Liputan6.com, Jakarta - Kecelakaan kapal wisata kembali terjadi di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT). Kali ini, seorang wisatawan domestik meninggal dunia setelah sekoci yang ditumpanginya terbalik di perairan Pulau Muawang, Labuan Bajo, Manggarai Barat, Senin, 17 Juli 2023.
Mengutip laman rri.com, Rabu (18/7/2023), berdasarkan data di manifest penumpang, wisatawan yang meninggal dunia tersebut atas nama Alex Susanto Salim berusia 43 tahun. Korban merupakan penumpang kapal wisata KM Kaia, yang membawa 17 wisatawan lainnya untuk melakukan diving di Pulau Muawang Labuan Bajo.
Kantor Basarnas Maumere melalui Pos SAR Manggarai Barat menerima informasi kecelakaan sekoci milik Kapal Wisata KM Kaia, sekitar pukul 17.00 Wita dan langsung bergerak menuju ke lokasi kejadian untuk memberikan bantuan.
Advertisement
Rescuer Tim SAR Manggarai Barat Ferdi Melkianus Rihi kepada RRI mengatakan, korban dievakuasi oleh tim SAR kurang lebih pada pukul 18.00 Wita dari atas kapal wisata KM Kaia dan langsung dibawa menuju Pelabuhan Syahbandar Labuan Bajo dalam kondisi tidak sadar.
“Sekocinya terbalik dipukul gelombang. Dan setelah tiba di lokasi kejadian tadi sore, kita langsung jemput korban untuk dibawa ke Labuan bajo. Karena posisi angin kencang juga tadi,” terang Ferdi.
"Setelah tiba di dermaga, korban langsung dijemput ambulans untuk dibawa ke Rumah Sakit Siloam Labuan Bajo. Namun dari pihak rumah sakit, kami dapat info kalua korban ternyata sudah meninggal dunia," sambungnya.
Sementara itu Kepala Basarnas Maumere Supriyanto Ridwan dalam keterangan persnya mengatakan, tim SAR gabungan langsung bergerak menuju lokasi kejadian sesaat setelah menerima informasi kejadian.
Ditolong oleh Kru Kapal
Menurut keterangan kru kapal Wisata Kaia, korban sudah ditolong oleh kru kapal dengan melaksanakan Resusitasi Jantung Paru (RJP). Namun begitu tiba di lokasi, tim SAR gabungan juga terus melaksanakan RJP. Tim SAR gabungan sendiri tiba di pelabuhan Syahbandar Labuan Bajo kurang lebih pada pukul 19.00 Wita.
Statsiun Meteorologi setempat meminta warga dan wisatawan waspada terhadap potensi angin kencang, terutama di perairan Manggarai Barat dan Taman Nasional Komodo. Bila ada angin kencang, kapal-kapal disarankan untuk tidak berlayar dulu.
Kecelakaan kapal wisata sudah beberapa kali terjadi di Labuan Bajo. Padahal, Labuan Bajo termasuk kawasan percontohan mitigasi bencana di daerah wisata. Pada Juni tahun lalu, keluarga artis sekaligus pesinetron Ayu Anjani diketahui sebagai dua wisatawan lokal yang dinyatakan sebagai korban tewas dalam peristiwa kapal tenggelam di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Keluarga Ayu Anjani tersebut adalah Jamiatun Widaningsih (53), dan Annisa Fitriani (22) yang merupakan ibu dan adik dari bintang sinetron Lasmini Kembang Gunung Lawu.
Advertisement
Risiko Bencana Saat Berwisata
PT Jasa Raharja Cabang Nusa Tenggara Timur (NTT) memastikan bahwa korban kapal wisata KM Tiana Liveboard yang tenggelam di perairan Taman Nasional Komodo pada Selasa 28 Juni 2022 dijamin penuh oleh Jasa Raharja. Kepala PT Jasa Raharja Cabang NTT Muhammad Hidayat mengatakan, santunan itu sesuai dengan ketentuan Program Perlindungan Dasar Kecelakaan Penumpang Angkutan Umum.
Letak Indonesia yang berada dalam zona risiko rawan bencana membutuhkan kewaspadaan dari sektor pariwisata untuk menyiapkan mitigasi sebagai antisipasi. Namun kesadaran masyarakat akan risiko bencana saat berwisata juga perlu menjadi perhatian.
PLT Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari mengatakan, pengelolaan risiko bencana di kawasan wisata sudah semestinya dilakukan, tapi ternyata BNPB pun tidak bisa sepenuhnya berharap masyarakat sadar risiko bencana. Terlebih biasanya orang yang datang berwisata masyarakat luar dan bukan penduduk yang biasa tinggal dan hidup di lokasi wisata setempat.
"Awareness kita bicara kerentanan secara tidak langsung, ini kerentanan orang terhadap bencana karena memang dia tidak hidup di lokasi wisata,” kata Muhari melalui sambungan telepon kepada Liputan6.com, Rabu 2 November 2022.
Mitigasi Bencana di Daerah Wisata
Ia kemudian mencontohkan beberapa kasus yang pernah terjadi seperti saat kejadian tsunami di Serang, Banten beberapa tahun silam. Dari sekitar 420 korban setengahnya bukanlah orang Banten tapi Jakarta dan warga pendatang.
Muhari menyebut, salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan memasang mode peringatan dengan bahasa yang mudah dimengerti, BNPB pun sudah memakai rambu-rambu tsunami, dibuat sesimpel mungkin dan directif.
Muhari mengatakan salah satu tempat yang sudah jadi kawasan percontohan mitigasi bencana di daerah wisata adalah Labuan Bajo sebagai kawasan wisata Destinasi Super Prioritas (DSP). DSP ini menurutnya memiliki penanganan berbeda, di dalamnya pemerintah sudah membangun fasilitas terintegrasi hingga rumah sakit standar internasional yang bisa menerima asuransi perjalanan dan biasanya penting bagi pelancong dari Eropa maupun Amerika.
"Labuan Bajo merupakan pilot project pemerintah dalam mitigasi bencana di daerah wisata yang diharapkan bisa menjadi contoh untuk diterapkan juga di 10 wisata prioritas lainnya," pungkas Muhari.
Advertisement