Perbandingan Gambar Udara Wilayah IKN Sebelum dan saat Pembangunan, Jauh Berbeda

Pembangunan IKN di Kalimantan Timur mengubah lanskap hutan tropis menjadi kota metropolitan. Lihat perbandingan citra satelit dan dampak terhadap lingkungan.

oleh Andre Kurniawan Kristi diperbarui 21 Jan 2025, 09:39 WIB
Diterbitkan 21 Jan 2025, 09:39 WIB
Gambar Udara Wilayah IKN Sebelum dan saat Pembangunan
Gambar Udara Wilayah IKN Sebelum dan saat Pembangunan (earthobservatory.nasa.gov)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur telah mengubah wajah hutan tropis menjadi kawasan yang sarat infrastruktur modern. Proyek ambisius ini didorong oleh kebutuhan untuk memindahkan pusat administrasi Indonesia dari Jakarta yang kian menghadapi tantangan lingkungan.

Melalui citra satelit, perbandingan kondisi sebelum dan sesudah pembangunan menunjukkan perubahan signifikan. Foto-foto dari Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) menyoroti jaringan jalan baru dan area yang sebelumnya hutan lebat kini digunakan untuk infrastruktur.

Sebagai kota masa depan yang dijanjikan akan hijau dan ramah lingkungan, IKN tak lepas dari kontroversi. Beberapa pihak memuji langkah ini, sementara lainnya mempertanyakan dampak terhadap keanekaragaman hayati dan masyarakat lokal.

Latar Belakang Pemindahan Ibu Kota Nusantara

Rencana pemindahan ibu kota dari Jakarta ke Kalimantan Timur pertama kali diumumkan oleh Presiden Joko Widodo pada tahun 2019. Langkah ini bertujuan untuk mengurangi tekanan di Jakarta yang menghadapi masalah lingkungan serius seperti banjir, polusi udara, dan ancaman tenggelam akibat penurunan tanah hingga 15 cm per tahun.

Jakarta, sebagai pusat administrasi dan ekonomi, telah menjadi rumah bagi 30 juta penduduk. Namun, pertumbuhan yang tidak terkendali memicu berbagai tantangan yang membuat kota ini semakin sulit untuk dihuni. Berdasarkan studi tahun 2011, sekitar 40 persen wilayah Jakarta kini berada di bawah permukaan laut.

Kalimantan Timur dipilih karena lokasinya yang strategis, jauh dari zona gempa, dan memiliki ruang luas untuk pengembangan. Pulau ini juga dinilai memiliki potensi menjadi pusat metropolitan modern dengan konsep ramah lingkungan.

Foto Satelit: Mengungkap Perubahan Lanskap IKN

Gambar Udara Wilayah IKN Sebelum dan saat Pembangunan
Gambar Udara Wilayah IKN Sebelum dan saat Pembangunan (earthobservatory.nasa.gov)... Selengkapnya

NASA merilis foto satelit yang menunjukkan perbedaan mencolok antara kondisi hutan di Kalimantan Timur sebelum dan setelah pembangunan IKN dimulai. Foto pertama diambil pada April 2022, saat kawasan masih berupa hamparan hutan hijau.

Pada foto yang diambil pada Februari 2024, terlihat perubahan besar di mana jaringan jalan dan tanah terbuka menggantikan area yang dulunya ditutupi vegetasi lebat. Data ini berasal dari instrumen OLI-2 di Landsat 9 dan OLI di Landsat 8, yang memberikan pandangan rinci atas transformasi wilayah.

Michala Garrison dari NASA menjelaskan bahwa perubahan ini menunjukkan dampak pembangunan terhadap lingkungan yang sebelumnya kaya akan biodiversitas. Wilayah ini adalah habitat bagi spesies seperti bekantan, pesut Mahakam, dan mangrove yang penting untuk ekosistem lokal.

Progres Pembangunan dan Rencana Masa Depan

Pembangunan IKN dimulai pada Juli 2022 dengan tahap awal mencakup pembangunan fasilitas pemerintah dan infrastruktur pendukung untuk populasi awal sekitar 500 ribu orang. Kota ini dirancang untuk menjadi pusat administrasi modern dengan konsep “hijau dan dapat dilalui dengan berjalan kaki”. Rencananya, 75 persen dari total wilayah IKN akan tetap berupa hutan. Pemerintah menegaskan bahwa pembangunan ini memprioritaskan rehabilitasi lingkungan.

IKN juga dijanjikan menggunakan energi terbarukan sebagai sumber daya utama. Namun, pengamat lingkungan memperingatkan bahwa pembangunan skala besar seperti ini dapat menghasilkan emisi karbon tinggi dan menimbulkan dampak jangka panjang.

Dampak Lingkungan dan Keanekaragaman Hayati

Kalimantan adalah pusat keanekaragaman hayati dunia, rumah bagi spesies unik dan ekosistem yang rapuh. Pembangunan IKN memicu kekhawatiran akan hilangnya habitat alami bagi spesies seperti bekantan, pesut Mahakam, dan burung endemik lainnya.

Selain itu, kawasan pesisir Kalimantan Timur yang menjadi lokasi proyek juga merupakan habitat mangrove yang berfungsi sebagai penyerap karbon alami. Perubahan tata guna lahan untuk pembangunan berisiko mempercepat kerusakan ekosistem ini.

Namun, pemerintah berkomitmen untuk menghijaukan kembali area sekitar dengan menanam ulang pohon dan melindungi area tertentu dari eksploitasi lebih lanjut.

Pandangan Masyarakat dan Kontroversi Proyek IKN

Pembangunan IKN tidak hanya berdampak pada lingkungan, tetapi juga masyarakat setempat. Beberapa komunitas adat di Kalimantan Timur mengungkapkan kekhawatiran tentang kehilangan lahan dan hak atas wilayah tradisional mereka.

Di sisi lain, banyak pihak melihat proyek ini sebagai peluang untuk menciptakan pusat pertumbuhan baru yang lebih terencana dan berkelanjutan. Pembangunan infrastruktur seperti jalan, jembatan, dan fasilitas umum diharapkan membuka akses ke wilayah yang sebelumnya terpencil.

Namun, aktivis lingkungan menyoroti bahwa proyek ini tidak boleh mengorbankan kekayaan hayati dan budaya lokal. Upaya transparansi dan keterlibatan masyarakat perlu ditingkatkan agar pembangunan benar-benar inklusif.

1. Apa alasan utama pemindahan ibu kota ke Kalimantan Timur?

Pemindahan ini dilakukan untuk mengurangi tekanan di Jakarta yang menghadapi masalah banjir, polusi, dan ancaman tenggelam akibat penurunan tanah yang signifikan.

2. Kapan pembangunan IKN dimulai dan kapan direncanakan selesai?

Pembangunan dimulai pada Juli 2022 dan direncanakan selesai pada tahun 2045.

3. Apakah pembangunan IKN berdampak negatif pada lingkungan?

Meski dirancang sebagai kota hijau, perubahan tata guna lahan menimbulkan kekhawatiran tentang dampak terhadap keanekaragaman hayati dan ekosistem lokal.

4. Bagaimana pemerintah mengatasi kekhawatiran lingkungan?

Pemerintah berkomitmen untuk melindungi lingkungan dengan menjaga 75 persen wilayah tetap berupa hutan dan menggunakan energi terbarukan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya