Pintu Gereja Ditutup Ketua Dewan Stasi, Umat Katolik di Adonara Terpaksa Ibadat di Luar

Karena kesal dengan umat, pada Minggu pagi, ia menutup pintu gereja dengan daun pisang dan melarang umat melakukan ibadah di dalam gereja

oleh Ola Keda Diperbarui 26 Feb 2025, 02:30 WIB
Diterbitkan 26 Feb 2025, 02:30 WIB
Ilustrasi salib
Ilustrasi salib. (Photo Copyright by Freepik)... Selengkapnya

Liputan6.com, Adonara - Umat Katolik di Stasi Santo Yoseph Bliko, kecamatan Wotan Ulumado, Adonara, Kabupaten Flores Timur (Flotim), NTT terpaksa beribadah di luar gereja karena pintu gereja ditutup pada Minggu 23 Februari 2025.

Ironisnya penutupan itu dilakukan oleh oleh Ketua Dewan Stasi, Petrus Gehak saat umat hendak beribadah hari Minggu pagi.

Kepala Desa Bliko, Mateus Kopong Boro mengatakan aksi penutupan itu dilakukan lantaran kesalahpahaman antara umat dan ketua dewan stasi soal pembersihan halaman gereja yang dilakukan umat pada, Sabtu 22 Februari 2025 kemarin.

Karena kesal dengan umat, pada Minggu pagi, ia menutup pintu gereja dengan daun pisang dan melarang umat melakukan ibadah di dalam gereja.

"Ini salah paham, Pak Petrus Gehak selaku ketua dewan stasi marah karena umat memotong beberapa daun pisang dan tanaman lain," ujarnya saat dikonfirmasi via telepon, Minggu 23 Februari 2025.

"Karena ditutup, semua umat beribadah di luar halaman gereja," tambahnya.

Ia mengaku kecewa karena hal sepele itu ditanggapi dengan penutupan gereja oleh ketua dewan stasi.

"Dia tidak berpikir jika perbuatan dia ini akan berdampak luas. Apalagi, penutupan itu dilakukan di hari Minggu," katanya.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Ketua Dewan Stasi Ngaku Khilaf dan Minta Maaf

Saat ini kepala desa telah berkoordinasi dengan camat wotan ulumado dan aparat keamanan untuk membantu menyelesaikan persoalan itu.

Kapolsek Adonara Barat, Ipda Januardana Rambi mengaku anggotanya sudah ke lokasi guna melakukan mediasi.

Sementara itu, Petrus Gehak saat dikonfirmasi Liputan6.com, Selasa 25 Februari 2025 mengaku khilaf dan meminta maaf kepada seluruh umat katolik di wilayah itu.

Menurutnya, aksinya itu merupakan spontanitas tanpa ia rencanakan sebelumnya.

"Sebagai ketua dewan stasi, saya memohon maaf kepada seluruh umat katolik di Keuskupan Larantuka dan khususnya umat katolik di Stasi St Yoseph Bliko. Saya berjanji tidak akan ulangi," ucapnya.

Ia menambahkan, persoalan itu sudah diselesaikan secara kekeluargaan bersama camat, kepala desa aparat keamanan serta umat katolik di desa Bliko.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya