Mari Berbahagia Bersama di Pekan Kebudayaan Nasional 2019

Pekan Kebudayaan Nasional 2019 menjadi ruang bersama untuk Indonesia lebih bahagia. Banyak acara seru menanti, termasuk melihat mumi.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 08 Okt 2019, 10:03 WIB
Diterbitkan 08 Okt 2019, 10:03 WIB
Mari Berbahagia Bersama di Pekan Kebudayaan Nasional 2019
Pekan Kebudayaan Nasional 2019. (Liputan6.com/Dinny Mutiah)

Liputan6.com, Jakarta - Pekan Kebudayaan Nasional 2019 resmi dibuka pada Senin malam, 7 Oktober 2019 oleh Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko. Acara yang bakal digelar hingga Minggu, 13 Oktober 2019 itu mengangkat tema Ruang Bersama Indonesia Bahagia.

Acara pembukaan berlangsung semarak dengan pagelaran tari gabungan dari Barat hingga Timur Indonesia. Puluhan penari yang berbalut kostum warna-warni bergerak rampak mengikuti alunan lagu.

Potongan tari piring dari Sumatera Barat, tari jaipong, hingga tari tifa dari Papua begitu apik berpadu di atas panggung. Seolah tak ada sekat dan jarak, ataupun konflik sosial. Semua tersenyum lebar, memancarkan kebahagiaan.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy menyampaikan kebahagiaan merupakan salah satu cita-cita kemerdekaan Indonesia selain menghadirkan kesejahteraan. Oleh sebab itu, pembangunan ekonomi saja tidaklah cukup, perlu pembangunan manusia yang hakikatnya merupakan pembangunan yang berbasis kebudayaan.

"Dalam menghidupkan kreativitas dan keanekaragaman ekspresi budaya, kita memerlukan ruang interaksi yang inklusif," ujarnya dalam sambutan malam itu.

Pekan Kebudayaan Nasional, kata dia, memainkan peranan penting untuk menjaga semangat inklusif dan kebhinekaan. PKN berperan menjadi sebuah jaringan kerja kebudayaan dan platform tempat semua pelaku dan pemangku kepentingan dapat terlibat dalam upaya memajukan kebudayaan Indonesia.

"Dibangun secara berjenjang dari Pekan Kebudayaan Daerah di tiap-tiap kabupaten/kota dan provinsi, Pekan Kebudayaan Nasional merupakan perhelatan budaya terbesar yang kita miliki saat ini," ujarnya.

Muhadjir mengatakan Pekan Kebudayaan Nasional akan digelar secara periodik setiap tahun. Ia berharap event tersebut akan menjadi event yang mendunia, dan menjadi event terbesar setiap tahun yang dimulai dari jenjang kabupaten/kota dan provinsi.

"Agar tercipta sosok manusia Indonesia yang beradab, adiluhung, dan tidak ada bandingannya di dunia ini," ujarnya yang disambut tepuk tangan riuh.

 

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Pesan Regenerasi

Mari Berbahagia Bersama di Pekan Kebudayaan Nasional 2019
Slamet Rahardjo dan Angga Yunanda mengisi acara pembukaan Pekan Kebudayaan Nasional 2019. (Liputan6.com/Dinny Mutiah)

Acara pembukaan malam itu diisi sejumlah nama ternama. Salah satu yang mencuri perhatian adalah aksi monolog yang dibawakan oleh aktor Slamet Rahardjo Djarot yang mewakili kalangan senior dan Angga Yunanda yang mewakili kalangan generasi Z.

Keduanya membawakan pesan tentang keindonesiaan yang harus dijaga dan dilestarikan oleh anak bangsa. Rangkaian kalimat yang disampaikan membuat penonton terhanyut, sesekali mereka bertepuk tangan dengan riuh menanggapi pesan-pesan yang inspiratif.

"Konsep (acara pembukaan) ini regenerasi. Saya ingin sekali ini jadi permulaan untuk mendorong anak-anak kita lebih involve pada kebudayaan," kata Celerina Judisari, Direktur Kreatif Pembukaan Pekan Kebudayaan Nasional 2019.

Perlu waktu sebulan untuk menyiapkan acara pembukaan yang juga melibatkan pesinden Peni Chandra yang tampil prima malam itu. Nuansa Keraton Jawa amat kental saat ia masuk ke panggung dengan ditandu oleh sejumlah lelaki berbadan tegap.

"Meski sebulan, saya didukung tim yang profesional di bidangnya, sehingga semua jadi lebih cepat," kata dia.

Ratusan Acara Seru

Mari Berbahagia Bersama di Pekan Kebudayaan Nasional 2019
Pesinden Peni Chandra tampil di acara pembukaan Pekan Kebudayaan Nasional 2019. (Liputan6.com/Dinny Mutiah)

Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbud Hilmar Farid menerangkan gagasan untuk menggelar Pekan Kebudayaan Nasional dicetuskan dalam Kongres Kebudayaan 2018. "Ada banyak sekali laporan dari berbagai daerah makin surut kesadaran budaya," ujarnya.

Situasi itu, menurut dia, meningkatkan kesalahpahaman di antara masyarakat dan bermuara kepada intoleransi. Maka itu, perlu ruang bersama untuk seluruh anak bangsa agar bisa lebih saling menghargai, saling memahami, dan saling menghormati. 

"Kalau di bidang lain, bahasanya kompetisi, di kebudayaan, bahasanya kerja sama, kolaborasi, gotong royong," ujarnya.

Sejumlah agenda seru dipersiapkan untuk mengisi acara berskala nasional yang pertama kali digelar di Jakarta. Pada hari pertama, misalnya, bergulir kegiatan permainan tradisional di parkir selatan Istora, Jakarta.

"Yang mengikuti tidak hanya anak-anak, tetapi juga para orangtua yang juga bahagia memainkannya," kata Farid.

Ia mencatat tidak kurang 245 pertunjukan yang melibatkan sekitar 3.600 seniman dan pekerja seni bakal digelar dalam tujuh hari penyelenggaraan acara. Ada pula sekitar 30 pameran yang menampilkan beragam kekayaan budaya, termasuk pameran mumi.

Terdapat pula ruang-ruang diskusi yang mengangkat berbagai aspek budaya. Pada perayaan puncak, akan digelar pawai budaya yang melibatkan 3.500 peserta.

"Presiden Jokowi akan hadir dalam kesempatan itu," ujarnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya