Kunjungan Wisman ke Indonesia Semester I 2019 Catatkan Growth Positif

Strategi Menteri Pariwisata, Arief Yahya dengan Hot Deals dan Tourism Hub makin growth.

oleh Reza diperbarui 28 Agu 2019, 19:08 WIB
Diterbitkan 28 Agu 2019, 19:08 WIB
Kemenpar
Strategi Menteri Pariwisata, Arief Yahya dengan Hot Deals dan Tourism Hub makin growth

Liputan6.com, Jakarta Strategi Menteri Pariwisata, Arief Yahya dengan Hot Deals dan Tourism Hub makin menggigit. Dua program inilah yang membuat performance kunjungan wisman ke tanah air di Semester I tahun 2019 ini masih growth positif.

Bahkan ketika destinasi Bali terkena kontraksi, hingga bertumbuh flat di angka -0,5% (tidak sampai minus 1%, red), keseluruhan nasional masih bertumbuh. Artinya, destinasi lain menyumbang pertumbuhan yang lebih besar, dengan program-program promosi kreatif. “Kalau saya paham, dampak perang dagang USA v Tiongkok ini tidak main-main, impactnya di mana-mana, termasuk di sektor pariwisata,” jelas Didien Djunaedy, Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI). Turis Tiongkok yang datang ke regional ASEAN pertumbuhannya di semester 1 turun dari 12.1% (2018/2017) menjadi -1.5% ( 2019/2018).Turis Australia ke regional ASEAN pun turun pertumbuhannya dari 5.9% (2018/2017) menjadi hanya tumbuh 0.5% (2019/2018).

Ibarat sebuah negara, Bali memang masih tetap menjadi “ibu kota” pariwisata Indonesia. Bali adalah pintu utama penyumbang jumlah wisatawan mancanegara terbanyak, sekaligus kontributor devisa terbesar dari sektor pariwisata. Rata-rata 40% wisman ke Indonesia masuk lewat pintu Ngurah Rai Airport, Denpasar. Hingga Semester I tahun 2019, bulan Januari-Juni 2019, posisi Bali masih tetap yang tertinggi.

Wisman ke Bali, jumlahnya masih di kisaran 2,8 juta orang dari total 7,8 juta yang dicatat oleh BPS, Badan Pusat Statistik. Namun, secara nasional, Indonesia masih bertumbuh positif di atas 4%. Artinya, stagnansi di Pulau Dewata bisa dikompensasi oleh pertumbuhan di pintu-pintu masuk lain di tanah air.

“Ini bagus sekali, sekarang baru terasa program hotdeals itu efektif, untuk menjadi wisman di Singapore. Tentu dengan tujuan Kepri, Batam, Bintan, dan lainnya. Terjadi pemerataan distribusi wisman di Indonesia saat ini. Makin bagus dan kuat secara nasional,” ungak Didien.

Menurut Didien Djunaedi, kondisi Bali sangat dipengaruhi situasi internasional. “Bisa jadi penurunan ini juga karena gairah pariwisata internasional sedang terganggu. Mau tidak mau, kita harus berani menyebut ada resesi. Karena salah satunya efek perang dagang Amerika Serikat dengan China juga menimpa priwisata. Selain itu, harga pesawat domestik juga masih tinggi, sehingga ikut berandil pada menurunnya kunjungan wisman," jelasnya.

Namun, Didien menilai hal itu diimbangi dengan pesatnya pertumbuhan pariwisata di luar Bali. Baik akumulasi sampai dengan Juni (semester 1/ 2019), maupun month to month. Contohnya destinasi Kualanamu (Toba) Sem 1/2019 tumbuh 9.4% dibanding sem 1 tahun sebelumnya. Kemudian Husein (Bandung) 7.4%, Minangkabau (Padang) 22.7%, Hasanudin (Makassar) 36%, Sutan Badaruddin 59.6% , Tanjung Uban 58.2%, Tanjung Pinang 52.3%, dan Tanjung Balai Karimun 35.4%.

Sedangkan pertumbuhan bulan Juni 2019 dibanding Juni 2018, Kualanamu tumbuh sebesar 5.9%. Kemudian Bandung 36.6%, Minangkabau 15.1%, Hasanudin Makasar 15%, Sutan Badarudin 33.9%, Tanjung Uban 53.5%, Tanjung Pinang 48.4%, dan Tanjung Balai Karimun 29.7%.

“Cerdas betul Pak Menpar Arief Yahya. Membuat hotdeals, yang sukses dengan prinsip bundling 3A, Akses, Atraksi, Amenitas. Dilempar paket yang kompetitif di pasar. Intinya more for less, you get more you pay less. Akhirnya orang terbiasa dengan program di weekdays itu. Dan saat ini bisa meng-create pasar,” ungkapnya.

Kemenpar sendiri sudah melakukan berbagai terobosan untuk mendongkrak kunjungan wisman. Tak hanya fokus di Bali, salah satunya adalah cross border festival di daerag-daerah perbatasan, seperti Aruk, Entikong Kalbar, Nunukan Kaltim, Skaw Papua, Atambua NTT, Malaka NTT, dan lainnya.

Tahun 2019, Program Hot Deal menargetkan 1 juta paket. Sasaran terbesar masih sama dengan tahun lalu, yakni Singapura dengan kuota 600 ribu. Disusul Malaysia dengan target penjualan 100 ribu dan Filipina 75 ribu. Selebihnya menyasar Vietnam dan Australia masing-masing 25 ribu, serta negara lain-lain 175 ribu.

Hot Deals menjadikan Singapore sebagai market yang potensial, terutama di week day, Senin sampai Kamis. Di sini akan ada program diskon hingga 60% ke Batam-Bintan. Bahkan, kini bukan hanya Singapura yang menjadi pasar utama. Tetapi juga wisatawan dari China dan India, yang merencanakan berwisata ke Negeri Singa. Mereka juga bisa dialirkan ke Batam-Bintan.

Didien yang sudah 50 tahun lebih malang melintang di industri Pariwisata itu juga meyakini, semester dua 2019 ini bisa Bali rebound. Dari sisi produk pariwisatanya, Bali bagus. Atraksi, Akses, Amenitasnya.

 

(*)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya