Mencicipi Jagung Titi, Makanan Khas Adonara NTT Saat Ramadhan

Salah satu pelaku usaha jagung titi mengaku saat ini dirinya tengah sibuk mengejar permintaan jagung titi untuk kudapan Ramadhan 1442 Hijriah.

oleh Liputan6.com diperbarui 14 Apr 2021, 11:44 WIB
Diterbitkan 14 Apr 2021, 11:44 WIB
Jagung Titi
Jagung titi merupakan makanan khas masyarakat Lembata, Solor, Adonara, dan Flores Timur (Lamaholot) (dok.instagram/@rumah_waienga/https://www.instagram.com/p/CFd4o5WF3NZ/Komarudin)

Liputan6.com, Jakarta Sehari menjelang Ramadhan 1422 Hijriah, suara tumbukan batu bertalu-talu mengusik keheningan  menjelang adzan sholat subuh. Suara entakan batu tersebut datang dari arah timur Rumah Adat Lawaha, tepatnya di Desa Lamahala Jaya, Kecamatan Waiwerang Kota, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) yang tengah memproduksi jagung titi.

Titi artinya tumbuk, karena makanan yang terbuat dari tanaman pangan jagung ini ditumbuk menggunakan batu.  

"Jagung titi makanan khas sini. Satu kampung ini, kami yang buat. Ditumbuk batu sampai gepeng, seperti emping melinjo kalau di Jawa, tapi ini bahannya jagung," kata Ketua RT 005 RW 02 Lamahala Jaya, Suleman Kasim (69) dilansir Antara, Selasa (13/4/2021). 

Jagung yang digunakan adalah jenis jagung pulut. Bijinya bertekstur empuk dan lengket, tidak seperti biji jagung hibrida yang keras sehingga gampang hancur saat ditumbuk.

Jagung titi memang kurang populer di masyarakat luar NTT, sebab proses pembuatannya yang spesifik, hanya dikerjakan orang-orang tertentu secara turun temurun.

Proses produksi dilakukan sangat tradisional. Biji yang telah direndam semalaman, kemudian dipanaskan dalam periuk menggunakan kayu bakar hingga setengah matang.

Uniknya, dari proses adukan hingga biji jagung diangkat dari periuk panas dilakukan tanpa menggunakan alat, melainkan dengan jari tangan si pembuat.

"Kira-kira satu jimpit jagung kita taruh di atas periuk (batu) lalu ditumbuk sampai gepeng," kata Suleman.

Zainab Abdullah (63), salah satu pelaku usaha mengaku saat ini dirinya tengah sibuk mengejar permintaan jagung titi untuk kudapan Ramadhan 1442 Hijriyah. 

Sebanyak 50 batang jagung yang dipetik dari kebun, sanggup diproduksi Zainab hingga dua baskom besar. Satu baskomnya kira-kira 1,5 kilogram, lalu dijual ke pasar atau berkeliling kampung.

Salah satu pelanggannya adalah H Adnan Sangaji, merupakan pewaris tahta Kerajaan Lamahala sebagai keturunan ke-13 raja pendahulu, NN Sangaji. 

"Kalau Ramadhan bisa tambah untung Rp 15.000. Kalau hari biasa untungnya Rp 30.000 sehari," katanya.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Jagung Titi Ingatkan Warga Adonara Dirantau untuk Pulang

Ditemui saat Antara berpamitan ke kediaman raja di dekat Istana Lamahala, Adnan Sangaji menyampaikan sejumlah hal terkait Ramadhan. 

Adnan membenarkan bahwa jagung titi merupakan salah makanan favoritnya, terutama saat bulan puasa.

"Warga Adonara yang sedang pergi merantau dalam waktu lama, pasti dia menangis kalau menemukan jagung titi di sana. Ini makanan yang mengingatkan mereka untuk pulang," katanya.

Meski tekstur dan proses pembuatan jagung titi mirip dengan emping, tapi tidak dengan rasanya. Emping berbahan dasar melinjo memiliki sedikit rasa pahit yang kerap bisa tersamarkan dengan pemberian bumbu yang pas.

Jagung titi khas Lamahala tak menyiratkan rasa pahit sedikit pun. Sensasi rasanya justru lebih meriah dengan tambahan garam yang membuat rasa gurihnya berpadu serasi dengan semburat manis jagung.

Warga Lamahala memilih untuk tetap melestarikan tradisi di bulan Ramadhan, meski kali ini masih berlangsung di masa pandemi Covid-19.

"Kami tetap menjaga tradisi Ramadhan yang biasa dijalani karena bulan suci hanya datang sekali setiap tahunnya. Tapi tentunya kami siap mengikuti anjuran pemerintah untuk beribadah sesuai protokol kesehatan," kata Adnan.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya