Merayakan Kekuatan Cinta dan Toleransi di World Hijab Day

Di sejumlah tempat di dunia, hijab masih menjadi kontroversi. World Hijab Day pun menjadi tempat untuk merayakan dengan cinta dan toleransi

oleh Unoviana Kartika Setia diperbarui 03 Feb 2017, 12:54 WIB
Diterbitkan 03 Feb 2017, 12:54 WIB
20170202-Hari-Hijab-Sedunia-New-York-AFP
Seorang wanita membantu rekannya memakai kerudung bermotif bendera AS saat perayaan Hari Hijab Sedunia di depan Balai Kota, New York, Rabu (1/2). Hari Hijab Sedunia digagas oleh warga New York bernama Nazma Khan. (Spencer Platt / Getty Images / AFP)

Liputan6.com, Jakarta Di sejumlah tempat di dunia, pemakaian hijab masih menjadi kontroversi. Sebagai salah satu upaya mengangkat isu hijab, seorang warga New York Nazma mendirikan World Hijab Day pada 2013.

Hari tersebut bertujuan untuk merayakan wanita yang memilih memakai hijab. Termasuk memberikan pengertian dan toleransi keagamaan dengan mengajak para wanita untuk merasakan pengalaman memakai hijab dalam satu hari itu.

Hal itu pun sukses membuat World Hijab Day viral. Banyak orang membicarakannya di media sosial untuk merayakan keanekaragaman pada hari itu. Dengan tagar #WorldHijabDay dan #IStand4Hijab, kicauan para netizen pun mudah dikenali.

World Hijab Day dirayakan setiap tanggal 1 Februari. Para pegiatnya berharap, momen tersebut dapat memberikan pengertian bahwa pemakaian hijab bukan lah hal yang dipaksakan, melainkan pilihan pribadi para wanita Muslim.

Tiga wanita Muslim dengan hijab pun memberikan pendapatnya yang kuat tentang World Hijab Day, seperti dilansir dari Indy100, Jumat (3/2/2017).

1. Noor Tagouri, jurnalis dan wanita berhijab pertama yang tampil di Majalah Playboy
"World Hijab Day bagi saya adalah hari para wanita di seluruh dunia merayakan pilihan mereka untuk mengekspresikan dan memberdayakan diri dengan hijab. Untuk mendukung dan mengapresiasi mereka yang tidak memakai hijab, serta tetap menunjung solidaritas wanita yang memakainya.

"Untuk mengingatkan bahwa hijab dalam Islam adalah pilihan, sehingga kita harus berdiri bagi mereka yang berada di bagian dunia lain yang tidak memiliki pilihan karena politik," ujarnya.

Hijab Setelah Brexit dan Trump

2. Lina-Sirine, penyiar
"Saya memakai hijab sejak usia 11 tahun dan ini murni keputusan saya sendiri, bukan paksaan orangtua. Ini telah menjadi bagian dari identitas dan saya bersyukur tidak pernah mengalami kendala memakainya di Kota London.

"Namun, setelah Brexit dan Trump terpilih menjadi presiden, grup rasis dan fasis berkembang di Eropa, melegitimasi dan menormalkan retorika Islamophobia, saya merasa seperti ada target yang ingin dicapai.

"Saya tidak dapat memulai menyuarakan respek tanpa akhir kepada saudara-saudara Muslim saya, lebih dari masa-masa sulit ini. Namun, saya sangat bahagia melihat banyak orang mengikuti World Hijab Day untuk bersama-sama bersolidaritas dan merayakan kekuatan dengan kesadaran, keanekaragaman, dan empati," tuturnya.

Dukungan dan Cinta

3. Chloe, wanita yang memutuskan masuk Islam sejak 2016
"Saya sekarang tinggal di Australia dan memeluk Islam sejak tahun lalu. World Hijab Day sangat berarti bagi saya karena semua orang bersama-sama menciptakan dukungan melawan kebencian.

Ketika semua orang memakainya, ini semua memiliki tujuan. Entah memakainya karena agama, kenyamanan, atau untuk mendukung orang lain seperti hari ini. Ini sangat menyenangkan untuk melihat banyak wanita bertujuan untuk memberikan dukungan, menerima, dan paling penting, cinta.

Ini memberikan kekuatan untuk mengetahui banyak orang yang mendukung ketika banyak juga yang mencoba menghancurkan saya. Ini semua hanya karena hijab," kata dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya