Rusia Rilis Vaksin Kanker Gratis Untuk 2025, Berbasis mRNA dan AI

Hasil uji praklinis vaksin kanker Rusia telah menunjukkan hasil yang menjanjikan.

oleh Woro Anjar Verianty diperbarui 19 Des 2024, 20:20 WIB
Diterbitkan 19 Des 2024, 20:20 WIB
Vaksin
Ilustrasi vaksin. (Sumber foto: Pexels.com)

Liputan6.com, Jakarta Perkembangan vaksin kanker telah mencapai babak baru seiring dengan pengumuman Rusia tentang keberhasilan mereka mengembangkan vaksin berbasis mRNA untuk pengobatan kanker. Terobosan ini menjadi harapan baru bagi jutaan penderita kanker di seluruh dunia, dimana vaksin kanker tersebut dijadwalkan akan diluncurkan pada awal tahun 2025.

Menurut laporan dari kantor berita TASS, vaksin kanker yang dikembangkan oleh tim peneliti Rusia ini telah menunjukkan hasil yang menjanjikan dalam uji praklinis, dengan kemampuan untuk menekan pertumbuhan tumor dan mengurangi potensi metastasis. Yang lebih menggembirakan, pemerintah Rusia berencana untuk mendistribusikan vaksin kanker ini secara gratis kepada pasien yang membutuhkan.

Kehadiran vaksin kanker ini semakin revolusioner dengan integrasi kecerdasan buatan dalam proses pembuatannya. Teknologi AI yang digunakan mampu mempercepat waktu komputasi untuk menciptakan vaksin yang dipersonalisasi, dari yang sebelumnya membutuhkan waktu berbulan-bulan menjadi hanya sekitar satu jam saja.

berikut ini telah Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber informasi lengkapnya, pada Kamis (19/12).

Mekanisme Kerja Vaksin mRNA untuk Kanker

Ilustrasi vaksin Covid-19 (unsplash)
Ilustrasi vaksin Covid-19 (unsplash)

Berbeda dengan vaksin konvensional yang menggunakan virus yang dilemahkan, vaksin mRNA bekerja dengan cara memberikan instruksi genetik yang memungkinkan sel-sel tubuh memproduksi protein kanker spesifik yang disebut antigen. Proses ini melatih sistem imun untuk mengenali dan membentuk antibodi terhadap protein tersebut.

Ketika antigen yang sama terdeteksi pada sel-sel tumor, sistem imun akan meluncurkan serangan terhadap mereka, menargetkan sel kanker secara spesifik. Yang membedakan vaksin mRNA untuk kanker dengan vaksin COVID-19 adalah fokusnya pada beberapa antigen yang ditemukan pada permukaan sel tumor, bukan hanya satu protein seperti pada virus corona.

Vaksin kanker ini bersifat personal, artinya disesuaikan dengan kondisi masing-masing pasien untuk melatih sistem imun mereka melawan kanker yang spesifik. Alexander Gintsburg, Direktur Pusat Penelitian Nasional Gamaleya untuk Epidemiologi dan Mikrobiologi, menjelaskan bahwa proses pembuatan vaksin yang dipersonalisasi ini sebelumnya membutuhkan waktu sekitar dua bulan.

"Sekarang membutuhkan waktu cukup lama untuk membuat [vaksin yang dipersonalisasi] karena komputasi menggunakan vaksin, atau mRNA yang disesuaikan, harus terlihat seperti menggunakan metode matriks, dalam istilah matematika," jelas Gintsburg dalam wawancara dengan TASS.

Integrasi AI dalam Pengembangan Vaksin

Terobosan signifikan dalam pengembangan vaksin kanker Rusia adalah penggunaan kecerdasan buatan untuk mempercepat proses pembuatan vaksin personal. Menurut Gintsburg, mereka telah melibatkan Institut Ivannikov yang akan mengandalkan AI dalam melakukan perhitungan matematis, khususnya komputasi jaringan saraf, dimana prosedur ini diharapkan hanya memakan waktu sekitar setengah jam hingga satu jam.

Penggunaan AI ini merupakan solusi untuk mengatasi kendala waktu dalam pembuatan vaksin yang dipersonalisasi. Sebelumnya, proses komputasi untuk menentukan bagaimana vaksin atau mRNA yang disesuaikan harus terlihat menggunakan metode matriks membutuhkan waktu yang cukup lama. Dengan bantuan jaringan neural, waktu yang dibutuhkan dapat dikurangi secara signifikan.

Integrasi AI juga memungkinkan analisis yang lebih tepat dari komponen tumor pasien untuk melatih sistem kekebalan tubuh dalam mengidentifikasi dan menyerang sel-sel kanker. Sistem ini membantu mengoptimalkan proses pengenalan protein unik atau antigen yang ditemukan pada permukaan sel kanker.

Kaprin, Direktur Jenderal Pusat Penelitian Medis Radiologi Kementerian Kesehatan Rusia, menekankan bahwa meskipun waktu pembuatan dapat dipercepat, biaya produksi vaksin ini tetap sekitar 300.000 rubel (USD 2.869) per dosis. Namun, pemerintah Rusia berkomitmen untuk mendistribusikannya secara gratis kepada warga negaranya.

Uji Klinis dan Efektivitas

Hasil uji praklinis vaksin kanker Rusia telah menunjukkan hasil yang menjanjikan. Alexander Gintsburg melaporkan bahwa vaksin tersebut berhasil menekan perkembangan tumor dan potensi metastasis. Temuan ini menjadi landasan penting untuk peluncuran vaksin yang direncanakan pada awal 2025.

Kebutuhan akan pengobatan kanker yang efektif di Rusia semakin mendesak mengingat peningkatan kasus kanker yang terus terjadi. Data menunjukkan bahwa lebih dari 635.000 kasus baru dilaporkan pada tahun 2022, dengan kanker usus besar, payudara, dan paru-paru menjadi jenis yang paling umum didiagnosis di negara tersebut.

Vladimir Putin, Presiden Rusia, dalam komentar televisi sebelumnya tahun ini menyatakan, "Kami telah sangat dekat dengan penciptaan apa yang disebut vaksin kanker dan obat imunomodulator generasi baru." Pernyataan ini menegaskan dukungan pemerintah terhadap pengembangan vaksin kanker ini.

Penting untuk dicatat bahwa upaya pengembangan vaksin kanker tidak hanya dilakukan oleh Rusia. Beberapa perusahaan di Amerika Serikat dan negara lain juga sedang mengembangkan vaksin mRNA serupa. Moderna dan Merck, BioNTech, dan CureVac tercatat sebagai beberapa perusahaan yang juga mengembangkan vaksin sejenis.

Perkembangan Global dan Perbandingan dengan Penelitian Lain

Pengembangan vaksin kanker berbasis mRNA oleh Rusia sejalan dengan upaya global dalam mencari solusi pengobatan kanker yang lebih efektif. Di Amerika Serikat, peneliti di University of Florida baru-baru ini menguji vaksin individual pada pasien dengan glioblastoma, sejenis kanker otak yang agresif. Hasil penelitian ini menunjukkan respons imun yang kuat dalam waktu dua hari setelah injeksi.

Sementara itu di Inggris, para ilmuwan sedang melakukan uji coba vaksin personal untuk melanoma, bentuk kanker kulit yang paling mematikan. Temuan awal menunjukkan peningkatan tingkat kelangsungan hidup yang menggembirakan. Perkembangan ini menunjukkan bahwa upaya global dalam pengembangan vaksin kanker personal sedang bergerak ke arah yang positif.

Pendekatan personalisasi dalam pengembangan vaksin kanker menjadi tren yang semakin kuat di berbagai negara. Vaksin yang dikembangkan menggunakan komponen dari tumor pasien sendiri untuk melatih sistem kekebalan tubuh dalam mengidentifikasi dan menyerang sel-sel kanker. Sistem ini memungkinkan tubuh untuk mengenali protein unik yang ditemukan pada permukaan sel kanker.

Keunggulan vaksin kanker Rusia dibandingkan pengembangan serupa di negara lain terletak pada integrasi AI yang dapat mempercepat proses pembuatan vaksin personal dan komitmen untuk mendistribusikannya secara gratis. Menurut Andrey Kaprin, kepala Pusat Penelitian Medis Radiologi Kementerian Kesehatan, "Vaksin ini bertujuan untuk mengobati pasien kanker daripada mencegah pembentukan tumor."

Tantangan utama dalam pengembangan vaksin kanker personal adalah waktu dan biaya produksi. Meskipun Rusia telah berhasil mengatasi masalah waktu melalui integrasi AI, biaya produksi per dosis masih cukup tinggi. Namun, kebijakan distribusi gratis oleh pemerintah Rusia membuat pengobatan ini lebih terjangkau bagi masyarakat yang membutuhkan.

Upaya global dalam pengembangan vaksin kanker menunjukkan bahwa masa depan pengobatan kanker akan lebih berfokus pada pendekatan personal yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing pasien. Keberhasilan Rusia dalam mengintegrasikan AI dalam proses pembuatan vaksin membuka jalan baru dalam mempercepat pengembangan pengobatan kanker yang lebih efektif dan terjangkau.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya