Liputan6.com, Jakarta - Adalah Madison Russo, TikToker yang dituduh menipu via online. Skemanya, menurut polisi Iowa, Amerika Serikat (AS), Russo membagikan konten perjuangan "melawan kanker" dan mengumpulkan donasi senilai hampir 40 ribu dolar AS (sekitar Rp603 juta) di GoFundMe, sebuah situs crowdfunding.
Melansir CNN, Senin (6/2/2023), TikToker berusia 19 tahun ini mengklaim bahwa ia menderita leukemia limfoblastik akut, kanker pankreas stadium 2, dan tumor "seukuran bola sepak, yang melilit tulang punggungnya," menurut laporan Departemen Kepolisian Eldridge.
Advertisement
Baca Juga
Polisi mengatakan, saksi anonim dengan "pengalaman medis" menunjukkan kejanggalan konten media sosial Russo. Dokumen pengadilan untuk rekam medis menemukan Russo "tidak pernah didiagnosis menderita kanker atau tumor apa pun dari fasilitas medis mana pun di Quad Cities atau kota-kota sekitarnya."
Russo ditangkap atas tuduhan pencurian dengan motif penipuan pada 23 Januari 2023. Polisi mengatakan mereka masih berupaya mengidentifikasi daftar korban kejahatan Russo. Selain meminta sumbangan di GoFundMe, Russo juga "menerima sumbangan pribadi dari bisnis lain, organisasi nirlaba, distrik sekolah, dan perorangan," menurut polisi.
GoFundMe memberi tahu CNN bahwa mereka telah menghapus unggahan penggalangan dana, memblokir Russo dari platform tersebut, dan mengembalikan dana semua donatur. Situs penggalangan donasi itu juga mengaku bekerja sama dengan penyelidikan penegakan hukum terhadap mereka yang dituduh melakukan kejahatan melalui platform tersebut.
"GoFundMe tegas tidak menoleransi penyalahgunaan platform kami," sebut mereka.
Muncul di Sejumlah Wawancara
GoFundMe menyambung, "Semua donatur telah dikembalikan (donasinya) dan kami telah menghapus penggalangan dana ini. Penerima juga telah dilarang menggunakan platform untuk penggalangan dana di masa mendatang."
"Jaminan Pemberian GoFundMe menawarkan pengembalian uang penuh dalam kasus yang jarang terjadi ketika ada sesuatu yang tidak beres. Ini adalah jaminan perlindungan donatur pertama dan satu-satunya dalam industri crowdfunding," imbuhnya.
Russo blak-blakan tentang dugaan perjuangannya melawan kanker, melakukan wawancara dengan pers lokal dan membagikan kisahnya di media sosial. Pada Oktober 2022, ia berbicara dengan North Scott Press yang berbasis di Eldridge untuk profil yang berfokus pada pengalamannya melawan kanker.
Ia juga membahas perjalanan melawan kankernya sebagai pembicara tamu di Universitas St Ambrose dan di National Pancreatic Foundation di Chicago, menurut rilis berita polisi. Ini bukan skema penipuan online berkedok donasi yang pertama kali ditemukan. Sebelumnya, penipu di China membuat badan amal palsu untuk memikat sumbangan pakaian dan barang bekas lain yang kemudian dijual untuk mendapat keuntungan.
Advertisement
Kasus Lain Berkedok Donasi
Banyak pengguna media sosial terkejut dengan laporan tentang praktik penipuan, tahun lalu. Tidak sedikit juga yang mengungkapkan kemarahan karena ditipu dengan berpikir bahwa mereka memberikan pakaian bekas untuk amal.Â
Awal tahun 2022, melansir SCMP, 10 Mei 2022, sebuah penyelidikan oleh situs berita China The Paper mengungkap bahwa badan amal palsu mengiklankan "kampanye sumbangan pakaian bekas untuk amal" di situs web seperti Taobao. Di beberapa situs e-commerce, pakaian donasi palsu dijual dengan harga rata-rata 400 yuan (sekitar Rp868 ribu). Laporan itu mengatakan bahwa satu ton pakaian bekas dapat menghasilkan hingga 2.200 yuan (sekitar Rp4,7 juta).
Menurut salah satu operator badan amal palsu anonim yang dikutip dalam laporan tersebut, ini adalah "bisnis yang mudah dan menguntungkan." Pihaknya juga menyebut keuntungan tahunannya bisa mencapai 600 ribu yuan (sekitar Rp1,3 miliar).
Di Tiongkok, menjalankan badan amal palsu adalah tindakan ilegal. Tapi, tempat sampah pakaian bekas berkedok badan amal telah jadi bisnis yang berkembang pesat, terutama di kota-kota kecil.
Sulitnya Pelacakan
Pejabat setempat merasa semakin sulit melacak jumlah badan amal penampung pakaian bekas palsu di banyak bagian negara. Melacak operator dapat memakan waktu, sementara membuktikan aktivitas kriminal sering kali lebih sulit.
Wang Zhenyao, presiden China Philanthropy Research Institute, mengatakan bahwa badan amal penampung pakaian bekas palsu mulai bermunculan dalam jumlah lebih besar dalam beberapa tahun terakhir. Pasalnya, lebih sedikit orang China membeli pakaian bekas.
"Kegiatan donasi dimulai sejak tahun 1990-an secara rutin. Saat itu, tanpa partisipasi perusahaan swasta atau organisasi sosial, pakaian bekas yang disumbangkan biasanya didaur ulang departemen urusan sipil yang mendirikan pusat donasi di sebuah komunitas," kata Wang pada Red Star News.
Pada April 2022, Kementerian Urusan Sipil China telah mengeluarkan peringatan yang mengingatkan orang-orang bahwa menjalankan badan amal palsu adalah melanggar hukum dalam upaya menindak praktik tersebut. Belum ada keterangan lebih lanjut tentang penindakan tindakan ilegal yang dimaksud.
Advertisement