Maksud dan Tujuan Takbir di Hari Raya Idul Fitri, Simak Penjelasan Ustadz Adi Hidayat

Ustadz Adi Hidayat dalam salah satu ceramahnya yang membahas tentang keutamaan takbir. Ia menegaskan bahwa seseorang yang merasa besar dalam kehidupan, tetapi tidak membesarkan Allah, berpotensi tidak mendapatkan ampunan dari-Nya.

oleh Liputan6.com Diperbarui 28 Mar 2025, 13:30 WIB
Diterbitkan 28 Mar 2025, 13:30 WIB
uah adi hidayat
Ustadz Adi Hidayat (UAH) (SS TikTok)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Hari Raya Idul Fitri adalah momen penuh kebahagiaan bagi umat Islam. Di hari kemenangan ini, gema takbir berkumandang di berbagai penjuru, mengagungkan nama Allah. Namun, banyak yang belum memahami tujuan sebenarnya dari takbir yang dikumandangkan pada malam Idul Fitri hingga pelaksanaan sholat Id.

Takbir di hari raya bukan sekadar tradisi yang dilakukan tanpa makna. Ada pesan mendalam yang terkandung dalam setiap lafaz Allahu Akbar yang diucapkan oleh umat Islam.

Penceramah Muhammadiyah Ustadz Adi Hidayat (UAH) menjelaskan bahwa takbir memiliki tujuan utama, yaitu menanamkan kebesaran Allah dalam hati setiap Muslim. Hal ini penting karena manusia sering kali terjebak dalam perasaan sombong dan merasa besar dengan kedudukan, harta, atau pengetahuan yang dimiliki.

Penjelasan ini disampaikan UAH dalam salah satu ceramahnya yang membahas tentang keutamaan takbir. Ia menegaskan bahwa seseorang yang merasa besar dalam kehidupan, tetapi tidak membesarkan Allah, berpotensi tidak mendapatkan ampunan dari-Nya.

Dirangkum dari tayangan video di kanal YouTube @IslamAlMubarok, UAH menguraikan betapa pentingnya takbir dalam membentuk kerendahan hati seorang Muslim.

Menurut UAH, seseorang yang tidak membesarkan Allah akan sulit mendapatkan rahmat-Nya. Hidupnya akan penuh dengan kesulitan, dan lebih parah lagi, ia bisa terhalang dari kasih sayang Allah.

 

Promosi 1

Simak Video Pilihan Ini:

Membesarkan Nama Allah SWT Agar Tak Sombong

Festival Tabuh Bedug Malam Takbiran
Peserta mengikuti Festival Tabuh Bedug Malam Takbiran (Liputan6.com/Faizal Fanani)... Selengkapnya

Sebagai contoh, UAH mengutip ayat ke-12 dalam Surat Al-A’raf yang membahas kesombongan iblis. Dalam ayat tersebut, Allah berfirman:

قَالَ مَا مَنَعَكَ أَلَّا تَسْجُدَ إِذْ أَمَرْتُكَ ۖ قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِّنْهُ

"Allah berfirman: 'Apakah yang menghalangimu (sehingga) kamu tidak bersujud (kepada Adam) ketika Aku menyuruhmu?'. Iblis menjawab: 'Aku lebih baik daripadanya.'" (QS. Al-A’raf: 12)

Ayat ini menunjukkan bahwa iblis diusir dari rahmat Allah karena kesombongannya. Ia merasa lebih baik daripada Adam dan menolak perintah Allah untuk bersujud.

UAH menjelaskan bahwa manusia yang memiliki sifat sombong serupa juga akan mengalami kesulitan dalam hidupnya. Kesombongan menjadi penghalang utama untuk mendapatkan ampunan dan kasih sayang Allah.

Para ulama menyebutkan bahwa Allah tidak membutuhkan sholat, sujud, atau ibadah manusia. Justru manusia yang membutuhkan Allah dalam setiap aspek kehidupannya.

Takbir di malam Idul Fitri memiliki makna untuk kembali mengingatkan bahwa hanya Allah yang Maha Besar. Dengan membesarkan Allah, seorang Muslim akan terhindar dari sifat sombong yang bisa menjauhkan dirinya dari rahmat-Nya.

Takbir juga menjadi bentuk pengakuan bahwa kemenangan yang diraih setelah sebulan berpuasa bukanlah hasil usaha pribadi, melainkan karena pertolongan Allah.

Resapi Makna Takbir

Ilustrasi takbiran
Ilustrasi takbiran (sumber: iStockphoto)... Selengkapnya

Oleh karena itu, takbir tidak boleh hanya sekadar diucapkan tanpa pemahaman. UAH menegaskan bahwa takbir harus meresap dalam hati dan membentuk sikap rendah hati pada setiap Muslim.

Seorang Muslim yang benar-benar memahami makna takbir akan selalu merasa bahwa dirinya hanyalah makhluk kecil yang bergantung pada Allah dalam segala hal.

Dengan membesarkan Allah, seseorang akan lebih mudah untuk bersyukur dan menerima segala ketetapan-Nya dengan penuh keikhlasan.

UAH juga mengingatkan bahwa salah satu tujuan utama berpuasa di bulan Ramadhan adalah untuk membentuk ketakwaan, dan takbir di malam Idul Fitri menjadi simbol puncak dari perjalanan spiritual tersebut.

Takbir yang dikumandangkan di malam hari raya juga menjadi pengingat bahwa segala kebesaran, kekuatan, dan kemuliaan hanya milik Allah semata.

Sebaliknya, mereka yang masih merasa besar karena harta, jabatan, atau ilmu yang dimiliki, sejatinya sedang berada dalam ujian besar. Jika tidak segera menyadari hakikat dirinya, maka bisa jadi akan mengalami nasib yang sama seperti iblis yang diusir dari rahmat Allah.

Oleh karena itu, UAH mengajak seluruh umat Islam untuk menghayati makna takbir dengan sepenuh hati. Jangan sampai lisan mengucapkan Allahu Akbar, tetapi hati masih merasa lebih besar dari orang lain.

Idul Fitri bukan hanya tentang perayaan kemenangan, tetapi juga tentang bagaimana seorang Muslim menyadari bahwa hanya Allah yang pantas dibesarkan.

Takbir adalah pengakuan atas kebesaran Allah dan bentuk penyerahan diri sepenuhnya kepada-Nya. Jika takbir benar-benar diresapi, maka kehidupan akan menjadi lebih tenang dan penuh berkah.

Sebagai penutup, UAH mengingatkan agar umat Islam menjadikan takbir sebagai sarana untuk membangun ketakwaan dan menghilangkan sifat sombong dalam diri. Dengan demikian, Idul Fitri akan menjadi momentum untuk kembali kepada Allah dengan hati yang bersih dan penuh keikhlasan.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Produksi Liputan6.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya