Makna Pameran Kongsi di Museum Nasional Indonesia, Hadirkan Bakmi sampai Kebaya Encim

Museum Nasional Indonesia melalui unit Museum dan Cagar Budaya menggelar pameran bertajuk “Kongsi: Akulturasi Tionghoa di Nusantara” yang dapat dikunjungi publik mulai Selasa, 11 Februari 2025.

oleh Henry diperbarui 11 Feb 2025, 12:00 WIB
Diterbitkan 11 Feb 2025, 12:00 WIB
Pameran bertajuk “Kongsi: Akulturasi Tionghoa di Nusantara' di Museum Nasional, Jakarta Pusat.  (Liputan6.com/Henry)
Pameran bertajuk “Kongsi: Akulturasi Tionghoa di Nusantara' di Museum Nasional, Jakarta Pusat.  (Liputan6.com/Henry)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Museum Nasional Indonesia melalui unit Museum dan Cagar Budaya (MCB) menggelar pameran bertajuk “Kongsi: Akulturasi Tionghoa di Nusantara” yang dapat dikunjungi publik mulai  hari ini, Selasa (11/2/2025.) Judul dari pameran pun diambil dari kata ‘kongsi’ yang berasal dari bahasa Hokkian ‘gongsi’ yang berarti kerja sama.

"Akulturasi jadi bukti sejarah harmonis antara warga Tionghoa dan masyarakat lokal di masa lampau," kata Menteri Kebudayaan Fadli Zon dalam pembukaan pameran di Museum Nasional, Jakarta Pusat, Senin, 10 Februari 2025.

Fadli Zon menegaskan, pentingnya memahami sejarah interaksi budaya sebagai bagian dari identitas nasional. "Indonesia ini termasuk titik temu peradaban dunia yang sudah mengalami akulturasi sejak ribuan tahun lalu. Bisa dibilang Indonesia adalah salah satu melting pot tertua di dunia," lanjutnya.

Fadli mengatakan kekayaan budaya Indonesia yang terbentang dari Sabang sampai Merauke mendapatkan pengaruh budaya negara lain, seperti Tiongkok, India, Timur Tengah, Eropa hingga Amerika. Percampuran budaya itu terjadi karena adanya faktor interaksi antara pedagang Tionghoa dengan warga lokal.

Dalam dunia sastra, misalnya, para penyair lokal yang awalnya menuliskan syair-syair menggunakan daun lontar atau kulit pohon, jadi menggunakan lembaran kertas yang dibawa orang-orang Tiongkok ke Nusantara kala itu. Sementara dalam seni dan pertunjukan, akulturasi tampak jelas dalam wayang potehi, batik motif Tionghoa, serta musik tradisional. Begitu pula dalam hal pakaian atau fesyen, ada kebaya enciim dan baju koko yang jadi contoh jelas perpaduan budaya Tionghoa dengan beragam budaya di Indonesia.

Pengaruh Budaya Tiongkok di Bidang Kuliner

Pameran bertajuk “Kongsi: Akulturasi Tionghoa di Nusantara' di Museum Nasional, Jakarta Pusat.  (Liputan6.com/Henry)
Pameran bertajuk “Kongsi: Akulturasi Tionghoa di Nusantara' di Museum Nasional, Jakarta Pusat. (Liputan6.com/Henry)... Selengkapnya

Tak hanya dalam seni, menurutnya, pengaruh budaya Tionghoa terlihat dalam kuliner seperti bakmi, lumpia, dan bakso. "Pameran ini bukan sekadar refleksi masa lalu, tetapi pengingat keberagaman adalah kekuatan kita," ucapnya. Ia menambahkan, akulturasi budaya memperkuat kohesi sosial dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Pameran tersebut akan mengajak para pengunjung untuk mengeksplorasi lebih dalam tentang sejarah, peran dan warisan budaya masyarakat Tionghoa dalam membentuk keberagaman budaya di Nusantara. Pameran juga menyoroti bagaimana interaksi masyarakat Tionghoa dan Nusantara dalam menciptakan warisan budaya yang kaya dan harmonis.

Direktur Eksekutif Museum dan Cagar Budaya, Kementerian Kebudayaan RI, Esti Nurjadin menjelaskan, pameran ini ingin menyoroti interaksi masyarakat Tionghoa dan Nusantara dalam menciptakan kekayaan dan warisan budaya.

"Bukan sekedar kerja sama dan kolaborasi. Lebih dari itu, Pameran Kongsi menggambarkan semangat kebersamaan dan persaudaraan yang sudah lama berlangsung dan terjalin sampai saat ini," kata Esti.

Ada tiga bagian yang dapat dikunjungi yaitu zona interaksi awal, zona mengadu nasib dan meretas jalan kemerdekaan, serta zona merayakan keberagaman. Pada zona interaksi awal, pengunjung akan diajak mengungkap jejak kedatangan masyarakat Tionghoa di Nusantara, perannya dalam perdagangan serta awal pembauran budaya.

Menyambut Imlek dan Cap Go Meh

Anggaran Kemenbud Dipangkas sampai 58 Persen, Fadli Zon: Proyek Revitalisasi Kawasan Budaya dan Museum Jalan Terus.  (Liputan6.com/Henry)
Anggaran Kemenbud Dipangkas sampai 58 Persen, Fadli Zon: Proyek Revitalisasi Kawasan Budaya dan Museum Jalan Terus. (Liputan6.com/Henry)... Selengkapnya

Melalui zona mengadu nasib dan meretas jalan kemerdekaan, pihak penyelenggara ingin menggambarkan dinamika sosial dan politik masyarakat Tionghoa di Indonesia, termasuk kontribusi mereka dalam perjuangan kemerdekaan. Sementara di zona merayakan keberagaman, ditampilkan berbagai aspek akulturasi budaya Tionghoa dalam busana, arsitektur, kuliner, bahasa, seni dan kepercayaan yang telah menjadi bagian dari kebudayaan Tanah Air saat ini.

"Kita merayakan ini sebagai peringatan untuk merayakan Imlek dan Cap Go Meh, yang merupakan bentuk akulturasi dengan budaya lokal, yang menambah kekayaan budaya kita, baik dalam karya sastra, lukisan, dan yang lain," kata Fadli.

Ia menambahkan, museum harus menjadi pusat edukasi bagi masyarakat untuk lebih mengenal sejarah bangsanya. Dia berharap, generasi muda lebih tertarik mengunjungi museum sebagai alternatif wisata edukatif.

"Kita ingin anak muda lebih sering datang ke museum daripada hanya ke mall. Makanya kita bikin pameran in di museum, kalau di mal kan sudah biasa ya. Belakangan ini, kunjungan anak muda, terutama Gen Z ke museum, kabarnya juga semakin meningkat. Ini jadi pertanda positif dan harapannya bisa terus meningkat," tutupnya.

Pameran Kongsi Berlangsung 3 Bulan

Pameran bertajuk “Kongsi: Akulturasi Tionghoa di Nusantara' di Museum Nasional, Jakarta Pusat.  (Liputan6.com/Henry)
Pameran bertajuk “Kongsi: Akulturasi Tionghoa di Nusantara' di Museum Nasional, Jakarta Pusat. (Liputan6.com/Henry)... Selengkapnya

Acara pembukaan juga dihadiri Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardhana, Ketua Komisi IV DPR Titiek Soeharto, dan putranya, Didit Hediprasetyo, perwakilan dari Kementerian Pemberdayaan dan Perlindungan Perempuan, Wakil Menteri Kebudayaan Giring Ganesha serta perwakilan dari beberapa Kedubes di Indonesia.

Pameran ini bakal berlangsung di Museum Nasional selama tiga bulan. Harga tiket bagi masyarakat yang tertarik datang adalah Rp25 ribu. Pengunjung juga diwajibkan untuk membeli tiket masuk ke Museum Nasional terlebih dahulu seharga Rp15 ribu bagi anak usia 3-12 tahun, Rp25 ribu bagi orang dewasa dan Rp50 ribu untuk Warga Negara Asing (WNA).

Pembelian tiket pameran “Kongsi” dapat dilakukan secara langsung di tempat, yakni di loket museum, atau melalui aplikasi Traveloka. Pameran “Kongsi” merupakan bagian dari upaya Museum dan Cagar Budaya atau Indonesia Heritage Agency (IHA) dalam menunaikan tugasnya terkait pengelolaan museum serta promosi dan publikasi kegiatan kebudayaan sebagai upaya penguatan wawasan masyarakat soal warisan budaya Indonesia.

Infografis Wisata Museum di 5 Wilayah DKI Jakarta
Infografis Wisata Museum di 5 Wilayah DKI Jakarta.  (Liputan6.com/Triyasni)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Live dan Produksi VOD

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya