4 Prinsip Stoikisme yang Dapat Membantu Anda Menghadapi Tantangan Hidup

Mencapai hidup yang damai dan tenang dengan memahami stoikisme secara mendalam!

oleh Mochamad Rizal Ahba Ohorella diperbarui 24 Sep 2024, 09:23 WIB
Diterbitkan 24 Sep 2024, 09:23 WIB
Hidup Stoikisme
gambar santai/hak cipta pexels/pixabay

Liputan6.com, Jakarta Apakah Sahabat sudah mengenal stoikisme? Filsafat ini merupakan ilmu yang menekankan pada pengendalian diri, kebijaksanaan dalam menghadapi berbagai situasi kehidupan, serta ketenangan pikiran. Intinya, dengan menerapkan prinsip-prinsip stoikisme dalam kehidupan sehari-hari, hidup dapat dijalani dengan lebih tenang dan minim drama.

Dengan lebih memusatkan perhatian pada diri sendiri dan tidak terlalu memikirkan pandangan orang lain terhadap hidup, ketenangan hidup yang diidamkan banyak orang bisa dicapai. Filsafat ini mengajak untuk hidup dengan kesadaran penuh, menghindari reaksi emosional yang berlebihan, dan lebih bijaksana dalam mengambil keputusan. Dengan demikian, seseorang bisa lebih siap menghadapi berbagai tantangan hidup tanpa merasa terbebani oleh tekanan eksternal.

Lantas, bagaimana cara menerapkan prinsip stoikisme ini dalam kehidupan sehari-hari? Yuk, simak ulasannya berikut ini! Dalam artikel ini, akan dibahas empat prinsip utama stoikisme yang dapat membantu menghadapi berbagai tantangan hidup. Dengan memahami dan menerapkan prinsip-prinsip ini, diharapkan hidup dapat dijalani dengan lebih tenang, bijaksana, dan penuh kendali diri, dihimpun Liputan6.com dari berbagai sumber, Selasa (24/9/2024).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


1. Fokus pada Tindakan yang Bisa Anda Kontrol

Hidup Stoikisme
gambar santai/hak cipta pexels/Andrea Piacquadio

Memusatkan perhatian pada tindakan yang berada di luar kendali hanya akan menyebabkan kelelahan dan stres. Dengan mempraktikkan stoikisme, fokus dapat diarahkan pada tindakan yang bisa dikendalikan, seperti pikiran, sikap, dan tindakan. Sebaliknya, tindakan yang berada di luar kendali, seperti situasi tak terduga dalam hidup atau opini orang lain, tidak layak mendapatkan energi untuk dipikirkan.

Sebagai contoh, jika cuaca buruk tidak bisa diubah, maka lebih baik fokus pada sesuatu yang bisa membuat tetap produktif atau mencari cara lain untuk menikmati hari tersebut. Manusia diberi akal untuk berpikir, dan saat itulah akal bisa digunakan untuk tidak membuang waktu pada tindakan yang berada di luar kendali dan memikirkan ide-ide lain yang lebih bermanfaat. 


2. Menerima Hidup Sebagaimana Adanya (Amor Fati)

Hidup Stoikisme
gambar santai/hak cipta pexels/Andrea Piacquadio

Stoikisme mengajarkan untuk menerima semua aspek yang hadir dalam kehidupan. Setiap elemen dalam hidup, baik itu positif maupun negatif, pasti memiliki manfaat tersendiri. Alih-alih mempertanyakan mengapa masalah tersebut muncul dalam hidup, terimalah kenyataan yang ada dan ambillah pelajaran dari peristiwa tersebut.

Sebagai manusia, alasan Tuhan memilih seseorang untuk menghadapi masalah tertentu mungkin tidak selalu jelas, namun bisa jadi hal itu membawa manfaat di masa depan. Anggaplah bahwa setiap tantangan adalah pelajaran yang membantu berkembang menjadi individu yang lebih baik dari sebelumnya.


3. Latih Diri untuk Menjaga Ketenangan Emosi (Ataraxia)

Hidup Stoikisme
gambar santai/hak cipta pexels/Kelvin Valerio

Para filsuf Stoikisme meyakini bahwa ketenangan mental atau batin adalah kunci dari kebahagiaan dalam hidup anda. Mengasah kemampuan untuk tidak bereaksi berlebihan atau mengekspresikan emosi secara ekstrim dalam situasi tak terduga hanya akan membuang-buang perasaan yang anda miliki. Situasi yang mengganggu dan memicu emosi sering kali sulit dikendalikan karena terjadi secara cepat atau datang tanpa diduga.

Oleh karena itu, penting untuk melatih diri dalam mengelola emosi dengan lebih baik. Misalnya, ketika menerima kritik, pandanglah kritik tersebut sebagai motivasi hidup yang dapat membantu kamu berkembang, tanpa disertai sikap defensif atau penolakan.


4. Ingatlah Kematian (Memento Mori) dan Utamakan Kebajikan (Areté)

Hidup Stoikisme
gambar relaksasi/hak cipta pexels/pixabay

Seseorang yang mengamalkan ajaran stoik akan selalu menyadari bahwa hidup pada akhirnya akan diakhiri oleh kematian. Oleh karena itu, mereka akan lebih sering menghargai makna sejati dari kehidupan, daripada menyia-nyiakan waktu untuk tindakan yang tidak berguna. Konsep "memento mori" mengingatkan anda bahwa hidup ini hanya sementara, sehingga anda harus berfokus untuk senantiasa melakukan kebajikan atau areté. Fokuslah pada tindakan yang benar-benar penting seperti bersikap jujur dan adil karena hal tersebut akan membawa kedamaian batin.

Itulah beberapa cara untuk menerapkan prinsip-prinsip stoikisme demi hidup yang lebih tenang. Dengan berfokus pada apa yang penting dan menjadi lebih bijak dalam menghadapi tantangan, kamu akan menuju kehidupan yang jauh lebih baik. Selamat mencoba!

Lanjutkan Membaca ↓

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya