Ikan Bermunculan tapi Ribuan Nelayan Cilacap Tak Bisa Melaut karena Gelombang Tinggi

Sebagian besar nelayan Cilacap, Jawa Tengah tak bisa melaut karena ancaman gelombang tinggi. Padahal, saat ini sudah mulai musim ikan

oleh Liputan6.com diperbarui 16 Jul 2022, 22:00 WIB
Diterbitkan 16 Jul 2022, 22:00 WIB
Warga turut mencari dua nelayan yang hilang tenggelam di Pantai Lengkong, Cilacap, Jawa Tengah. (Foto: Liputan6.com/HNSI/Muhamad Ridlo)
Warga turut mencari dua nelayan yang hilang tenggelam di Pantai Lengkong, Cilacap, Jawa Tengah. (Foto: Liputan6.com/HNSI/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Cilacap - Ribuan nelayan di Kabupaten Cilacap tidak melaut karena gelombang tinggi yang melanda perairan selatan Jawa Tengah dalam beberapa hari terakhir, kata Ketua Dewan Pimpinan Cabang Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (DPC HNSI) Kabupaten Cilacap Sarjono.

"Kemarin sih masih ada yang nekat melaut meskipun jarak dekat. Namun hari ini (15/7) mayoritas berhenti melaut dan memilih menambatkan perahunya di daratan, mungkin sekitar 90 persen (dari total nelayan di Kabupaten Cilacap yang mencapai lebih dari 12.000 orang)," katanya di Cilacap, Jumat.

Menurut dia, nelayan yang tidak melaut mayoritas merupakan nelayan-nelayan kecil dengan perahu berkapasitas di bawah 5 gross tonnage (GT).

Sementara untuk nelayan yang menggunakan kapal-kapal berukuran besar telah berangkat melaut dan saat sekarang berada di Samudra Hindia untuk mencari ikan tuna, cakalang, dan sebagainya.

Sarjono mengakui jika sebagian nelayan kecil (nelayan tradisional, red.) sempat nekat melaut meskipun gelombang tinggi sudah sering terjadi.

"Kebetulan berbagai jenis ikan mulai bermunculan di perairan selatan Jawa Tengah khususnya Cilacap, sehingga nelayan berangkat melaut pada dini hari dan kembali ke daratan menjelang siang hari," katanya.

Akan tetapi pada hari Jumat (15/7), kata dia, mayoritas nelayan tidak berangkat melaut karena gelombang di perairan selatan Cilacap sangat tinggi serta anginnya bertiup kencang dan arusnya juga kencang.

Menurut dia, kondisi tersebut biasa terjadi pada awal musim angin timuran dan akan stabil atau kondusif saat puncak musim meskipun masih ada potensi terjadi gelombang tinggi.

"Mungkin akhir bulan mulai tenang, stabil. Saat sekarang hampir memasuki masa panen, tapi gelombangnya tinggi, kemudian angin dan arusnya juga kencang," kata Sarjono.

Ia mengatakan nelayan terus memantau perkembangan cuaca di wilayah perairan selatan Cilacap.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

Gelombang 4-6 Meter

Jika dalam dua hari ke depan gelombangnya tidak sangat tinggi, kata dia, nelayan biasanya akan berangkat melaut meskipun anginnya masih kencang karena saat sekarang berbagai jenis ikan mulai bermunculan.

Dalam kesempatan terpisah, Kepala Kelompok Teknisi BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap Teguh Wardoyo mengatakan pihaknya kembali mengeluarkan peringatan dini gelombang tinggi yang berlaku hingga tanggal 17 Juli 2022.

"Peringatan dini kami keluarkan karena tinggi gelombang di perairan selatan Jawa Barat hingga Daerah Istimewa Yogyakarta maupun Samudera Hindia selatan Jabar hingga DIY berpotensi mencapai 4-6 meter atau sangat tinggi," katanya.

Menurut dia, wilayah yang berpotensi terjadi gelombang sangat tinggi yang mencapai kisaran 4-6 meter meliputi perairan selatan Sukabumi, perairan selatan Cianjur, perairan selatan Garut, perairan selatan Tasikmalaya, perairan selatan Pangandaran, perairan selatan Cilacap, perairan selatan Kebumen, perairan selatan Purworejo, dan perairan selatan Yogyakarta.

Selain itu, Samudra Hindia selatan Sukabumi, Samudra Hindia selatan Cianjur, Samudra Hindia selatan Garut, Samudra Hindia selatan Tasikmalaya, Samudra Hindia selatan Pangandaran, Samudra Hindia selatan Cilacap, Samudra Hindia selatan Kebumen, Samudra Hindia selatan Purworejo, dan Samudra Hindia selatan Yogyakarta.

"Gelombang sangat tinggi tersebut dipengaruhi oleh pola angin di wilayah Indonesia bagian selatan dominan bergerak dari timur hingga tenggaradengan kecepatan angin berkisar 5-30 knot. Kami akan segera informasikan kepada seluruh pengguna jasa kelautan jika ada perkembangan lebih lanjut," kata Teguh.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya