Myanmar Berencana Buka Kembali Penerbangan Internasional pada Oktober 2020

Myanmar sebelumnya berharap sudah memulai skema travel bubble dengan Thailand dan Vietnam.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 14 Jul 2020, 11:01 WIB
Diterbitkan 14 Jul 2020, 11:01 WIB
Supermoon di Myanmar
Penampakan fenomena supermoon dari balik pagoda Uppatasanti di langit Naypyitaw, Myanmar, Minggu (3/12). Supermoon adalah istilah populer untuk menyebut purnama yang posisi orbit Bulan sedang berada di jarak terdekat dengan Bumi. (AP/Aung Shine Oo)

Liputan6.com, Jakarta - Bandara Myanmar tak akan melayani penerbangan internasional dalam waktu dekat menurut keterangan Wakil Presiden Komite Pusat Pengembangan Pariwisata Nasional Myanmar. Kemungkinan, negara di tepi Sungai Mekong itu baru akan kembali membuka layanan penerbangan internasional pada Oktober 2020.

Meski begitu, tak ada jaminan pasti soal pembukaan kembali rute internasional tersebut. Dikutip dari laman The Thaiger, Selasa (14/7/2020), maskapai masih bisa melayani penerbangan repatriasi jika diperlukan. Penutupan perbatasan untuk kedatangan dari luar negeri itu memaksa pesawat menganggur dan menekan maskapai kecil dalam kesulitan keuangan.

Sejauh ini, Myanmar hanya mengizinkan maskapai beroperasi untuk rute domestik saja. Itu pun hanya bisa diakses oleh warga Myanmar dan warga asing yang tinggal dan bekerja di negara seribu pagoda tersebut.

Sejak akhir Maret, turis asing terjebak di negara itu dan menunggu penerbangan repatriasi agar bisa pulang ke negaranya. Sebaliknya, ratusan warga Burma juga menunggu kesempatan kembali pulang ke Myanmar dengan jumlah penerbangan sangat sedikit ke Myanmar.

Pemerintah Myanmar juga mengatakan ketika penerbangan komersial dibuka kembali, layanan itu terbatas hanya untuk rute yang menghubungkan beberapa kota di ASEAN. Selanjutnya, bila memungkinkan akan dibuka kembali rute seluruh Asia.

Pemerintah sebelumnya berharap sudah bisa memulai 'travel bubbles' atau koridor perjalanan dengan Thailand dan Vietnam yang memungkinkan penerbangan internasional langsung ke Myanmar. Syaratnya, penumpang wajib menjalani 14 hari karantina.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Gelombang Kedua dan Ketiga

Ilustrasi
Ilustrasi kabin pesawat terbang. (dok. pexels.com/Sourav)

Tetapi, rencana tersebut kemungkinan tidak akan terwujud. Thailand juga mengumumkan akan menunda skema tersebut lantaran melihat situasi yang tidak memungkinkan. Hasil penelusuran lapangan menunjukkan banyak warga yang menjalani repatriasi yang terkonfirmasi positif Covid-19 sekembalinya ke Thailand.

Gelombang infeksi kedua dan ketiga juga terjadi di banyak negara, seperti Hong Kong, Korea Selatan, Jepang, dan Australia. Kondisi itu membuat kerja sama dengan negara rendah risiko nyaris tak mungkin terwujud.

Hanya kargo, evakuasi medis, dan penerbangan khusus yang diizinkan oleh Departemen Penerbangan Sipil di Myanmar yang boleh beroperasi. Tetapi, pemerintah Myanmar juga mengoperasikan beberapa penerbangan repatriasi untuk memulangkan warganya dari Thailand, Singapura, India, dan Korea Selatan.

Sejauh ini, Myanmar melaporkan 321 kasus positif Covid-19 terjadi di negaranya, 250 di antaranya dilaporkan sembuh. Namun, belum ada pengetesan serius untuk melacak Covid-19 di negara tersebut.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya