Liputan6.com, Jakarta - Puluhan jemaah haji asal Indonesia meninggal dunia di Tanah Suci. Berdasarkan data yang dihimpun per Kamis (8/6/2023), ada 29 jemaah haji yang wafat di Makkah dan Madinah.
Jemaah haji yang meninggal di Tanah Suci didominasi jemaah lanjut usia (lansia). “Rata-rata di atas 65 tahun," kata Kepala Bidang Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) Kementerian Agama (Kemenag), M Henikam Nurzaman saat dikonfirmasi.
Meninggal di Tanah Suci bukan fenomena yang baru. Setiap tahun ada saja jemaah yang wafat di Makkah atau Madinah.
Advertisement
Baca Juga
Wafat di Makkah atau Madinah saat melaksanakan haji adalah suatu kehormatan. Bahkan, terdapat keutamaan bagi mereka yang meninggal di Tanah Suci.
Keutamaan meninggal di Tanah Suci saat melaksanakan ibadah haji adalah masuk surga tanpa hisab. Hal ini sebagaimana hadis yang disebutkan Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin.
من خرج من بيتِه حاجًّا أو معتمرًا فمات أُجْرِيَ له أجرُ الحاجِّ المعتمرِ إلى يومِ القيامةِ ومن مات في أحدِ الحرميْنِ لم يُعْرَضْ ولم يُحاسبْ وقيل له ادخلِ الجنةَ
Artinya: “Barangsiapa keluar untuk berhaji dan berumrah, kemudian meninggal, maka ia tercatat mendapatkan pahala haji dan umrah hingga hari kiamat. Barangsiapa meninggal di salah satu tanah haram, maka dia tidak akan terkena hisab dan kepadanya akan mendapatkan perkataan; ‘Masuklah ke surga.’”
Saksikan Video Pilihan Ini:
Dapat Syafaat di Hari Kiamat
Mengutip Bincangsyariah.com, keutamaan lain wafat di salah satu Tanah Suci (Makkah dan Madinah) adalah mendapat syafaat di hari kiamat. Dalam hadis riwayat Imam Thabrani dari Salman, Rasulullah SAW bersabda,
من مات في احد الحرمين استوجب شفاعتي وكان يوم القيامة من الامنين
Artinya: “Barangsiapa meninggal di salah satu tanah haram, maka dia wajib mendapat syafaatku dan kelak dia termasuk orang-orang yang selamat.”
Advertisement