Liputan6.com, Jakarta - Manusia selalu mencari jawaban atas berbagai pertanyaan besar dalam hidup. Segala sesuatu yang bersifat ilmiah, logis, dan berlandaskan kebenaran akan terus bertahan hingga hari kiamat. Hal ini karena kebenaran sejati tidak terpengaruh oleh zaman atau perubahan pemikiran manusia.
Dalam ajaran Islam, konsep ketuhanan telah dirumuskan dengan sangat logis. Sejak kecil, umat Islam diajarkan tentang sifat-sifat Allah, seperti wujud, qidam, baqa, mukhalafatul lil hawaditsi, dan lainnya. Konsep ini bersifat abadi karena berkaitan langsung dengan keberadaan alam semesta.
Ulama sekaligus Pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Qur'an LP3IA di Rembang, Jawa Tengah, KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau yang lebih dikenal sebagai Gus Baha menjelaskan bahwa konsep-konsep dasar ketuhanan dalam Islam tidak akan pernah berubah. Keberadaan Allah adalah mutlak, dan segala sesuatu yang ada di alam ini tidak mungkin terjadi tanpa adanya sebab yang mendahuluinya.
Advertisement
"Ketika kita diajari sifat-sifat Allah, itu bukan sekadar teori agama, tapi juga logika yang bertahan hingga hari kiamat. Masa alam raya yang ada ini muncul begitu saja tanpa sebab? Ketiadaan tidak akan pernah menghasilkan sesuatu," ujar Gus Baha dalam ceramahnya, dipetik dari sebuah tayangan video di kanal YouTube @MuhammadNurBinYusuf.
Dalam ceramah tersebut, Gus Baha membahas bagaimana kebenaran logis yang diajarkan dalam Islam tetap berlaku di sepanjang zaman.
Menurut Gus Baha, seseorang tidak perlu melihat langsung suatu keajaiban untuk mempercayainya. Logika yang benar akan tetap berlaku, meskipun tidak disaksikan secara kasat mata. Contohnya, seseorang tidak bisa menciptakan angka baru di luar angka satu. Ini membuktikan bahwa ada prinsip dasar dalam kehidupan yang tidak bisa diubah.
Â
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Penjelasan Gus Baha Pemahaman Atheis
Ia mengutip perkataan seorang ulama besar, Imam Al-Amudi, yang menjelaskan bahwa segala sesuatu di dunia ini berawal dari satu kesatuan. Tidak ada angka dua tanpa angka satu, dan segala sesuatu merupakan cabang dari prinsip dasar yang satu.
Prinsip ini juga berlaku dalam memahami keesaan Allah. Keberadaan-Nya tidak membutuhkan pembuktian fisik karena segala sesuatu yang ada di dunia ini sudah cukup menjadi bukti. Setiap aspek kehidupan menunjukkan adanya desain dan keteraturan yang tidak mungkin muncul secara kebetulan.
"Ketika seseorang berpikir secara logis, dia akan menyadari bahwa segala sesuatu pasti memiliki asal. Jika kita melihat keteraturan di alam semesta, pasti ada yang menciptakannya. Ini adalah hukum yang berlaku hingga kiamat," lanjut Gus Baha.
Sebagai contoh, seseorang tidak perlu melihat langsung mukjizat Nabi Musa untuk mempercayai keagungan Allah. Cukup dengan memahami konsep bahwa alam semesta ini memiliki keteraturan, maka sudah jelas ada Dzat yang mengaturnya.
Ia juga menyinggung bagaimana pemikiran ateis sering kali terbentur dengan logika mereka sendiri. Seorang ateis yang menolak keberadaan Tuhan tetap harus menerima fakta bahwa semua yang ada di dunia ini berasal dari sesuatu.
Gus Baha menjelaskan bahwa nihilisme, atau pemikiran bahwa segala sesuatu berasal dari ketiadaan, tidak masuk akal. Ketiadaan tidak mungkin menghasilkan keberadaan. Hanya sesuatu yang wujud yang bisa menyebabkan keberadaan lainnya.
Kebenaran semacam ini tidak membutuhkan nabi atau wali untuk menjaganya, karena logika manusia sendiri akan terus membimbingnya ke arah yang benar. Pemikiran ini juga yang membuat ajaran Islam tetap relevan hingga akhir zaman.
Advertisement
Pemahaman Agama Berdasar Logika
Sejarah membuktikan bahwa teori-teori ilmiah yang didasarkan pada logika yang benar akan bertahan. Sedangkan teori yang tidak memiliki dasar yang kuat akan hilang seiring berjalannya waktu.
Begitu pula dalam memahami keesaan Allah. Konsep ini tidak berubah sejak zaman dahulu hingga sekarang, karena ia didasarkan pada logika yang tidak bisa disangkal.
"Sehebat apapun seorang ilmuwan atau filsuf, dia tidak akan bisa menciptakan logika baru yang bertentangan dengan kebenaran dasar ini. Segala sesuatu pasti memiliki asal-usul yang bisa ditelusuri," tambah Gus Baha.
Oleh karena itu, pemahaman agama yang didasarkan pada logika akan tetap bertahan. Orang yang berpikir dengan jernih akan memahami bahwa ajaran Islam tidak hanya bersifat spiritual, tetapi juga ilmiah dan rasional.
Konsep ini jugalah yang membuat banyak ilmuwan terkemuka pada akhirnya mengakui adanya Tuhan. Semakin dalam mereka meneliti alam semesta, semakin jelas keteraturan yang membuktikan adanya pencipta.
Pada akhirnya, kebenaran sejati tidak akan tergoyahkan oleh zaman. Kebenaran itu bersumber dari Allah dan akan tetap bertahan hingga hari kiamat.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul
