Mengenal Lebih Dekat Iptek Nuklir

Nuklir menjadi salah satu isu yang sangat sensitif di Indonesia. Wartawan yang ingin menulis tentang nuklir harus memiliki pengetahuan utuh.

oleh Liputan6 diperbarui 29 Sep 2014, 14:07 WIB
Diterbitkan 29 Sep 2014, 14:07 WIB
Jurnalis Mengenal Lebih Dekat dengan Iptek Nuklir
Nuklir menjadi salah satu isu yang sangat sensitif di Indonesia. Wartawan yang ingin menulis tentang nuklir harus memiliki pengetahuan utuh.

Liputan6.com, Jakarta - Dalam dunia jurnalis, pengetahuan seorang wartawan tentang objek tulisan yang akan diangkat sebagai tema sangat diperlukan. Wartawan memegang peranan penting dalam mempengaruhi opini masyarakat tentang suatu isu, termasuk nuklir.

Nuklir menjadi salah satu isu yang sangat sensitif di Indonesia. Karena itu, wartawan yang ingin menulis tentang nuklir, harus memiliki pengetahuan yang utuh tentang iptek nuklir.

“Bila kita ingin menulis sesuatu yang kita sukai, itu didasarkan pada pengetahuan. Namun bila kita tidak suka atau menolak, misalnya menolak pengembangan nuklir di Indonesia, itu juga tidak masalah. Namun ketidaksukaan kita harus didasarkan pada pengetahuan, ujar Direktur Pemberitaan Media Indonesia, selaku penggagas Forum Jurnalis (Forjun) Nuklir, Usman Kansong dalam rilis kepada Liputan6.com.

Usman melanjutkan, "Menulislah karena kita memiliki pengetahuan, bukan karena "pokoknya" saya anti nuklir, tapi kita tidak tahu apa-apa tentang nuklir. Jangan sampai kita menulis karena we hate what we don’t know."

Hal ini pulalah yang melatarbelakangi diselenggarakannya acara Pengkayaan Wawasan Iptek Nuklir bagi Kalangan Jurnalis, bertemakan "Mengenal Lebih Dekat dengan Iptek Nuklir", di Fave Hotel Padjadjaran Bogor.

Menurut Usman, ide awal dari acara ini adalah sebagai tindak lanjut dari telah dideklarasikannya Forum Jurnalis Nuklir di Bangka Belitung pada tahun lalu. Menurutnya, forum jurnalis seperti ini meniru forum-forum jurnalis di bidang lain, seperti Forum Jurnalis di bidang ekonomi dan keuangan (Forker), Forum Pemimpin Redaksi, dan sebagainya.

Ia menceritakan saat forum ini dibentuk, antusiasme rekan-rekan wartawan khususnya di Bangka Belitung sangat bagus dan mereka ingin dilibatkan pada forum jurnalis ini. Forum ini terbuka bagi siapa pun yang ingin memahami iptek nuklir.

Kepala Pusat Diseminasi Kemitraan, Ir. Ruslan, dalam laporan pelaksanaan kegiatan menyampaikan forum kali ini dihadiri oleh 17 wartawan, yang terdiri dari 14 wartawan media nasional, 2 wartawan media Bangka Belitung, dan 1 orang perwakilan dari Dinas Kominfo Bangka Belitung.

Ruslan mengatakan forum ini tidak bermaksud mengubah opini karena media memegang prinsip indenpendensi. Namun, forum ini sebagai sarana komunikasi dan sharing informasi untuk memberikan pengetahuan secara utuh tentang iptek nuklir antara media dan BATAN. Iptek Nuklir bukan hanya untuk kalangan peneliti, namun orang awam pun, termasuk wartawan dapat mengenal dan memahami lebih dalam apa itu nuklir.

Kepala BATAN, Djarot Sulistio Wisnubroto, juga tidak menampik kenyataaan masih banyak masyarakat yang "alergi" dengan nuklir. Djarot bercerita  pernah ke Indonesia bagian Timur untuk memantau kegiatan eksplorasi uranium, tetapi pihak pemerintah di sana memprotes aktivitas yang berhubungan dengan nuklir.

Namun, ada juga beberapa daerah yang menerima nuklir seperti di Sulawesi Selatan. Mereka antusias agar fasilitas irradiator di bangun agar Makassar menjadi pusatnya Indonesia bagian Timur untuk peningkatan nilai tambah ekspor bahan baku ke luar negeri.

Menurut Djarot pula, Indonesia sebenarnya sudah lama merencanakan pengembangan iptek nuklir. Pada 1965, saat peletakan batu pertama pembangunan reaktor riset di Bandung, Presiden Sukarno dalam pidatonya mengatakan bahwa sekarang saatnya Indonesia memasuki era Atomic Energy dan Antariksa. Hal inilah yang menjadi cikal bakal dibentuknya BATAN dan berkembang hingga sekarang dengan program-program iptek nuklir, baik di bidang energi maupun non energi.

Bahkan, dalam bidang pertanian, Djarot mengatakan baru-baru ini BATAN masuk dalam kandidat IAEA (International Atomic Energy Agency) dalam FAO General Conference sebagai pengembang di bidang Mutation Breeding.

Selama 2 hari, para jurnalis dibekali pengetahuan tentang iptek nuklir dengan menghadirkan pembicara dari para pimpinan BATAN, antara lain Program Pendayagunaan Teknologi Nuklir oleh Deputi Bidang Pendayagunaan Teknologi Nuklir, Anhar Antariksawan, Peran Pemanfaatan Teknologi Nuklir dalam Ketahanan Energi Nasional, oleh Deputi Bidang Teknologi Energi Nuklir, Taswanda Taryo, dan Kebijakan dalam Program Penelitian Sains dan Teknologi, oleh Deputi Bidang Sains dan Aplikasi Teknologi Nuklir, Ferhat Aziz.

Para jurnalis juga mengunjungi Reaktor Serba Guna G.A Siwabessy di Serpong, agar iptek nuklir dapat dipahami secara utuh sebagai bekal dalam memberikan informasi dan mempengaruhi opini masyarakat melalui media.

(Adv)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya