Kerja Keras 'Pasukan' Pencari Korban Wafat Tragedi Mina

Mereka bekerja hingga dini hari untuk melakukan identifikasi seperti melakukan pencocokan foto dengan data lain.

oleh Nadya Isnaeni diperbarui 29 Sep 2015, 09:07 WIB
Diterbitkan 29 Sep 2015, 09:07 WIB
Tenda Jemaah Haji Dekat Lokasi Tragedi Mina 'Dibersihkan'
Jemaah haji di dekat lokasi tragedi Mina. (Arab News)

Liputan6.com, Jakarta - Orang-orang terbaik diterjunkan untuk membantu proses identifikasi jemaah haji Indonesia yang wafat dalam tragedi Mina di Arab Saudi. Mereka diperbantukan mengidentifikasi di pemulasaraan jenazah Al Muaishim.

Namun begitu, mereka tetap harus menaati prosedur identifikasi yang diterapkan pemerintah Arab Saudi.

"Mereka terus bekerja mengidentifikasi jenazah di Al Muaishim," kata Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kementerian Agama Abdul Djamil, seperti dikutip dari laman Kemenag.go.id, Selasa (29/9/2015).

Dia menuturkan, tim yang melakukan identifikasi terdiri dari 3 orang dengan latar belakang berbeda. Siapa saja mereka?

Sosok yang pertama berasal dari unsur TNI/Polri yang dinilai sudah paham betul bagaimana penanganan kondisi darurat, yakni Letnan Kolonel Jaetul Muchlis Basyir. Muchlis sudah 7 kali menjadi petugas haji sejak 2000 dan berpengalaman mengidentifikasi jenazah.

Petugas lainnya, yaitu tenaga musiman yang sudah memahami seluk-beluk Arab Saudi, yaitu Naif Bajri Basri Marjan. Naif yang tinggal di Arab Saudi sejak berusia kecil sudah menjadi petugas haji sejak 2006.

Djamil menambahkan, Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi juga melibatkan petugas Konsulat Jenderal RI di Jeddah, Fadil Ahmad.

"Kami berkolaborasi dengan petugas konjen yang telah memiliki kemampuan mengidentifikasi korban," tutur dia.

Korban tragedi Mina. (Arab News)

Identifikasi Jenazah

Menurut Djamil, mereka bekerja hingga dini hari untuk melakukan proses identifikasi seperti, mencocokkan foto dengan data lain yang ditemukan kepolisian setempat. Belum lagi proses harus berlangsung lama karena adanya beberapa kendala.

Pertama, foto kondisi jenazah sering kali berbeda dengan foto pada Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) Kemenag dan haji elektronik (e-hajj) milik Pemerintah Arab Saudi. Tim harus melakukan inventarisasi foto-foto yang diduga memiliki kemiripan dengan wajah-wajah jenazah.

Kedua, banyak jenazah tidak disertai oleh identitas jemaah haji Indonesia. Lalu Pemerintah Saudi juga baru memberikan akses ke PPIH Arab Saudi pada Jumat 25 September 2015 malam atau 1 hari pascakejadian.

Selama 3 hari ini, tim pun harus bekerja keras mengidentifikasi jenazah mulai dari meneliti 1.147 foto. Tim selalu berupaya bergerak dengan cepat untuk melakukan proses identifikasi mulai dari mengenali foto, mendapatkan file, hingga melihat jenazah. Namun, ada berbagai kendala yang harus dihadapi oleh tim.

Tim kerap melakukan pendekatan personal dengan setiap petugas di Al Muaishim agar proses identifikasi dapat dipercepat.

Seorang jemaah melihat foto korban tragedi Mina pada 2006 (AFP)

Konsul Jenderal RI di Jeddah Dharmakirty Syailendra Putra menilai, Pemerintah Arab Saudi sebenarnya sudah berupaya memberikan akses kepada seluruh negara pengirim jemaah haji untuk melakukan identifikasi.

"Tapi, ada banyak negara yang warganya menjadi korban. Kalau bersamaan justru menjadi kisruh dan gaduh," ujar Dharmakirty.

Dia menyatakan, Arab Saudi juga menerapkan mekanisme agar identifikasi dapat dilakukan secara bertahap. Arab Saudi telah mendatangkan kontainer untuk menampung jenazah yang belum teridentifikasi.

Ketika hendak diidentifikasi, jenazah dikeluarkan dari kontainer untuk difoto. Mereka memfoto jenazah yang hendak diidentifikasi. Selanjutnya, setiap perwakilan diberi akses untuk mengidentifikasi melalui foto.

"Lalu, lihat file dan jenazahnya," pungkas Dharmakirty. (Ndy/Mvi)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya