Kisah Kadariah, Jemaah Berangkat Haji Berkat Jual Air Galon

Kadariah, janda dua anak itu, mengaku sadar bahwa keinginannya pergi haji tidak akan mungkin terwujud tanpa tekad kuat dan usaha keras.

oleh Liputan6.com diperbarui 23 Jul 2019, 15:18 WIB
Diterbitkan 23 Jul 2019, 15:18 WIB
Jemaah Haji
Jemaah haji Indonesia diminta untuk tidak memaksakan diri salat Jumat di Masjidil Haram. (www.kemenag.go.id)

Liputan6.com, Jakarta - Kadariah binti Kanta Daud (58) bisa menunaikan ibadah haji berkat kerja kerasnya dengan menyisihkan penghasilannya dari menjual air galon yang sudah dimasak untuk ditabung.

"Saya betul-betul ingin dan yakin bisa berangkat haji," kata Kadariah pemilik No Paspor haji C3084149 dengan no porsi 400074507 dan no visa 606259487 itu dijumpai saat istriharat di asrama Embarkasi Haji Antara Riau.

Kadariah yang sudah ditinggal suaminya delapan tahun lalu itu kehidupannya sangat sederhana, termasuk rumahnya yang tidak begitu besar di Jalan Lubuk Bandung Hilir RT01/RW 01 Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau.

Kadariah, janda dua anak itu, mengaku sadar bahwa keinginannya tidak akan mungkin terwujud tanpa tekad kuat dan usaha keras. Sejak saat itu ia mulai berpikir untuk menyisihkan sebagian penghasilannya menjual air galon yang sudah dimasak untuk ditabung.

Didampingi Pranata humas ahli, Kanwil Kemenag Riau Vethria Rahmi, ia menyatakan tekadnya tersebut akhirnya terwujud saat Kadariah telah melunasi biaya haji hingga akhirnya masuk dalam rombongan calon jamaah haji 2019 sejak mendaftar tahun 2011.

Perjuangannya cukup panjang dalam menghidupi diri sendiri dan keluarganya, telah dilewatinya, pernah berjualan ikan basah di pasar, kadang juga menjual ikan yang diasap dikenal dengan ikan salai itu, dan juga membuka warung kecil di rumahnya.

 

Suami Meninggal Dunia

Jemaah Haji Khusus Tiba di Madinah. Denny/MCH
Jemaah Haji Khusus Tiba di Madinah. Denny/MCH

Dirinya bahkan telah menjual ladang karet yang tidak seberapa tetapi itu sudah digunakan untuk membiayai pengobatan suami yang mengidap penyakit tumor.

"Sudah kemana-mana kami bawa berobat, sampai ke Padang, Rengat, Pekanbaru tapi tak sembuh juga, dan pada akhirnya taqdir Allah itu datang, suami saya duluan dijemput Yang Maha Kuasa," katanya lirih.

Bermodal dari sisa biaya pengobatan dan melunasi hutang suami yang tidak seberapa itu, akhirnya ia memberanikan diri mendaftar haji di Kantor Kemenag setempat.

Sejak mulai mendaftar itu, perempuan yang dikaruniai dua anak tersebut mulai menyisihkan sebagian uang jatah belanja ataupun uang lain dari hasil dagangannya. Setiap hari, Kadariah menyimpan uangnya dibalik tikar kasur di kamarnya dengan nominal yang tak pasti.

"Kadang Rp 10 ribu, kadang ya ada Rp 20 ribu, kadang juga Rp 50 ribu. Kan biaya haji itu banyak bukan cuman mendaftar saja. Tidak pasti berapapun jumlah yang disimpan, tergantung berapa yang bisa disisihkan. Tapi setiap hari harus ada yang disimpan untuk ditabungkan," katanya seperti dikutip dari Antara.

Ia menyebutkan, untuk jualan air galon yang dimasak, rata-rata habis 12 galon per hari, dan jika lagi banyak pesanan orang, bisa dapat Rp 100 ribu per hari.

Mengumpulkan dan menyimpan uang di balik tikar, atau dibawah kasur untuk menggenapkan biaya pergi haji dilakukan Kadariah tanpa sepengetahuan suaminya hingga suaminya tiada. Apalagi, upaya menabung itu tidak mengurangi biaya pendidikan kedua anaknya. Ternyata dua anaknya semuanya bisa sekolah dan tidak terganggu dengan usaha Kadariah menabung.

"Sekarang yang masih kuliah tinggal satu, di UPP Rohul di belakang Kapolres Rohul, dan satu lagi yang besar udah menikah itu pun hanya kerja buruh kasar, ada orang buat batako, ngecat rumah orang atau membuat jalan setapak dikerjakannya juga," kata Kadariah yang bangga pada anaknya itu.

Kadariah masuk dalam daftar calon haji kloter 18 BTH dari Kabupaten Rohul. Menurut Kadariah, sebagai janda yang masih menghidupi anak bungsunya yang masih kuliah bukan perkara mudah bagi dirinya saat mendaftar ibadah haji.

Kadariah mengatakan, jauh sebelum berjualan air galon yang dimasak di rumahnya tiga tahun belakangan, ia berjualan ikan basah di desanya. "Kalau dapat untung alhamdulillah, kalau tak terjual ikan itu saya salah," katanya pilu saat mengenangnya.

Ibu dua anak ini membawa do'a istimewa di Tanah Suci nanti. Saya ingin berdoa biar dipermudah rezeki bagi anak-anak saya hingga kehidupan mereka bisa lebih baik.

"Kalau bisa saya hanya ingin ibadah di sisa usia, semoga harapan ini terwujud. Waktu dhuha ya dhuha, tahajjud juga bisa, tapi kalau kita letih tidak mungkin sanggup beribadah maksimal," katanya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya