Liputan6.com, Canberra - Australia menghadapi gelombang panas ekstrem di negara bagian New South Wales (NSW) pada Minggu (16/3/2025), dengan suhu yang melonjak hingga 12 derajat Celsius di atas rata-rata di beberapa wilayah.
Kondisi ini meningkatkan risiko kebakaran hutan, memaksa pihak berwenang memberlakukan larangan total kebakaran di Sydney, ibu kota negara bagian tersebut.
Advertisement
Baca Juga
3 Desainer Indonesia Pikat Pengunjung Melbourne Fashion Festival, Usung Prinsip Berkelanjutan dan Kekayaan Budaya RI
Perbandingan Produktivitas Australia vs Timnas Indonesia di Ronde 3 Kualifikasi Piala Dunia 2026: Siapa Paling Tajam?
Australia Pincang Lawan Timnas Indonesia, 10 Pemain Dilaporkan Tidak Bisa Merumput
Mengutip laman Straits Times, Minggu (16/3), NSW saat ini tengah memasuki akhir musim kebakaran hutan berisiko tinggi yang berlangsung hingga akhir Maret. Negara bagian ini sebelumnya mengalami kebakaran hebat selama periode "Black Summer" 2019-2020 yang menghancurkan area seluas Turki dan menewaskan 33 orang.
Advertisement
Biro Meteorologi Australia melaporkan bahwa suhu di Sydney diperkirakan mencapai 37 derajat Celsius pada 16 Maret. Di Bandara Sydney, suhu sudah mencapai 29,3 derajat Celsius pada pukul 09.30 waktu setempat—lebih dari tiga derajat di atas rata-rata maksimum bulan Maret.
Selain suhu tinggi, angin kencang dan kelembaban rendah juga berkontribusi pada peningkatan bahaya kebakaran.
"Kondisi panas, angin kencang, dan kelembaban rendah akan menyebabkan bahaya kebakaran ekstrem di wilayah Sydney yang lebih luas," tulis badan meteorologi dalam situs resminya.
Â
Risiko Kebakaran
Dinas Pemadam Kebakaran Pedesaan NSW mengumumkan melalui platform media sosial X bahwa larangan total kebakaran berlaku di sebagian besar wilayah negara bagian, termasuk Sydney, akibat cuaca panas, kering, dan berangin yang diperkirakan terjadi.
Sementara itu, di negara bagian tetangga Victoria, sebuah rumah hancur akibat kebakaran hutan di pinggiran Melbourne. Sekitar 200 petugas pemadam kebakaran dikerahkan untuk mengendalikan api, menurut pejabat Otoritas Kebakaran Negara (CFA), Bernard Barbetti, dalam wawancaranya dengan Australian Broadcasting Corporation pada 16 Maret.
Australia, yang memiliki populasi sekitar 27 juta jiwa, dikenal sebagai negara yang rawan kebakaran hutan. Lembaga sains nasional negara itu melaporkan pada 2024 bahwa perubahan iklim menyebabkan gelombang panas dan cuaca pemicu kebakaran semakin sering terjadi.
Advertisement
