Kasus Kematian Penderita Flu Burung Pertama di AS, Ini Bahaya Virus H5N1

Infeksi virus H5N1 yang diderita diduga berasal dari kontak langsung dengan unggas dan kawanan ternak nonkomersial.

oleh Ibrahim Hasan diperbarui 07 Jan 2025, 15:30 WIB
Diterbitkan 07 Jan 2025, 15:30 WIB
India Waspada Wabah Flu Burung
Dokter departemen satwa liar India mengumpulkan sampel usap dari bebek di taman Manda di Jammu, India (7/1/2020). Di negara bagian utara Himachal Pradesh melaporkan kasus flu burung, sekitar 2.400 burung migrasi kebanyakan angsa ditemukan mati di sekitar bendungan Pong Dam. (AP Photo/Channi Anand)

Liputan6.com, Jakarta Warga Louisiana, Amerika Serikat, dilaporkan meninggal dunia akibat infeksi virus flu burung. Ini menjadi kasus kematian flu burung pertama di AS yang diumumkan oleh Departemen Kesehatan Louisiana pada Senin. Pasien berusia di atas 65 tahun dan memiliki kondisi medis yang mendasarinya.

Kasus ini bermula ketika pasien terpapar virus H5N1 dari kombinasi kawanan ternak nonkomersial dan burung liar. Meskipun investigasi ekstensif dilakukan, tidak ditemukan bukti penyebaran virus antar manusia. Flu burung tetap dianggap berisiko rendah bagi masyarakat umum meskipun memiliki potensi fatal.

Lebih dari 65 kasus flu burung telah dilaporkan di AS dalam wabah kali ini. Sebagian besar pasien terpapar saat bekerja dengan unggas atau sapi perah yang terinfeksi. Meskipun kebanyakan mengalami gejala ringan, virus H5N1 historis memiliki tingkat kematian hingga 50%.

Menurut Jennifer Nuzzo, Direktur Pusat Pandemi di Universitas Brown, virus H5N1 masih menyimpan banyak risiko. "Kami memiliki data selama lebih dari 20 tahun yang menunjukkan bahwa virus ini cukup berbahaya," ujarnya dikutip Liputan6.com dari NPR, Selasa (7/1/2025).

Kronologi Kasus Kematian Akibat Flu Burung Pertama di AS

Ilustrasi - Ayam terserang flu burung atau H5N1. (Foto: Istimewa)
Ilustrasi - Ayam terserang flu burung atau H5N1. (Foto: Istimewa)

Pasien asal Louisiana ini pertama kali dirawat di rumah sakit bulan lalu akibat gejala parah flu burung. Infeksi virus H5N1 diduga berasal dari kontak langsung dengan unggas dan kawanan ternak nonkomersial. Kondisi medis yang sudah ada sebelumnya memperburuk situasi pasien.

Departemen Kesehatan Louisiana mengonfirmasi kematian pasien tetapi tidak merilis rincian lebih lanjut karena alasan privasi. Investigasi menyeluruh tidak menemukan penyebaran virus ke orang lain. Para ahli menegaskan bahwa risiko penularan ke masyarakat umum masih rendah.

Meski demikian, kasus ini menjadi peringatan bagi petugas kesehatan di AS. "Kita tidak boleh mengabaikan kematian ini," ujar Jennifer Nuzzo. Ia menekankan pentingnya pemantauan berkelanjutan terhadap perkembangan virus H5N1.

 

Seberapa Mematikan Virus H5N1 bagi Manusia?

Wabah Flu Burung Tewaskan Ribuan Bangau di Israel
Seorang pekerja dengan alat pelindung diri (APD) lengkap mengambil burung bangau yang mati di kawasan konservasi Danau Hula, utara Laut Galilea, Israel utara, Minggu (2/1/2022). Flu burung telah membunuh ribuan bangau yang bermigrasi dan mengancam hewan lain di Israel utara. (AP Photo/Ariel Schalit)

Virus H5N1 memiliki catatan historis dengan tingkat kematian tinggi pada manusia. Dari lebih dari 950 kasus yang dilaporkan secara global, sekitar 50% berakhir dengan kematian. Kebanyakan kasus terjadi akibat kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi.

Dikutip dari Cleveland Clinic, Infeksi flu burung pada manusia sering kali menimbulkan gejala pernapasan parah. Pada beberapa kasus, pasien memerlukan dukungan alat medis canggih seperti ECMO untuk bertahan hidup. Penyakit ini sulit diprediksi tingkat keparahannya pada setiap individu.

Jennifer Nuzzo menegaskan pentingnya kewaspadaan dalam menangani kasus flu burung. "Sangat sulit untuk memprediksi siapa yang akan sakit parah setelah terinfeksi," katanya. Kasus ini menunjukkan bahwa risiko infeksi serius tetap ada meskipun penularan antar manusia jarang terjadi.

Langkah Pencegahan dan Risiko Penyebaran Virus Flu Burung

Flu Burung di Mesir Kembali telan Korban
Satu lagi korban flu burung H5N1 burung meninggal di Mesir.

Meskipun risiko penyebaran virus H5N1 ke manusia masih rendah, langkah pencegahan tetap diperlukan. Pekerja yang sering kontak dengan unggas atau ternak harus menggunakan alat pelindung diri. Pengawasan kesehatan rutin juga menjadi kunci dalam mencegah penyebaran virus.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) menegaskan bahwa belum ada bukti kuat terkait penyebaran antar manusia di AS. Virus H5N1 yang ditemukan di Louisiana memiliki genotipe serupa dengan yang beredar di ternak dan burung liar secara global. Hal ini menambah tantangan dalam pengendalian virus.

"Tidak ada perubahan virologi yang mengkhawatirkan yang dapat meningkatkan risiko kesehatan manusia," ujar CDC dalam pernyataannya. Meski demikian, kewaspadaan tetap diperlukan untuk mencegah potensi mutasi virus di masa depan.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya