Alissa Wahid Kecam Tindakan Intoleran Pria Tendang Sesajen di Gunung Semeru

Video berisi seorang pria menendang sesajen di lokasi erupsi Gunung Semeru mendapat kecaman dari banyak pihak.

oleh Ahmad Apriyono diperbarui 10 Jan 2022, 09:23 WIB
Diterbitkan 10 Jan 2022, 08:36 WIB
Rawat Kebhinekaan Lewat Jelajah Kebangsaan
Sekretaris Jenderal Suluh Kebangsaan Alissa Wahid saat kegiatan Gerakan Suluh kebangsaan di Banten, Senin (18/2). Kegiatan ini bertujuan untuk Rawat Kebhinekaan Indonesia Lewat Jelajah Kebangsaan 2019. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Video berisi seorang pria menendang sesajen di lokasi erupsi Gunung Semeru mendapat kecaman dari berbagai pihak. Salah satunya Alissa Wahid, anak mendiang Abdurrahman Wahid alias Gusdur. Dalam cuitan di akun Twitternya, Alissa mengatakan, meyakini bahwa sesajen tidak boleh itu silahkan saja, namun memaksakan itu kepada yang meyakini itu tentu tidak diperbolehkan. 

"Repot memang kalau ketemu yang model-model begini. Susah banget memahami bahwa dunia bukan milik kelompoknya saja," katanya. 

Alissa juga mengatakan, kalau pun video tersebut tidak ada yang mengunggahnya di media sosial dan menjadi ramai, tindakan menendang sesajen tentu tetap menjadi perbuatan yang salah. 

"Kesalahan dan kedzaliman tidak berubah menjadi benar hanya karena tidak ada yang mengetahui," katanya.

Saat dihubungi Liputan6.com, Alissa mengatakan, setiap umat beragama pasti meyakini imannya yang paling hakiki. Tapi kelompok  eksklusif beragama meyakini kelompoknya paling benar sambil mengeksklusi kelompok lain, menganggap kelompok lain tidak punya hak di bumi Tuhan mereka.

"Akibatnya, mereka memaksakan pandangannya. Contohnya ya merusak sesajen, menolak rumah ibadah orang lain, tidak mau bergaul dengan orang beda agama, bahkan memformalisasikan aturan agamanya sebagai aturan hidup bersama," katanya.

Sebelumnya ramai dibicarakan, seorang pria menggunakan topi dan rompi hitam menendang sesajen di Gunung Semeru. Pria tersebut mengtakan, "Ini yang membuat murka Allah. Jarang sekali disadari bahwa inilah yang justru mengundang murka Allah, hingga Allah menurunkan azabnya. Allahu Akbar".

Video berdurasi 30 detik itu pun langsung viral dan mengundang beragam kecaman dan menganggapnya sebagai sifat yang antitoleran dan keberagaman.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Bentuk Permintaan Maaf ke Alam

Terkait tradisi sesajen di lokasi tersebut, Tono seorang Ranger Gunung Semeru saat dihubungi Liputan6.com, Senin (10/1/2022) mengatakan, sejak lama masyarakat setempat memang terbiasa memberikan sesajen di Gunung Semeru. 

"Di daerah Tempur Sari itu banyak Hindunya, saya lihat sekilas ada Padmasari, memang selalu ada sesajen, sehari tiga kali seperti di Bali," katanya. 

Sesajen itu, kata Tono, namanya pecuk bakal, sebagai bentuk maaf terhadap alam. Tradisi ini sudah sering dilakukan masyarakat di sekitar Ranu Pani dan warga yang berlainan keyakinan menganggapnya sebagai suatu yang biasa saja.

"Wajar kalau ada sesajen di gunung-gunung itu, di gunung mana-mana ada," katanya.

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya