Liputan6.com, Jakarta - Gantungkan cita-citamu setinggi langit. Kalimat motivasi ini selalu ada dan menjadi ungkapan motivasi yang biasanya diungkapkan oleh guru di sekolah.
Biasanya ini berkaitan dengan profesi atau pekerjaan. Namun berbeda dengan pendakwah muda asal Blitar, Gus Iqdam.
Bukan masalah setinggi apa cita-cita itu digantungkan, melainkan apa cita-cita terbaik yang harus dimiliki oleh pemuda.
Advertisement
Baca Juga
Karena itu, cita-cita terbaik itu mesti diketahui oleh para 'garangan' alias jemaah ST maupun pemuda muslim secara umum.
Â
Simak Video Pilihan Ini:
Cita-Cita Terbaik Menurut Gus Iqdam
Rasa-rasanya, ungkapan Gus Iqdam kali ini mampu membakar semangat seluruh pemuda Indonesia. Bahkan bisa menjadi quotes yang masuk ke sekolah-sekolah menjadi rujukan anak anak di negeri ini.
Bagaimanakah ungkapan tersebut?
Ungkapan ini penting disimak dan diamalkan oleh pemuda, sebagaimana yang diungkapkan oleh Gus Iqdam dalam salah satu video pengajiannya seperti dalam akun TikTok @garangan ST yang dikutip Minggu 15/10/2023.
"Cita-cita terbaik bagi seorang pemuda adalah memuliakan kedua orangtuanya," kata Gus Iqdam.
Â
Advertisement
Berbuat Baiklah kepada Anak Kita
Menurutnya, buat apa kaya dan sukses jika orangtua mengalami kesusahan apalagi tersiksa akibat ulah pemuda sendiri, atau kita sebagai anak.
"Kalau bisa kesuksesanmu kemuliaanmu diniatkan untuk membahagiakan orangtuamu," katanya.
Ia menambahkan, ketika kita baik kepada orang tua, niscaya anak-anak kita akan baik kepada kita.
Kita semua tidak tahu bagaimana kedepannya jalan hidup kita, apakah langsung meninggal atau repot dan sakit sakitan. Jika sakit, butuh bantuan anak anak kita.
Bapak Gus Iqdam Pernah Sakit Stroke 2 Tahun
Dalam dialog dengan jemaah yang saat itu sedang merawat ibunya yang mengalami depresi karena ditinggal suaminya, Gus Iqdam berpesan agar dijalani dengan sabar. Karena dengan kesabaran tersebut akan dinaikkan derajatnya.
Menurutnya meski ibunya sakit depresi sampai 10 tahun. Itu waktu yang tidak seberapa jika dibandingkan dengan merepotkannya anak kepada orangtuanya.
Ternyata, Gus Iqdam hingga saat ini memendam penyesalan mendalam di mana kondisi seperti saat ini ayahnya sudah tidak bisa menyaksikan.
"Bapak saya dulu sakit stroke dua tahun. Bapak meninggal itu saya masih suka balapan gak jelas gitu. Begitu sekarang saya agak bener, istiqamah ngaji bapak sudah gak bisa menyaksikannya. Kalau saja bapak bisa melihat saya saat ini betapa bahagianya bapak saya," ujar Gus Iqdam.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul
Advertisement