Liputan6.com, Jakarta - Kamera trap merekam sosok macan tutul dan macan kumbang diduga di jalur pendakian Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP). Rekaman itu kemudian diunggah oleh akun Instagram resmi Balai Besar Taman Nasional Sabtu, 25 Mei 2024, dan berhasil menarik banyak perhatian, khususnya para pendaki.
"Ada yang terciduk lagi nih !!! Tapi, mimin lega sob...kalau sang "predator puncak" masih terpantau keberadaannya, tandanya keseimbangan ekosistem TNGGP masih terjaga ya," tulis admin akun tersebut.
Banyak warganet yang lega bahwa kedua spesies macan itu masih eksis di Gunung Gede Pangrango. Ada pula yang khawatir unggahan tersebut bisa menarik perhatian pemburu liar yang tak peduli dengan keseimbangan ekosistem demi sejumlah uang.
Advertisement
"Hati - hati min jang terlalu di posting hewan2 langka, takut ada manusia yang serakah/biadab untuk kepentingan diri nya sendiri #saransaja," tulis seorang warganet.
Ada pula yang salah fokus dengan keakraban dua macan tersebut. Dalam rekaman berdurasi 26 detik terlihat macan tutul berjalan melewati kamera lebih dulu, disusul macan kumbang yang berjalan perlahan.
"Min mereka bestie kah???" tanya seorang warganet. "Semoga yahhh," jawab admin akun tersebut.
Mengutip laman Kehati, meski memiliki warna tubuh berbeda, macan kumbang ternyata adalah subspesies yang sama dengan macan tutul. Mereka bernama latin Panthera pardus melas. Terbukti keduanya dapat kawin dan menghasilkan keturunan bercorak dan berwarna hitam. Para ahli menduga perbedaan warna tersebut disebabkan oleh pigmen melanistik.
Pendaki Dilarang Buang Sisa Makanan
Atas temuan itu, Kepala Balai Besar TNGGP Cianjur Sapto Aji membantah rekaman macan itu diambil di jalur pendakian. Dia menegaskan keberadaan macan tutul itu sangat jauh dari jalur pendakian, bahkan secara naluri satwa liar menghindari manusia.
Namun, ia mengingatkan agar pendaki tidak membuang sisa makanan di jalur pendakian supaya hewan dilindungi itu tidak mendekati jalur pendakian. "CCTV yang terpasang sangat jauh dari jalur pendakian, namun kami tetap melarang pendaki menyisakan makanan atau sampah yang dapat menarik perhatian hewan yang hidup di habitat aslinya," kata Sapto, melansir Antara, Senin (27/5/2024).
Ia menyatakan pihaknya tetap melakukan berbagai antisipasi agar kedua macan tidak terganggu dan berubah pola hidupnya di alam liar. Sapto juga mengaku belum mengetahui apakah kedua macan tutul itu merupakan pasangan jantan dan betina atau induk dan anak.
Dia mencatat saat ini ada 24 ekor macan tutul dan macan kumbang tinggal di kawasan Gunung Gede Pangrango. Untuk memastikannya, tahun ini akan ada survei jumlah macan tutul di Pulau Jawa termasuk di kawasan TNGGP.
Selama ini, tutur dia, perkembangbiakan macan tutul di Gunung Gede Pangrango terjadi secara alami yang habitatnya dijaga petugas. "Belasan petugas melakukan pengawasan dan pengamanan habitat hewan langka dan dilindungi itu," katanya.
Advertisement
Macan Tutul Jawa Terperangkap
Pada Rabu, 27 Desember 2023, seekor macan tutul terjerat perangkap babi di Kampung Cikalaces Desa Sekarsari, Kecamatan Kalibunder, Kabupaten Sukabumi. Mengutip kanal Regional Liputan6.com, Kepala Desa Sekarsari Awan Kurniawan mengatakan, macan tutul yang terjebak perangkap babi itu ditemukan pertama kali oleh seorang warga yang hendak berkebun.
Penemuan iyang menggegerkan masyarakat itu lalu dilaporkan kepada aparat pemerintahan. Awan menyebut, warga sempat merasa khawatir dengan macan tutul tersebut lepas dengan mudah lantaran jebakan yang menjerat kaki macan tutul itu berukuran kecil.
"Macan yang terjerat ini terlihat kali pertama sama seorang ibu yang akan memungut buah di kebun milik warga. Jebakan babi ini memang sengaja dibuat warga, karena banyak babi yang merusak tanaman milik warga di kebun-kebun," ungkap Awan saat dihubungi Kamis, 28 Desember 2023.Â
Dia mengatakan, tim penyelamat satwa dari Pusat Penyelamatan Satwa Cikananga (PPSC) dari Kecamatan Nyalindung tiba di lokasi sekitar pukul 14.00 WIB. Tim penyelamat langsung menyelamatkan macan tutul yang terjebak dengan cara memberikan suntikan bius, untuk bisa dilepaskan dari jebakan. Selanjutnya, tim medis mengobati lukanya.
Dalam Kondisi Sehat
"Setelah pembiusan, dilakukan pemeriksaan fisik oleh tim dokter hewan dari PPSC Nyalindung yang menyatakan bahwa satwa tersebut dalam kondisi sehat," kata Kapolres Sukabumi, AKBP Maruly Pardede.
Lebih lanjut, Aktivis PPSC Budiharto menambahkan pihaknya menurunkan satu tim animal rescue (penyelamatan satwa) dari PPSC diberangkatkan ke Kalibunder. Laporan sementara dari tim animal rescue, macan tutul yang terjebak jeratan babi berjenis kelamin jantan dengan panjang badan 1 meter dan berat 25 kilogram.Â
"Macan tutul diketahui jenis kelaminnya jantan, dan langsung dievakuasi ke PPSC di Nyalindung. Petang ini macan tutul dalam kondisi hidup dievakuasi ke PPSC di Nyalindung," kata Budiharto.
Â
Rencananya, macan tutul tersebut akan dirawat di PPSC Nyalindung dengan kerja sama dari BKSDA Jabar. Dia menyampaikan, tindak cepat dan kolaborasi dalam menangani penemuan satwa liar tersebut merupakan bagian dari upaya menjaga keseimbangan alam.
"Kolaborasi dengan pihak terkait seperti BKSDA dan PPSC sangat membantu dalam evakuasi dan penanganan satwa liar. Keberhasilan ini menunjukkan sinergi yang baik dalam menjaga keseimbangan alam dan melindungi satwa liar di wilayah Sukabumi," ucapnya.
Advertisement