Liputan6.com, Yogyakarta - Batik dikenal sebagai salah satu kekayaan budaya milik bangsa Indonesia. Batik merupakan kerajinan berupa motif yang sudah ada sejak zaman dulu di Indonesia.
Motif batik sangat beraneka ragam mulai dari motif hewan, bunga, manusia, geometris, dan masih banyak lainnya. Pemerintah Indonesia melalui keputusan presiden (Kepres) Nomor 33 tahun 2009, telah menetapkan 2 Oktober sebagai Hari Batik Nasional.
Berbagai kegiatan dilakukan masyarakat dalam memperingati Hari Batik Nasional, salah satunya Olifant School, selama 1 bulan ini mengadakan kegiatan Gajah Mencanting.
Advertisement
Menurut Direktur Olifant Deasy Andriani, kegiatan ini dilaksanakan berawal dari ide melestarikan batik sebagai bagian dari kebanggaan budaya Indonesia, dan Yogyakarta sebagai pusat batik dunia, terbitlah suatu proyek budaya bernama Gajah Mencanting.
Baca Juga
Kegiatan Gajah Mencanting ini merupakan bagian dari serangkaian acara peringatan Hari Batik Nasional yang diselenggarakan Olifant, mulai dari workshop batik dengan narasumber abdi dalem dan tim pembatik Keraton Ngayogyakarta.
Selain workshow, peringatan Hari Batik Nasional ini juga diisi dengan kegiatan membatik yang diikuti oleh seluruh siswa Olifant dari SMA hingga preschool.
“Acara Gajah Mencanting tentunya sangat istimewa, karena kegiatan ini merupakan yang pertama kali dilaksanakan oleh sebuah sekolah dengan jumlah pembatik hingga 800 orang, langsung di Keraton dengan pengajar khusus dari pembatik Keraton Ngayogyakarta,” ujarnya.
Lebih jauh dikatakan Deasy, bahwa batik yang dibuat merupakan puzzle batik berupa satu lembar kain batik yang di desain khusus untuk Olifant yang dibagi menjadi beberapa bagian.
“Puzzle batik ini akan dirangkai menjadi 1 bagian batik utuh, kemudian akan dipamerkan di Titik Nol Yogyakarta,”ujarnya.
Menurut Deasy, pemilihan bentuk puzzle batik ini merupakan simbolisasi value dari Olifant mengenai Unity in Diversity atau Bhinneka Tunggal Ika, kreatifitas dan kolaborasi. Sekaligus penggambaran jiwa dan semangat gotong royong yang merupakan nilai budaya di Indonesia.
Setelah Proyek Sociopreneur, seluruh siswa akan mengikuti pawai saantai dengan cara menempatkan para peserta pada titik awal di sekitar Teras Malioboro 2. Selanjutnya, para peserta akan berjalan hingga ke titik akhir yaitu Titik Nol Yogyakarta.
Pawai santai ini akan diikuti oleh 1.000 yang terdiri dari siswa, guru, dan orang tua, didukung oleh Keraton Ngayogyakarta serta Dinas Kebudayaan Pengelolaan Kawasan Cagar Budaya.
Head of Creative & Program Development, Mariana Hastuti menilai melalui pawai ini, para siswa Olifant secara aktif berbaur dan berinteraksi dengan para pedagang, pengunjung, pejalan kaki dan sebagainya.