Benarkah Gigi Kuning Sebenarnya Pertanda Gigi Sehat?

Isu mengenai warna gigi menjadi topik hangat di media sosial. Warganet mengemukakan bahwa gigi kuning sebenarnya menandakan kondisi gigi yang sehat.

oleh Farel Gerald diperbarui 11 Agu 2023, 03:53 WIB
Diterbitkan 11 Agu 2023, 03:00 WIB
Jakarta X Beauty Female Daily 2023
Krisna Murti (kiri) sebagai Chief Commercial Officer dari Klar Smile dan drg. Tammy Shahab, sebagai dokter gigi dalam event Jakarta X Beauty Female Daily 2023 pada Jumat, 4 Agustus 2023. (dok. Liputan6.com/Farel Gerald)

Liputan6.com, Jakarta - Belakangan ini, isu mengenai warna gigi menjadi topik hangat di media sosial. Banyak warganet yang mengemukakan pendapat bahwa gigi kuning sebenarnya menandakan kondisi gigi yang sehat. Sebaliknya, mereka berpendapat bahwa gigi yang terlihat putih cenderung menunjukkan tanda penggunaan bahan kimia dan tampak tidak alami.

Menanggapi perdebatan ini, drg Tammy Shahab, seorang dokter gigi dari Jakarta Selatan, memberikan penjelasan yang lebih mendalam. Menurutnya, kesehatan gigi tidak bisa ditentukan hanya dari warna gigi saja. Ada banyak faktor dan indikator yang harus diperhatikan untuk menentukan apakah suatu gigi sehat atau tidak.

"Gigi itu pada dasarnya tidak ada yang seputih tembok, karena warna dalam lapisan gigi itu kekuningan. Bedanya, beberapa orang mungkin lapisan utamanya semakin tebel, jadinya kan warna kuningnya lebih tertutup," ungkap Tammy kepada Liputan6.com pada Jumat, 4 Agustus 2023 di Jakarta.

Namun, dr. Tammy menekankan bahwa ini tidak berarti gigi yang berwarna kuning selalu menunjukkan tanda kesehatan. Kuning yang berlebihan dapat menunjukkan adanya penumpukan plak atau tartrate yang perlu dibersihkan. Selain itu, banyak faktor lain yang juga penting untuk mengevaluasi kesehatan gigi, seperti kekuatan enamel gigi, keberadaan atau tidaknya karies, dan kesehatan gusi.

"Warna normal gigi tuh memang putih kekuningan. Tapi, banyak orang sekarang yang giginya kuning karena ngerokok, ngopi, teh, jadi gak bisa dikaitkan warna kuning pada gigi dengan kesehatan," jelasnya.

Tammy menyoroti bahwa gaya hidup dan pola makan yang dapat mengubah warna gigi juga berdampak pada kesehatan gigi. Oleh karena itu, langkah terbaik yang bisa dilakukan adalah menjaga kebersihan dan kesehatan gigi secara rutin serta menghindari konsumsi makanan atau minuman yang dapat merusak gigi. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Merawat Gigi

Gigi putih dan kuning
Ilustrasi gigi kuning dan putih (Sumber: Pixabay)

Tammy mengemukakan cara terbaik merawat gigi dan mulut di rumah. Dia menegaskan bahwa perawatan gigi tidak harus rumit atau memakan waktu lama. Faktanya, menyikat gigi cukup dilakukan dua kali sehari. Menyikat gigi saat mandi mungkin terlihat praktis, namun Tammy menjelaskan bahwa itu bukan ide yang baik.

"Waktunya yang bener tuh pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur. Itupun jangan langsung (sikat gigi), jeda 30 menit biar gak ada proses asam, jadi biar ke netral," ucapnya.

Dalam menekankan pentingnya perawatan oral yang komprehensif, Tammy mengungkapkan bahwa sekedar menyikat gigi saja tidak cukup. Dia menggambarkan bahwa, sama seperti kita memiliki berbagai produk perawatan wajah yang memiliki fungsi berbeda-beda, merawat gigi dan mulut juga membutuhkan lebih dari satu alat.

Menurutnya, penggunaan benang gigi atau flossing adalah bagian penting dari rutinitas perawatan mulut. Flossing memungkinkan kita untuk membersihkan sela-sela gigi, tempat yang tidak dapat dijangkau oleh sikat gigi. Selain itu, Tammy juga menekankan pentingnya penggunaan mouthwash atau obat kumur. Obat kumur tidak hanya memberikan sensasi segar di mulut, tetapi juga membantu mengurangi jumlah bakteri di mulut, khususnya pada lidah.

"Jadi kalau cuma sikat gigi aja tuh gak semuanya bersih," katanya.


Gigi Berlubang

Jakarta X Beauty Female Daily 2023
Beauty Supercharge Stage di Jakarta X Beauty Female Daily 2023 pada Jumat, 4 Agustus 2023. (dok. Liputan6.com/Farel Gerald)

Tammy menggeser topik ke gigi berlubang. Dia mengungkapkan kerusakan gigi dimulai dari penumpukan plak di permukaan gigi. Plak ini merupakan kumpulan bakteri yang mengubah gula dan karbohidrat dari makanan kita menjadi asam. Asam inilah yang kemudian memecahkan lapisan terluar gigi atau enamel, menciptakan lubang kecil yang kita kenal sebagai karies awal atau gigi berlubang tahap awal.

Jika tidak ditangani, lubang ini akan semakin membesar dan mendalam, merusak lapisan di bawah enamel yang disebut dentin. Pada tahap ini, karies mungkin mulai menimbulkan rasa sakit atau sensitivitas, dan perawatan yang diperlukan biasanya adalah tindakan restorasi, seperti penambalan atau crown.

"Tapi, gigi yang udah berlubang itu gak akan bisa sembuh sendiri. Memang harus dibersihin, diambil jaringan infeksi dan bakterinya, baru ditaruh bahan tambalan," jelas Tammy untuk perawatan gigi berlubang yang sudah parah.

Jika lubang pada gigi masih berada pada tahap awal atau sedang, dan belum mencapai saraf, prosedur penambalan atau filling biasanya cukup efektif.

Namun, jika lubang telah mencapai pusat gigi, dimana saraf dan pembuluh darah berada, penanganan yang diperlukan menjadi lebih kompleks. Pada tahap ini, perawatan saluran akar mungkin menjadi pilihan.

Dengan demikian, Tammy menekankan pentingnya mendapatkan perawatan segera saat gejala pertama gigi berlubang muncul. Semakin cepat kita mendapatkan perawatan, semakin mudah dan efektif perawatannya.

"Kalau dia (gigi) pecah sampai bener-bener gak sisa, gak bisa ditambal dan gak bisa dirawat, baru dicabut. Cabut gigi itu solusi akhir banget," ucapnya.


Perawatan yang Berkesinambungan

Klar
Krisna Murti, Chief Commercial Officer dan Ellen Pranata, CEO Klar Smile. (Dok. Klar Smile)

Chief Commercial Officer Klar Smile, Krisna Murti juga memberikan perspektifnya tentang pentingnya perawatan gigi. Menurutnya, kesehatan gigi juga berdampak langsung pada kesehatan pencernaan kita.

Krisna mengatakan, berdasarkan berbagai penelitian, proses pencernaan sebenarnya dimulai di mulut, gigi berperan sebagi pintu nutrisi. Gigi menggiling makanan menjadi partikel yang lebih kecil dan saliva memulai proses pencernaan kimia. Jika proses ini tidak berjalan dengan baik, misalnya karena gigi yang rusak atau hilang, pencernaan makanan dapat terganggu, yang bisa berdampak pada kesehatan umum kita.

Lebih jauh lagi, Krisna juga membahas manfaat senyum untuk kesejahteraan sosial kita. "Senyum adalah salah satu hal pertama yang diperhatikan orang saat mereka bertemu dengan kita. Di Indonesia, contohnya, yang dikenal dengan keramahan dan kehangatannya," ungkap Krisna di Jakarta X Beauty Female Daily pada Jumat, 4 Agustus 2023.

Namun, tidak semua orang merasa nyaman atau mampu untuk menunjukkan senyuman mereka. Krisna lalu berbicara tentang pentingnya "mendemokratisasi senyuman", yaitu memastikan bahwa setiap orang, tidak peduli latar belakang ekonomi atau sosial mereka, memiliki akses ke perawatan gigi berkualitas yang bisa membuat mereka merasa percaya diri untuk menunjukkan senyuman mereka.

"Perhatian kita tidak boleh hanya terfokus pada kulit. Gigi juga penting dan harus diberikan perawatan yang sama seperti yang kita berikan pada kulit kita," ujar Krisna.

Dengan perawatan yang tepat, tekannya, kita bisa memiliki senyum yang bukan hanya memperindah penampilan kita, tetapi juga berkontribusi pada kesehatan dan kebahagiaan kita secara keseluruhan.

Infografis Sederet Aspek Disempurnakan di UU Kesehatan. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Sederet Aspek Disempurnakan di UU Kesehatan. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya