6 Fakta tentang Makassar, dari Punya Moto Unik sampai Lokasi Masjid Terapung

Sebagai salah satu kota besar di Indonesia, peran Makassar tak semata tentang gerbang menuju Indonesia timur.

oleh Asnida Riani diperbarui 27 Feb 2021, 17:49 WIB
Diterbitkan 27 Feb 2021, 17:30 WIB
Pantai Losari
Pantai Losari (sumber: iStock)

Liputan6.com, Jakarta - Bersama Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Medan, Makassar masuk dalam daftar lima kota besar di Indonesia. Sebelum Makassar, kawasan di Sulawesi Selatan ini dikenal lewat nama Ujung Pandang.

Sebagaimana kota besar lain di Indonesia, Makassar juga mencatat perjalanan panjang eksistensinya. Setiap periodenya merupakan bagian dari identitas kota Makassar hingga seperti yang dikenal tak sedikit orang sekarang.

Kendati namanya tak lagi asing, masih banyak fakta-fakta menarik yang bisa digali dari Makassar. Dari sekian banyak, berikut beberapa di antaranya seperti dilansir dari berbagai sumber, Sabtu (27/2/2021).

1. Moto Unik

Makassar memiliki moto unik, yakni "Sekali layar terkembang, pantang biduk surut ke pantai.” Itu diambil dari kehidupan nelayan yang berarti "Lebih memilih tenggelam di lautan daripada harus kembali lagi ke pantai tanpa hasil.”

Penduduk lokal menerjemahkannya sebagai kepribadian pantang mundur. Dalam kehidupan sosial, ini dapat diartikan sebagai ketika suatu keputusan telah diambil, seharusnya tak ada lagi keraguan.

2. Destinasi Sejarah Ikonis

Wisata sejarah di Makassar tak pernah komplet tanpa kunjungan ke Fort Rotterdam. Di awal berdirinya, ia dinamai Benteng Jum Pandang. Namun, masyarakat lokal menjulukinya sebagai Benteng Pannyua, bahasa Makassar untuk hewan penyu, mengingat bentuknya mirip penyu saat dilihat dari udara.

Namanya berubah saat diserahkan ke VOC, lantaran kalah perang. Telah jadi saksi bisu sejarah, bentuknya sekarang adalah hasil revitalisasi besar-besaran dari tahun 2010 hingga 2012. Landmark ini telah tercatat jadi lokasi penyelenggaran Makassar International Writers Festival (MIWF) sebagai bentuk penggabungan seni dan budaya.

 

**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

3. Lokasi Masjid Apung

20150708-Masjid unik-Indonesia
Masjid Terapung atau Masjid Amirul Mukminin terletak di pantai Losari, Makassar. Karena arsitektur masjid itu dibuat di bibir pantai dengan pondasi cukup tinggi, maka dalam keadaan air pasang terlihat seperti terapung di laut. (Istimewa)

Masjid Amirul Mukminin merupakan masjid apung yang berada di kawasan Pantai Losari, Makassar. Eksterior rumah ibadah berkonsep unik itu didominasi warna putih dan abu-abu, lengkap dengan kubah biru nan menawan.

Masjid ini dibangun di atas tumpukan beton yang menjorok ke dasar laut dan bentuknya menyerupai rumah panggung tradisional masyarakat Makassar dan Bugis. Bangunan tiga lantai ini mampu menampung sekitar 400--500 jemaah.

4. Aksara Tradisional

Aksara tradisional, yakni aksara lontara, telah jadi salah satu identitas wilayah ini. Lontara sendiri berasal dari kata lontar, tumbuhan asal Sulawesi Selatan. Aksara lontara terdiri dari 23 huruf untuk Lontara Bugis dan 19 huruf untuk Lontara Makassar.

Perbedaan keduanya, yakni pada Lontara Bugis dikenal huruf ngka’, mpa’, nca’, dan nra’, sedangkan di Lontara Makassar, huruf tersebut tidak ada. Bentuk dasar aksara Lontara berasal dari filosofi sulapa’ appa’ walasuji.

Sulapa’ appa’, yang artinya empat sisi, merupakan simbol kepercayaan masyarakat Bugis-Makassar kuno terkait empat unsur pembentuk manusia, yakni udara, air, tanah, dan api.

 

5. Gerbang Indonesia Timur

Kuliner Ramadan
Sup lidah merupakan salah satu kuliner khas Kota Makassar, Sulsel, selain coto dan pallubasa, yang dapat menjadi makanan berbuka puasa saat bulan Ramadan. (Liputan6.com/Eka Hakim)

Kendati notabene masuk wilayah bagian tengah Indonesia, Makassar lebih lumrah dikenal sebagai gerbang menuju Indonesia timur. Dari perannya itu, banyak suku berkumpul, entah nantinya tinggal atau sekadar merantau di Makassar.

6. Coto Makassar yang Termahsyur

Coto Makassar merupakan kuliner berupa sup berbahan dasar jeroan sapi dengan racikan rempah. Selain nasi, coto biasanya juga disantap dengan ketupat. Sajian ini diperkirakan telah ada sejak masa Kerajaan Gowa di abad ke-16.

Dulunya, hidangan ini disajikan dengan bagian daging sapi sirloin dan tenderloin yang hanya disantap keluarga kerajaan. Sementara, bagian jeroan disajikan untuk masyarakat kelas bawah atau abdi dalam kerajaan. (Melia Setiawati)

5 Tips Cegah COVID-19 Saat Beraktivitas dengan Orang Lain

Infografis 5 Tips Cegah Covid-19 Saat Beraktivitas dengan Orang Lain. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis 5 Tips Cegah Covid-19 Saat Beraktivitas dengan Orang Lain. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya