Liputan6.com, Jakarta - Sebuah kapal wisata menghilang di lepas pantai Hokkaido, Jepang akhir pekan lalu dengan 26 penumpang di dalamnya. Bos operator kapal tersebut secara terbuka bersujud minta maaf pada Rabu, 27 April 2022 karena menyebabkan kecelakaan fatal.
Dikutip dari Japan Today, Kamis (28/4/2022), pihak operator kapal mengakui keputusan mereka memberi lampu hijau kapal berangkat. Keputusan operator Shiretoko Yuransen tersebut diambil meski ada kemungkinan cuaca buruk.
Advertisement
Baca Juga
"Saya membuat keputusan akhir untuk berangkat dengan syarat kapten membuat keputusan untuk kembali jika laut menjadi ganas. Dalam retrospeksi, penilaian saya salah," kata Presiden Shiretoko Yuransen, Seiichi Kasurada, dalam konferensi pers pertamanya sejak Kazu I seberat 19 ton tersebut hilang, Sabtu, 23 April 2022.
Kasurada menyampaikan bahwa ia dan kapten kapal Noriyuki Toyoda telah bertemu pada pagi hari kejadian. Keduanya menentukan bahwa kondisi laut cukup tenang untuk memulai tur pada pukul 10 pagi.
Sebanyak 11 korban meninggal telah dikonfirmasi pada Rabu, 27 April 2022, dengan semua diduga tenggelam, menurut penyelidik. Operasi pencarian dengan pesawat dan kapal terus berlanjut untuk 15 orang yang masih belum ditemukan.
Kasurada menyebut perusahaan akan melakukan yang terbaik untuk bekerja sama dalam penyelidikan penyebab kecelakaan dan memprioritaskan keluarga korban. Bertemu dengan sekitar 60 anggota keluarga sebelum konferensi pers, Kasurada dua kali bersujud saat ia meminta maaf dengan suara gemetar, menurut para hadirin.
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Minta Maaf
Bos operator kapal wisata itu juga bersujud sebagai permintaan maaf tiga kali selama konferensi pers yang berjalan selama 2,5 jam. Ayah dari salah satu korban menyebut permintaan maaf datang empat hari setelah kejadian, "hanya untuk pertunjukan" dan "terlambat."
"Tindakan tulus akan datang untuk meminta maaf segera setelah kejadian itu," katanya di rumahnya di Prefektur Chiba.
Menurut perusahaan berbasis di Shari, itu adalah perusahaan perahu wisata lain di kota itu, yang kontak dengan Kazu I, pertama kali memberi tahu Penjaga Pantai Jepang tentang masalahnya pada Sabtu, 23 April 2022 pukul 13.18, waktu setempat. Katsurada menyebut ia tahu bahwa antena radio di kantornya rusak pada hari itu, tetapi dia tidak merasa perlu membatalkan tur karena "dapat berkomunikasi melalui telepon seluler atau radio operator lain."
Sebelum hilang kontak, kapal yang diawaki Toyoda dan seorang awak kapal memberi tahu operatornya sekitar pukul 2 siang bahwa suhu 30 derajat celcius, menurut penjaga pantai. Dalam pencarian yang sedang berlangsung untuk Kazu I, penjaga pantai menyebut bahwa pembacaan sonar terdeteksi di dekat tempat kapal mengeluarkan panggilan penyelamatan pertama.
Advertisement
Kapal Hilang
Penjaga pantai sedang menyelidiki insiden tersebut dengan kemungkinan tuduhan kelalaian profesional yang mengakibatkan kematian atau membahayakan lalu lintas laut. "Kasurada tidak tahu apa-apa tentang laut atau perahu. Bahkan dalam cuaca buruk, dia akan memerintahkan kami untuk membawa perahu itu untuk dijual," kata seorang pekerja geladak berusia 61 tahun yang pernah bekerja di perusahaan itu.
Sebagian besar kapal nelayan lokal tetap di pelabuhan karena gelombang tinggi dan angin kencang yang diantisipasi pada hari kejadian, dan kenalan memperingatkan Toyoda untuk tidak melaut. Mengenai keputusan Kasurada untuk berangkat secara kondisional di tengah kondisi laut yang tidak menyenangkan, Kementerian Transportasi Jepang mengatakan bahwa"tidak ada konsep seperti itu dalam peraturan manajemen keselamatan kami.
Lebih dari setengah staf Shiretoko Yuransen, termasuk kru, telah berhenti selama dua tahun terakhir, hanya menyisakan tiga dalam beberapa hari terakhir, menurut seroang sumber. Seorang nakhoda dari perusahaan kapal wisata lain menyebut perusahaan Kasurada memotong biaya dengan melepaskan kru yang berpengalaman dan mempekerjakan pemula dengan upah lebih rendah di tempat mereka.
"Saya mengatakan kepadanya bahwa dia harus mempertahankan beberapa kru veteran, tetapi dia tidak mendengarkan," kata pria berusia 63 tahun itu.
Kata Penjaga Pantai
Toyoda bergabung dengan perusahaan pada 2020, tapi dibiarkan mengoperasikan Kazu I dan kapal wisata perusahaan lainnya sendirian karena kekurangan staf saat kejadian, kata mereka. Kapal meninggalkan pelabuhan di Shari untuk berlayar di sepanjang semenanjung yang ditetapkan sebagai situs Warisan Alam Dunia pada 2005 dan rumah bagi banyak spesies hewan dan tumbuhan langka.
Insiden itu terjadi menjelang liburan Golden Week Jepang hingga awal Mei 2022. Kazu I adalah kapal wisata pertama yang beroperasi di daerah tersebut pada musim ini.
Menurut Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, Transportasi dan Pariwisata Jepang, kapal mengalami masalah dua kali tahun lalu, sekali pada Mei ketika bertabrakan dengan benda terapung, melukai tiga penumpang, dan satu lagi pada bulan Juni ketika kandas di perairan dangkal tak lama setelah meninggalkan pelabuhan.
Penjaga pantai merujuk Toyoda ke jaksa atas insiden Juni tahun lalu. Kasurada mengatakan kapal itu telah dikirim untuk diperbaiki tahun lalu setelah dua kecelakaan dan telah lulus inspeksi. (Natalia Adinda)
Advertisement