Kisah Kedermawanan Sufi Kaya Raya Abdullah bin Mubarak

Salah satu kisah kedermawanan yang bisa kita tiru adalah dari Abdullah bin Mubarak. Seorang sufi yang dianugerahi harta kekayaan berlimpah.

oleh Liputan6.com diperbarui 31 Mei 2017, 15:20 WIB
Diterbitkan 31 Mei 2017, 15:20 WIB
Kedermawanan Ilustrasi (iStock)
Kedermawanan Ilustrasi (iStock)

Liputan6.com, Jakarta Di bulan Ramadan ini alangkah baiknya bila kita memperbanyak amal ibadah. Apalagi, imbalan pahala di bulan ini dijanjikan berlipat-lipat.

Salah satu kisah kedermawanan yang bisa kita tiru adalah dari Abdullah bin Mubarak. Seorang sufi yang dianugerahi harta kekayaan berlimpah.

Seperti mengutip Islami.co, Rabu (31/5/2017), Syaikh Abdul Halim Mahmud menyebutkan, sedikitnya ada tiga tokoh sufi utama di abad kedua hijriah. Mereka yakni Sufyan al-Tsauri, Fudhail bin Iyadh, dan Abdullah bin Mubarak.

Membaca kisah-kisah tiga tokoh ini dan tokoh lainnya adalah agar menjadi teladan bagi kaum muslim. Kisah-kisah para ulama besar masa lalu bisa menjadi inspirasi untuk menumbuhkan semangat keberagamaan yang benar. Terlebih mereka adalah para sufi besar di masanya.

Di antara ketiga sufi besar ini, Abdullah bin Mubarak adalah sufi yang dianugerahi harta kekayaan berlimpah. Berbeda dengan dua sufi lainnya. Konon Abdullah bin Mubarak adalah seorang pedagang kaya raya yang dermawan.

Ihwal kekayaan yang dimiliki Abdullah bin Mubarak yang di sisi lain sebagai seorang sufi ini sempat membuat ayahanda Fudhail bin Iyadh merasa muskyil.

Ia bertanya kepada Abdullah bin Mubarak, “Engkau menyuruh kami semua untuk berperilaku zuhud, tidak berlebih-lebihan, sementara dirimu sendiri bergelimang harta kekayaan. Bagaimana ini?”

Abdullah bin Mubarak kemudian menjawab pertanyaan ini dengan baik dan sangat bijak. Ia berkata, “Wahai Abu Ali, aku bekerja ini (menjadi pedagang) agar aku mampu menjaga harga diriku. Harta yang aku miliki aku gunakan untuk taat dan beribadah kepada-Nya.”

Mengenai sifat kedermawanan Abdullah bin Mubarak telah banyak diceritakan dengan baik oleh sahabat-sahabatnya.  Kedermawanan  Abdullah bin Mubarak mendapat pujian dari banyak koleganya.

Ismail bin ‘Ayyas salah satunya. “Sepengetahuanku tidak ada orang lain di muka bumi ini yang menyamai Abdullah bin Mubarak. Allah telah menjadikan sifat dermawan itu benar-benar melekat dalam dirinya. Teman-teman karibku telah menceritakan kepadaku bahwa suatu ketika mereka menemani Abdullah bin Mubarak dari Mesir menuju Makah. Mereka disuguhi makanan-makanan yang lezat oleh Abdullah bin Mubarak. Sementara si pemberi sendiri malah terus berpuasa sepanjang tahun.”

Ibnu Katsir meriwayatkan sebuah kisah mengenai kedermawanan Abdullah bin Mubarak. Suatu ketika Abdullah bin Mubarak bertekad untuk menunaikan ibadah haji dan telah menyiapkan biaya yang cukup.

Kemudian ketika ia sampai di satu daerah ia melihat seekor burung mati tergeletak di jalan. Ia kemudian menyuruh sahabat-sahabat yang menemaninya untuk membuangnya ke tempat sampah beberapa meter di depannya.

Para sahabatnya bergegas menuruti perintahnya dan mendahului Abdullah bin Mubarak dan membuang bangkai burung tersebut ke tempat sampah.

Saat Abdullah bin Mubarak sampai di tempat sampah di mana bangkai burung tersebut dibuang, ia melihat seorang perempuan keluar dari sebuah rumah dekat tempat sampah.

Perempuan tersebut mengambil bangkai burung di tempat sampah tersebut. Kemudian burung tersebut dibawa kembali ke rumahnya. Abdullah bin Mubarak terdiam dan bertanya ihwal mengambil bangkai burung yang telah dibuang oleh sahabatnya.

“Menjauhlah dariku,” pinta perempuan itu. Kemudian Abdullah bin Mubarak terus bertanya kepadanya, hingga perempuan itu menjawab, “Sesungguhnya aku punya anak-anak lelaki yang kelaparan dan menangis sejak tiga hari lalu. Dalam kondisi seperti ini aku pikir bahwa bangkai ini halal.”

Abdullah berkata, “Aku kemudian melepaskan ikat pinggangku dan kupenuhi dengan uang yang sedianya akan kugunakan untuk biaya haji.” Aku berkata kepada perempuan yang lapar itu.

“Ini sebagai ganti hajiku,” kemudian aku berlalu. Saat orang-orang menunaikan haji kembali mereka mengucapkan selamat kepadaku.

Aku berkata, “Aku tidak meninggalkan negaraku. Ada berita apakah gerangan?.”

Saat aku kembali ke rumah, aku tertidur dan melihat Rasulullah Saw dalam tidurku bersabda kepadaku, “ketika engkau menyerahkan dinarmu, dan melepaskan kesulitan perempuan dan anak-anak yatimnya, maka Allah mengutus malaikat yang menunaikan haji setiap tahun dalam rupamu sampai hari kiamat dan menjadikan pahala haji itu untukmu.”

Semoga kisah ini memberikan teladan bagi kita semua untuk rajin berderma dan bersedekah. Terlebih di bulan yang penuh dengan keberkahan ini.

*Artikel ini sebelumnya tayang di Islami.co yang ditulis oleh Idris Mas'udi

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya