Negara-Negara Asia Tenggara Dilanda Gelombang Panas yang Memecahkan Rekor, Bagaimana dengan Indonesia?

Para ilmuwan mengatakan, jumlah kematian terkait panas di seluruh dunia telah meningkat secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir seiring kenaikan suhu global.

oleh Asnida Riani diperbarui 03 Mei 2024, 10:00 WIB
Diterbitkan 03 Mei 2024, 10:00 WIB
Gelombang panas Filipina
Saran utama bagi semua orang di mana pun adalah menghindari aktivitas di luar ruangan dan minum banyak air. (AP Photo/Aaron Favila)

Liputan6.com, Jakarta - Asia Tenggara sedang bergulat dengan gelombang panas yang mencapai rekor suhu tertinggi, Cuaca ekstrem ini telah menyebabkan penutupan sekolah dan memicu peringatan kesehatan yang mendesak di berbagai wilayah.

Melansir Al Jazeera, Jumat (3/5/2024), jutaan siswa di Filipina diminta tinggal di rumah pada Senin, 29 April 2024, setelah pihak berwenang membatalkan kelas tatap muka selama dua hari. Departemen Pendidikan negara itu memerintahkan siswa di lebih dari 47 ribu sekolah negeri beralih ke kelas-kelas online.

Saran utama bagi masyarakat di seluruh negeri adalah menghindari aktivitas di luar ruangan dan minum banyak air. Anak kecil dan orang tua secara khusus diminta untuk sangat berhati-hati. Cuaca panas juga menimbulkan kekhawatiran akan kekurangan air, pemadaman listrik, dan kerusakan tanaman.

Kerumunan besar orang mencari bantuan di pusat perbelanjaan ber-AC di kota metropolitan Manila, ibu kota di mana suhu melonjak hingga 38,8 derajat celcius pada Sabtu, 27 April 2024. Angka itu melampaui rekor yang dibuat beberapa dekade lalu, menurut badan cuaca negara itu.

Mereka mengatakan indeks panas, yakni suhu sebenarnya yang dirasakan tubuh termasuk kelembapan relatif, diperkirakan akan tetap pada rekor 45 derajat celcius. Kisaran angka ini dianggap "berbahaya," karena kondisi tersebut dapat memicu sengatan panas yang berkepanjangan.

Tahun ini, Kamboja menghadapi suhu tertinggi dalam 170 tahun terakhir, kata Chan Yutha, juru bicara Kementerian Sumber Daya Air dan Meteorologi negara itu, pada AP. Kementerian memperkirakan suhu di sebagian besar wilayah negara itu bisa mencapai 43 derajat celcius pada minggu ini.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Cuaca Panas Ekstrem di Asia Tenggara

Gelombang panas Filipina
Seorang pria dan perempuan menutupi kepala mereka dengan kain untuk melindungi mereka dari sinar matahari di Manila, Filipina, Senin (29/4/2024). (AP Photo/Aaron Favila)

Departemen Meteorologi Myanmar mengatakan, tujuh kota kecil di divisi Magway tengah, Mandalay, Sagaing, dan Bago mengalami suhu tinggi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Di Thailand bagian utara, suhu mencapai 44 derajat celcius di beberapa wilayah, sementara ibu kota, Bangkok, dan wilayah metropolitan mengalami suhu di atas 40 derajat celcius.

Prakiraan dari Departemen Meteorologi Thailand mengatakan bahwa musim kemarau tahun ini, yang biasanya berlangsung dari akhir Februari hingga akhir Mei, diperkirakan akan lebih panas 1--2 derajat celcius dibandingkan tahun lalu, dengan curah hujan lebih rendah dari rata-rata.

Departemen Pengendalian Penyakit Thailand mengatakan pekan lalu, setidaknya 30 orang meninggal dunia akibat serangan panas sepanjang tahun ini, dibandingkan dengan 37 orang pada tahun lalu. Di sisi lain, badan cuaca nasional Vietnam memperingatkan risiko kebakaran hutan, dehidrasi, dan sengatan panas.

Perusahaan listrik negara itu telah mendesak konsumen untuk tidak terlalu boros memakai AC. Pihaknya memperingatkan bahwa konsumsi listrik telah mencapai rekor tertinggi dalam beberapa hari terakhir.


Bagaimana dengan Indonesia?

PKL di Hanoi, Mencari Nafkah di Bawah Terpaan Gelombang Panas
Para ilmuwan mengatakan pemanasan global memperparah cuaca buruk, dan Vietnam adalah salah satu dari sekian banyak negara di Asia Selatan dan Asia Tenggara yang mengalami rekor suhu tertinggi dalam beberapa minggu terakhir. (Photo by Nhac NGUYEN / AFP)

Para ilmuwan mengatakan, jumlah kematian terkait panas di seluruh dunia telah meningkat secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir seiring kenaikan suhu global. Namun, tren di Asia sejauh ini masih belum jelas, sebagian karena adanya pertanyaan tentang bagaimana mengklasifikasikan kematian yang tampaknya terkait cuaca panas.

Sementara itu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memastikan fenomena udara panas yang melanda Indonesia beberapa hari terakhir bukan gelombang panas. “Jika ditinjau secara karakteristik fenomena maupun secara indikator statistik, pengamatan suhu kita tidak termasuk  dalam kategori heatwave," kata Deputi Meteorologi BMKG Guswanto, lapor Antara.

Ia menjelaskan, merujuk pada data rekapitulasi meteorologi BMKG selama 24 jam terakhir, suhu sebagian besar wilayah Indonesia cukup meningkat sebesar lima derajat di atas suhu rata-rata maksimum harian. Angka itu disebut "sudah bertahan sekitar lebih dari lima hari."

Peningkatan suhu teramati di wilayah-wilayah, yakni Jayapura, Papua (35,6 derajat celcius); Surabaya, Jawa Timur (35,4 derajat celcius); Palangka Raya, Kalimantan Tengah (35,3 derajat celcius); serta Pekanbaru- Melawi, Kalimantan Barat- Sabang, Aceh, dan DKI Jakarta (34,4 derajat celcius).


Pakai Tabir Surya

Gelombang Panas El Nino Jakarta
Pemprov DKI Jakarta menyatakan, stok pangan untuk warga DKI Jakarta aman untuk menghadapi dampak El Nino yang diprediksi akan mencapai puncaknya pada Agustus hingga September 2023. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Guswanto menyatakan, peningkatan suhu tidak sama dengan apa yang dialami sejumlah negara Asia, seperti Myanmar, Thailand, India, Bangladesh, Nepal, dan China. Temperatur suhu di beberapa negara tersebut mencapai titk maksimal 41,9 derajat celcius sampai 44,6 derajat celcius, berdasarkan laporan rekapitulasi temperatur lembaga Global Deterministic Prediction Sistem, Environment, and Climate Chage Canada, beberapa hari terakhir.

Hal serupa juga dialami sejumlah negara tetangga, seperti Malaysia (34,7--34,3 derajat celcius) dan Filipina (39,6--36,5 derajat celcius). "Secara karakteristik, suhu panas terik harian di wilayah Indonesia merupakan fenomena akibat dari adanya gerak semu matahari," ujarnya.

BMKG menilai, hal itu merupakan suatu siklus yang biasa dan terjadi setiap tahun, sehingga potensi suhu panas seperti ini dapat berulang pada periode yang sama setiap tahunnya. Kendati demikian, pihaknya merekomendasikan untuk meminimalkan waktu di bawah paparan matahari antara pukul 10.00 WIB-- 16.00 WIB dan direkomendasikan mengoleskan tabir surya SPF 30 + setiap dua jam untuk melindungi kulit.

 

Infografis Pencegahan dan Bahaya Mengintai Akibat Cuaca Panas. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Pencegahan dan Bahaya Mengintai Akibat Cuaca Panas. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya