energi berlebih.

4. Berikan Apresiasi kepada Anak

Orang tua sering kali kesulitan menghadapi anak dengan emosi yang tidak stabil. Cobalah memberikan komentar positif tentang bagaimana mereka mengatasi situasi sulit. Usahakan untuk melihat sisi positif meskipun anak sedang mengalami tantrum. Dengan memberikan apresiasi, anak-anak akan lebih cenderung menggunakan cara tersebut untuk mengelola emosinya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya