Liputan6.com, Jakarta Jika selama ini kamu mengira hanya menguap yang bisa menular, bersiaplah terkejut. Ternyata, simpanse juga bisa "terpengaruh" satu sama lain saat buang air kecil.
Dalam sebuah studi terbaru, para ilmuwan menemukan bahwa saat seekor simpanse melihat temannya buang air kecil di dekatnya, kemungkinan besar ia juga akan ikut melakukannya dalam waktu singkat.
Advertisement
Baca Juga
Fenomena ini bahkan lebih kuat jika simpanse yang melihat memiliki peringkat sosial lebih rendah dibanding si pemimpin pipis. Jadi, bukan hanya soal kebutuhan biologis, tapi ada unsur hierarki dan sosial yang memengaruhi perilaku ini.
Advertisement
Para peneliti menduga bahwa ini mungkin berkaitan dengan cara simpanse menjaga keharmonisan kelompok atau menandai wilayah kekuasaan mereka.
Berikut ulasan lengkapnya tentang fakta buang air kecil yang ternyata menular di antara simpanse, dilansir Liputan6.com dari Oddee, Rabu (16/4/2025).
1. Penelitian Menegangkan Demi Mengintip Perilaku Pipis
Penelitian unik ini dipimpin oleh Ena Onishi, seorang mahasiswa doktoral dari Kyoto University Wildlife Research Center. Sebagai orang Jepang, Onishi tak asing dengan konsep "tsureshon" — istilah lokal untuk kebiasaan pergi ke toilet bersama. Tapi kali ini, dia meneliti versi simpanse-nya.
Selama penelitiannya di Kumamoto Sanctuary, Onishi merekam lebih dari 600 jam video dari 20 ekor simpanse (kebanyakan jantan). Setiap detik dari rekaman itu ditonton ulang untuk mencatat waktu, lokasi, dan konteks di mana simpanse buang air kecil.
Tak cukup sampai di situ, Onishi dan timnya juga membuat simulasi komputer untuk membandingkan data nyata dengan model perilaku buang air kecil simpanse. Prosesnya diakui sangat menguras mental.
Onishi mengaku sempat merasa bingung dan ragu apakah hasil akhirnya akan sepadan dengan usaha besar yang mereka lakukan. Tapi seperti yang sering terjadi dalam sains, jawaban kadang datang dari hal yang tak terduga — bahkan dari rekaman pipis simpanse.
Advertisement
2. Simpanse Lihat, Simpanse Ikut Pipis
Hasil dari riset ini cukup mengejutkan. Ternyata, perilaku pipis yang menular sangat dipengaruhi oleh jarak fisik dan status sosial. Jika dua simpanse berada dalam jarak jangkauan tangan dan salah satunya mulai pipis, kemungkinan yang lain ikut pipis dalam waktu 60 detik sangat tinggi.
Namun jika jaraknya lebih dari tiga meter, kemungkinan itu jauh menurun. Uniknya, status sosial justru lebih berperan ketimbang kedekatan emosional. Alih-alih teman dekat yang pipis bersama, justru simpanse berpangkat rendah yang cenderung mengikuti pemimpinnya saat buang air kecil.
Ini membuat ilmuwan berkesimpulan bahwa pipis bersama mungkin menjadi bentuk komunikasi non-verbal tentang posisi mereka dalam struktur sosial kelompok.
3. Pipis Bersama: Simbol Kekuasaan atau Tanda Jalan?
Setelah tahu bagaimana pipis bareng itu terjadi, pertanyaan besarnya adalah: mengapa? Karena ini adalah studi pertama yang fokus pada perilaku buang air kecil simpanse, banyak aspek yang belum bisa dijawab.
Misalnya, belum diketahui apakah perilaku ini juga terjadi di alam liar. Namun, berdasarkan data dan struktur sosial simpanse, para peneliti punya beberapa dugaan menarik.
Salah satunya, pipis bersama pemimpin bisa menjadi cara untuk menunjukkan rasa hormat atau tunduk pada otoritas. Di sisi lain, perilaku ini juga bisa menjadi semacam sinyal kolektif bahwa kelompok akan berpindah tempat — seperti "ayo pipis dulu sebelum jalan!"
Bahkan, bau kuat yang ditinggalkan oleh pipis massal bisa menjadi penanda wilayah bagi kelompok tersebut. Namun, semua ini masih berupa hipotesis, sampai ada penelitian lebih lanjut.
Advertisement
