Mahasiswa KKN-T IPB Temukan Inovasi Pengolahan Legen Tahan Lama di Desa Pedak Rembang

Sebanyak delapan mahasiswa IPB University dari berbagai disiplin ilmu menjalankan program Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKN-T) di Desa Pedak, Kecamatan Sulang, Kabupaten Rembang sejak 20 Juni hingga 31 Juli 2022.

oleh Muhamad Husni Tamami diperbarui 18 Jul 2022, 12:00 WIB
Diterbitkan 18 Jul 2022, 12:00 WIB
Mahasiswa IPB KKN-T di Desa Pedak, Rembang
Mahasiswa KKN-T IPB di Desa Pedak, Kecamatan Sulang, Kabupaten Rembang. (Foto: Liputan6.com/istimewa)

Liputan6.com, Rembang - Sebanyak delapan mahasiswa IPB University dari berbagai disiplin ilmu menjalankan program Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKN-T) di Desa Pedak, Kecamatan Sulang, Kabupaten Rembang sejak 20 Juni hingga 31 Juli 2022.

Delapan mahasiswa ini antara lain Said Arsandi Naim Harahap, Arina Arba Widad, Lia Safira Retno Wulandari, Sinta Yunia Tribudiani, Rifa Safitri, Nabilla Rahma Anisa, Mirza Ali Wardana, dan Jannatul Ulya. 

Setibanya di Desa Pedak, mahasiswa KKN-T IPB bimbingan Hermanu Widjaja dan Fitriyah Nurul Hidayati Utami ini langsung melakukan observasi dan wawancara mendalam ke berbagai informan untuk melihat potensi yang dimiliki Desa Pedak. Dari kepala desa, mahasiswa mendapatkan informasi bahwa masyarakat di Desa Pedak sebagian besar berprofesi sebagai petani lontar.

“Tanaman lontar banyak ditemukan disepanjang jalan ketika memasuki Desa Pedak. Hal itu menjadi potensi yang perlu dikembangkan untuk menaikkan kesejahteraan masyarakat,” kata Ketua KKN-T IPB Desa Pedak, Said kepada Liputan6.com, Sabtu (16/7/2022). 

Tanaman lontar memiliki banyak manfaat. Hasil tanaman ini berupa air legen dan buah siwalan. Namun berdasarkan hasil observasi mahasiswa IPB, pengolahan tanaman lontar menjadi air legen dan buah siwalan di Desa Pedak masih terkendala. Hal itu menjadi penyebab harga jual air legen dan buah siwalan belum mampu meningkatkan pendapatan masyarakat.

“Air legen ini masih diambil secara konvensional tanpa pengolahan dan langsung dijual dengan dikemas memakai botol PET (polyethylene terephthalate) bekas. Hal ini menyebabkan air legen tidak tahan lama dan jika dibiarkan di suhu ruang akan menyebabkan rasanya asam,” tuturnya. 

“Sedangkan, buah siwalan cara penjualannya dengan melalui dua tahap yakni petani memetik buah siwalan lalu dijual kepada pengepul dan pengepul melanjutkan distribusi kepada konsumen,” tambah dia.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

Inovasi Pengolahan Legen

Sosialisasi Inovasi Pengolahan Legen Tahan Lama
Temuan mahasiswa IPB terkait pengolahan legen tahan lama disosialisasikan ke masyarakat Desa Pedak. (Foto: Liputan6.com/istimewa)

Berdasarkan permasalahan yang ditemukan di Desa Pedak, mahasiswa IPB tidak tinggal diam. Dengan basis ilmu teknologi pangan, salah satu anggota KKN-T IPB Desa Pedak, Sinta Yunia Tribudiani memelopori penemuan metode pengolahan untuk air legen. 

"Kandungan gula yang tinggi pada legen mengakibatkan tidak tahan lama akibat fermentasi mikroorganisme sehingga diperlukan teknik pengolahan yang bertujuan untuk membunuh mikroba patogen dan sebagian pembusuk,” ungkap Sinta.

Berdasarkan basis teori tersebut, praktikum mandiri dilakukan oleh mahasiswa IPB. Ternyata hasilnya sesuai dengan harapan. Sinta mengatakan, dengan teknik pasteurisasi legen, hasil produksi petani Desa Dedak tersebut bisa tahan lebih lama sekitar 7 hari, sebelumnya hanya 24 jam.

Kabar baik ini disampaikan oleh mahasiswa IPB kepada masyarakat Desa Pedak melalui kegiatan Sosialisasi Pengolahan Legen (Pasteurisasi Air Legen) bersama Kelompok Wanita Tani (KWT) Desa Pedak, kelompok Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), dan dihadiri oleh Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Sulang.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya