POV Adalah Point of View, Sebuah Sudut Pandang dalam Karya Sastra dan Media Sosial

Apa itu POV dan bagaimana penggunaannya di media sosial serta karya sastra?

oleh Woro Anjar Verianty diperbarui 05 Okt 2024, 12:39 WIB
Diterbitkan 05 Okt 2024, 12:39 WIB
Ilustrasi membaca buku, cerita jenaka, tertawa
Ilustrasi membaca buku, cerita jenaka, tertawa. (Photo by Alan Zimmerman on Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta Dalam dunia digital yang terus berkembang, istilah-istilah baru seringkali muncul dan menjadi tren di kalangan pengguna media sosial. Salah satu istilah yang belakangan ini sering digunakan adalah POV. POV adalah singkatan dari Point of View, yang dalam bahasa Indonesia berarti sudut pandang. Penggunaan istilah POV adalah fenomena yang menarik untuk diamati, terutama karena cara penggunaannya yang unik di platform media sosial seperti TikTok, Instagram, dan Twitter.

Memahami apa itu POV adalah langkah penting dalam mengikuti tren komunikasi di media sosial. POV adalah cara kreator konten mengajak audiens untuk melihat situasi dari perspektif tertentu. Dalam konteks media sosial, POV adalah alat yang digunakan untuk menciptakan koneksi emosional antara pembuat konten dan penontonnya. Dengan menggunakan POV, kreator dapat membuat audiens merasa seolah-olah mereka berada dalam situasi yang digambarkan.

Meskipun penggunaan POV adalah tren yang relatif baru di media sosial, konsep ini sebenarnya telah lama dikenal dalam dunia sastra dan film. POV adalah elemen penting dalam storytelling yang mempengaruhi bagaimana sebuah cerita disampaikan dan diterima oleh pembaca atau penonton. 

Berikut ini telah Liputan6.com rangkum apa itu POV, bagaimana penggunaannya di media sosial, serta perbedaannya dengan penggunaan POV dalam karya sastra, pada Sabtu (5/10).

Pengertian POV dan Penggunaannya di Media Sosial

Ilustrasi belajar, membaca, buku
Ilustrasi belajar, membaca, buku. (Photo Copyright by Freepik)

POV, atau Point of View, adalah sudut pandang yang digunakan untuk menceritakan atau menggambarkan suatu situasi. Dalam konteks media sosial, POV adalah cara kreator konten mengajak audiens untuk melihat situasi dari perspektif tertentu. Penggunaan POV di media sosial telah menjadi tren yang populer, terutama di platform seperti TikTok.

Ketika seorang kreator menggunakan POV dalam kontennya, mereka biasanya menuliskan "POV:" diikuti dengan deskripsi situasi yang ingin mereka gambarkan. Misalnya, "POV: Kamu sedang menonton konser favorite band-mu sebelum pandemi." Dengan caption seperti ini, kreator mengajak penontonnya untuk membayangkan diri mereka dalam situasi tersebut.

Penggunaan POV di media sosial memiliki beberapa tujuan:

Menciptakan koneksi emosional: Dengan mengajak audiens untuk melihat dari sudut pandang tertentu, kreator dapat membuat kontennya lebih relatable dan emosional.

Storytelling yang lebih imersif: POV memungkinkan kreator untuk menceritakan kisah dengan cara yang lebih mendalam dan melibatkan audiens.

Kreativitas dalam pembuatan konten: POV membuka peluang bagi kreator untuk bermain-main dengan berbagai perspektif dan situasi, meningkatkan kreativitas dalam pembuatan konten.

Meningkatkan engagement: Konten yang menggunakan POV seringkali lebih menarik bagi audiens, mendorong mereka untuk berinteraksi dengan konten tersebut.

Jenis-jenis POV dalam Karya Sastra

Ilustrasi membaca buku, belajar tembang gambuh
Ilustrasi membaca buku, belajar tembang gambuh. (Photo created by snowing on www.freepik.com)

Sementara penggunaan POV di media sosial cenderung lebih bebas dan fleksibel, dalam dunia sastra, POV memiliki struktur yang lebih formal. Ada tiga jenis utama POV yang digunakan dalam karya sastra:

1. Sudut Pandang Orang Pertama (POV 1)

POV orang pertama menggunakan kata ganti "aku" atau "saya" sebagai narator cerita. Jenis POV ini membuat pembaca seolah-olah menjadi tokoh utama atau berada dalam pikiran tokoh utama.

Contoh penggunaan POV 1:

"Aku sudah merasa tenang dan aman di Wonokromo. Robert tak pernah kelihatan. Mama dan Annelies tak mengindahkannya. Walau begitu bukan berarti aku harus merasa telah menggantikan kedudukannya."

Kelebihan POV 1:

  • Menciptakan kedekatan antara pembaca dan tokoh utama
  • Memungkinkan eksplorasi mendalam terhadap pikiran dan perasaan tokoh
  • Efektif untuk cerita yang berfokus pada pengalaman personal

Kekurangan POV 1:

  • Terbatas pada perspektif satu karakter
  • Dapat terasa subjektif dan bias

2. Sudut Pandang Orang Kedua (POV 2)

POV orang kedua menggunakan kata ganti "kamu" atau "anda" untuk menceritakan kisah. Jenis POV ini jarang digunakan dalam novel, tetapi sering ditemui dalam artikel atau tulisan non-fiksi.

Contoh penggunaan POV 2:

"Kamu melihat jam tangan menunjukan pukul sebelas siang dan kini kamu bahkan belum sampai setengah perjalanan menuju Central Park. Masih ada banyak blok lagi yang harus ditempuh dengan kendaraan usang milikmu yang nampak sudah tak sanggup jalan lagi."

Kelebihan POV 2:

  • Menciptakan keterlibatan langsung pembaca dalam cerita
  • Efektif untuk tulisan instruksional atau self-help
  • Memberikan efek unik dan berbeda dalam storytelling

Kekurangan POV 2:

  • Dapat terasa kaku atau tidak alami jika tidak ditulis dengan baik
  • Sulit dipertahankan untuk cerita panjang

3. Sudut Pandang Orang Ketiga (POV 3)

POV orang ketiga menggunakan kata ganti "dia" atau nama karakter untuk menceritakan kisah. POV ini dibagi lagi menjadi dua jenis:

a. POV 3 Terbatas

Narator hanya mengetahui pikiran dan perasaan satu karakter, biasanya tokoh utama.

Contoh:

"Saat Natan masuk ke apartemen yang sudah dia tinggal pergi ke New York selama empat hari itu, Akbar sudah ada disana. Nonton berita bola di TV sambil makan keripik belut premium yang berhasil ia temukan, padahal seingat Natan, dia sudah menyembunyikan toples keripik itu di laci meja kerjanya di kamar."

b. POV 3 Serba Tahu

Narator mengetahui pikiran dan perasaan semua karakter dalam cerita.

Contoh:

"Gadis Parasayu, manajer humas di salah satu cabang Biocell Pharmacy Indonesia (BPI), mendapat posisi baru yang mengharuskannya pindah ke kantor pusat mereka di Jakarta. ... Troy Mardian, manajer senior marketing Dhemoticyl, sama sekali tidak menyukai si pendatang baru itu. Ia sangat yakin karir baru Gadis ini akan berakhir seperti para manajer humas sebelumnya yang mengundurkan diri dalam waktu singkat karena tidak bisa bekerja sama dengannya."

Kelebihan POV 3:

  • Fleksibilitas dalam menggambarkan berbagai karakter dan situasi
  • Memungkinkan narasi yang lebih objektif
  • Cocok untuk cerita dengan banyak karakter dan plot yang kompleks

Kekurangan POV 3:

  • Dapat membuat pembaca merasa kurang terhubung dengan karakter
  • Jika tidak ditulis dengan baik, dapat membingungkan pembaca

Perbedaan POV dalam Media Sosial dan Karya Sastra

Ilustrasi perpustakaan, membaca buku bersama, cerpen
Ilustrasi perpustakaan, membaca buku bersama, cerpen. (Photo Copyright by Freepik)

Meskipun menggunakan istilah yang sama, penggunaan POV di media sosial dan dalam karya sastra memiliki beberapa perbedaan signifikan:

  1. Struktur: POV di media sosial cenderung lebih bebas dan tidak terikat aturan formal, sementara dalam karya sastra, POV memiliki struktur dan aturan yang lebih ketat.
  2. Tujuan: Di media sosial, POV digunakan untuk menciptakan koneksi cepat dan engagement dengan audiens. Dalam karya sastra, POV adalah alat storytelling yang mempengaruhi keseluruhan narasi dan pengembangan karakter.
  3. Kompleksitas: POV di media sosial biasanya sederhana dan langsung, sementara dalam karya sastra, POV dapat sangat kompleks dan mempengaruhi berbagai aspek cerita.
  4. Durasi: POV di media sosial biasanya digunakan untuk konten singkat, sedangkan dalam karya sastra, POV dipertahankan sepanjang cerita.
  5. Interaksi: Di media sosial, audiens dapat langsung berinteraksi dengan konten POV, memberikan komentar atau membuat konten tandingan. Dalam karya sastra, interaksi pembaca dengan POV lebih bersifat internal dan reflektif.

Tips Menggunakan POV Efektif

Baik dalam media sosial maupun karya sastra, penggunaan POV yang efektif dapat meningkatkan kualitas konten atau cerita. Berikut beberapa tips untuk menggunakan POV secara efektif:

  1. Kenali audiens Anda: Pilih POV yang paling sesuai dengan audiens target Anda.
  2. Konsisten: Jaga konsistensi penggunaan POV sepanjang konten atau cerita Anda.
  3. Eksperimen: Jangan takut untuk mencoba berbagai jenis POV untuk menemukan yang paling cocok dengan gaya Anda.
  4. Perhatikan detail: Gunakan detail yang tepat untuk membuat POV Anda lebih hidup dan relatable.
  5. Latih empati: Cobalah untuk benar-benar memahami dan merasakan sudut pandang yang Anda gambarkan.
  6. Evaluasi: Selalu evaluasi efektivitas penggunaan POV Anda dan perbaiki jika perlu.

POV adalah alat yang powerful dalam storytelling, baik di media sosial maupun dalam karya sastra. Memahami berbagai jenis POV dan bagaimana menggunakannya secara efektif dapat membantu Anda menciptakan konten yang lebih menarik dan cerita yang lebih mendalam.

Di era digital ini, kemampuan untuk menggunakan POV secara efektif menjadi semakin penting. Baik Anda seorang kreator konten di media sosial, penulis, atau hanya seseorang yang ingin berkomunikasi lebih baik, pemahaman tentang POV dapat membantu Anda menyampaikan pesan dengan lebih impactful.

Ingatlah bahwa POV bukan hanya tentang teknik penulisan atau pembuatan konten, tetapi juga tentang bagaimana kita melihat dan memahami dunia dari berbagai perspektif. Dengan menguasai penggunaan POV, kita tidak hanya menjadi storyteller yang lebih baik, tetapi juga individu yang lebih empatik dan memahami kompleksitas pengalaman manusia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya