Pengamat: Suryadharma Ali Ingin Seperti Megawati di PDIP

Pengamat politik M. Qodari menilai SDA ‎telah melakukan kesalahan dalam mengambil keputusan terkait kebijakan koalisi, sehingga menimbulkan

oleh Luqman Rimadi diperbarui 24 Apr 2014, 05:15 WIB
Diterbitkan 24 Apr 2014, 05:15 WIB
Keakraban dan Kekompakan Prabowo-Suryadharma Ali
(Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Suryadharma Ali atau SDA dinilai oleh pengamat politik dari Indo Barometer M. Qodari ‎telah melakukan kesalahan dalam mengambil keputusan terkait kebijakan koalisi, sehingga menimbulkan kekisruhan.

Qodari menilai, tindakan Suryadharma yang menjadikan dirinya sebagai satu-satunya pengambil keputusan tertinggi dalam partai itu menjadi kesalahan terbesar baginya. Walaupun hal tersebut sah-sah saja di beberapa partai, tindakannya itu tidak bisa dilakukan di partai berlambang Kabah itu.

"Kesalahan SDA terbesar adalah memposisikan dirinya seperti Megawati di PDIP, seperti Prabowo di Gerindra, seperti SBY di Demokrat. Di mana dia mau mendominasi di partai itu," kata Qodari di Gedung DPD RI, Jakarta, Rabu (23/4/2014).

Padahal menurutnya, bila diibaratkan perusahaan, PPP merupakan perusahaan terbuka yang yang mempunyai banyak pemegang saham yang merupakan kader-kader loyalisnya. "PPP ini seperti perusahaan terbuka, pemegang sahamnya banyak, wakil ketua umumnya banyak, coba, berapa banyak pendukungnya Romi (Sekjen PPP)? dari ketua-ketua dan wakil ketua saja banyak," ucap dia.

Karena itu, Qodari menilai kebijakan SDA yang tampak sepihak mendukung pencapresan Prabowo Subianto itu pun kemudian dibatalkan. Hal ini pun dianggap merupakan suatu kemunduran bagi PPP. Ia pun meyakini langkah tersebut membuat Prabowo kecewa.

"Ya ini kan preseden buruk bagi PPP, yang muncul nanti persepsi kalau ada yang koalisi dengan PPP akan berpikir, `Akh, jangan-jangan nanti nasib saya juga akan seperti itu lagi`," tukas Qodari.

"Prabowo pun bukan tak mungkin kecewa, dan kemungkinan untuk beralih dukungan ke Partai Demokrat juga terbuka. Kemungkinan pertama itu Prabowo ke Demokrat," pungkasnya.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya