Liputan6.com, Jakarta - Menjaga umat dari perbuatan maksiat menjadi salah satu obsesi besar KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha, pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Qur'an Lembaga Pembinaan, Pendidikan, dan Pengembangan Ilmu Al-Qur'an (LP3IA) Rembang, Jawa Tengah.
Filosofi ini ia sampaikan dalam salah satu ceramahnya yang kini menarik perhatian banyak kalangan.
Advertisement
"Obsesi saya terbesar, atau cita-cita saya terbesar, setiap kali saya ngaji adalah membuat orang mukmin bahagia. Dengan bahagia, mereka tidak neko-neko mencari kebahagiaan lewat maksiat," ungkap Gus Baha dalam ceramahnya, yang dikutip dari kanal YouTube @toplesbening-x8i.
Advertisement
Gus Baha menekankan pentingnya menjaga hal-hal yang mubah, atau dibolehkan, sebagai upaya menjauhi maksiat. "Dalam konstitusi ulama yang ditulis di kitab-kitab usul fikih, membela sesuatu yang mubah itu sampai luar biasa. Tidur, bermain catur, atau berkumpul dengan teman adalah aktivitas mubah yang bisa menjadi penghalang dari maksiat," lanjutnya.
Aktivitas mubah, menurut Gus Baha, tidak sekadar perkara remeh. Dalam perspektif fikih, hal-hal mubah memiliki nilai penting sebagai sarana untuk menghindari dosa. Filosofi ini dikenal dengan istilah Tarkul ma'ashi, yang berarti menjauhi maksiat.
Filosofi ini juga mencerminkan kehidupan santri yang senantiasa menghindari perbuatan yang dilarang Allah. Dalam aktivitas sehari-hari, santri diajarkan untuk menjaga kebiasaan baik yang dapat mendekatkan diri kepada Allah, sekaligus menjauhkan diri dari godaan maksiat.
Sebagai tokoh yang dikenal luas dengan keilmuannya, Gus Baha sering mengaitkan pemahaman agama dengan kehidupan sehari-hari. Ia percaya, kebahagiaan yang sederhana bisa menjadi tameng ampuh dari perbuatan dosa.
Menurut Gus Baha, banyak orang tergelincir ke dalam maksiat karena mereka tidak menemukan kebahagiaan yang cukup dalam hidupnya. "Kalau orang sudah bahagia dengan cara yang benar, dia tidak akan mencari kebahagiaan lewat cara yang salah," jelasnya.
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Ajakan Melihat dengan Prespektif Sederhana
Ceramah Gus Baha ini tidak hanya menjadi pengingat bagi umat Islam, tetapi juga sebuah ajakan untuk melihat kehidupan dengan perspektif yang lebih sederhana dan bermakna. Tidur, bercanda, atau berkumpul dengan sahabat adalah cara untuk meraih kebahagiaan yang halal.
Dalam konteks kehidupan modern, pesan Gus Baha terasa relevan. Banyak orang yang terjebak dalam rutinitas atau pencarian kebahagiaan instan, hingga melupakan nilai-nilai agama yang sebenarnya sederhana dan mudah dijalankan.
Selain itu, Gus Baha juga menekankan pentingnya menjaga niat dalam setiap aktivitas. Hal ini sesuai dengan ajaran Islam yang mengajarkan bahwa setiap perbuatan manusia dinilai berdasarkan niatnya.
"Kalau niatnya baik, bahkan aktivitas yang terlihat remeh pun bisa bernilai ibadah," tambahnya. Pemahaman ini menjadi motivasi bagi umat untuk menjaga hati dan pikiran agar selalu lurus dalam menjalani hidup.
Pesan Gus Baha juga sejalan dengan tradisi pesantren yang menekankan pentingnya kesederhanaan dalam hidup. Filosofi ini mengajarkan santri untuk selalu merasa cukup dengan apa yang ada, tanpa tergiur oleh godaan duniawi.
Dalam berbagai kesempatan, Gus Baha sering menekankan bahwa kebahagiaan sejati tidak tergantung pada harta atau kemewahan, tetapi pada ketenangan hati dan kedekatan dengan Allah.
Advertisement
Jangan Remehkan Hal yang Kelihatannya Mubah
Hal ini pula yang menjadi dasar filosofi hidup sederhana yang diajarkan di pesantrennya. Santri diajarkan untuk bersyukur atas nikmat kecil sekalipun, sehingga mereka mampu menjalani hidup dengan lebih ringan.
Ceramah Gus Baha menjadi pengingat bahwa kebahagiaan tidak harus dicari melalui hal-hal yang besar. Aktivitas kecil yang mubah, jika dilakukan dengan niat yang baik, bisa menjadi jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah.
"Jangan pernah meremehkan hal mubah. Itu adalah cara terbaik untuk menjaga diri dari maksiat," tegas Gus Baha di akhir ceramahnya. Pesan ini memberikan perspektif baru tentang bagaimana umat Islam bisa menjaga dirinya di tengah godaan dunia.
Kebahagiaan yang dimaksud Gus Baha bukan sekadar kebahagiaan duniawi, tetapi juga kebahagiaan yang mendekatkan manusia pada Tuhannya. Filosofi ini relevan untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari umat Islam.
Ceramah Gus Baha ini sekali lagi menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang mengutamakan kemudahan dan kedamaian. Pesan-pesan seperti ini diharapkan dapat menjadi pegangan bagi umat Islam dalam menjalani hidup dengan lebih baik.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul