Liputan6.com, Jakarta Presiden Direktur AirAsia Indonesia Sunu Widyatmoko angkat bicara terkait opsi pemindahan posko crisis center ke hotel JW Marriot Surabaya. Ia menyatakan opsi tersebut sebenarnya sempat mengemuka, tetapi tidak jadi dilakukan.
Batalnya opsi tersebut disebabkan penolakan dari pihak kelurga penumpang AirAsia. Pihak Keluarga dilaporkan lebih memilih untuk tinggal di hotel dekat Bandar Udara Juanda dibanding di tengah kota.
"Ada opsi pilihan bagi keluarga penumpang, untuk pindah dari Crisis Center ini ke lokasi di hotel di tengah kota," Sebut Sunu di Crisis Center, Bandara Juanda, Surabaya, Jawa Timur, Senin (29/12/2014).
Advertisement
Pilihan tersebut, lanjut Sunu, disertai dengan konsekuensi bahwa komunikasi yang disampaikan oleh pihak wakil dari Basarnas, wakil Angkasa Pura itu tidak bisa dilakukan live di hotel tersebut. Tetapi lewat media teleconference.
Walau ada sedikit konsekuensi, opsi pemindahan diyakini Sunu dilakukan dengan dasar yang kuat. "Pertimbangan kami tentu saja kami tidak ada yang tahu sampai kapan kami harus menunggu, sampai kabar baik itu kita terima. Maka dari itu pertimbangan kami, kami meminta pindah," imbuhnya.
Menurut Sunu, opsi pemindahan muncul karena pihaknya berusaha memberikan yang terbaik bagi para keluarga penumpang. "Saat ini kami berusaha melakukan yang terbaik, yang bisa kami lakukan untuk membantu dan memberi dukungan kepada keluarga penumpang," jelasnya.
Keluarga Minta Ikut Operasi Pencarian
Selain menolak untuk memindahkan Crisis Center, dari keterangan Kepala Basarnas Surabaya, Hernanto, ada beberapa usulan dari keluarga penumpang untuk diikutsertakan dalam proses pencarian ke lokasi hilangnya pesawat.
"Tadi ada permintaan minta dilibatkan keluarga dalam proses pencarian," kata Hernanto.
Namun, dirinya belum bisa bersikap untuk ide tersebut. Sebab, pihaknya masih menunggu konfirmasi dan arahan dari Basarnas pusat yang saat ini tengah memfokuskan diri dalam proses pencarian.
"Itu nanti dikordinasikan dan saat ini belum diputuskan," sebut dia.
Pesawat AirAsia rute Surabaya-Singapura hilang kontak dari Air Traffic Controller (ATC) Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Minggu 28 Desember 2014 sekitar pukul 06.17 WIB. QZ8501 take off dari Bandara Juanda, Surabaya, Jawa Timur pukul 05.20 WIB, dan seharusnya tiba di Bandara Changi, Singapura pukul 08.30 waktu setempat.
Pesawat jenis Airbus A320-200 dengan register PK-AXC itu dipiloti Kapten Iriyanto dan Remi Emmanuel Plesel, serta 4 awak kabin, yakni Wanti Setiawati, Khairunisa Haidar Fauzi, Oscar Desano, Wismoyo Ari Prambudi, dan 1 teknisi bernama Saiful Rakhmad.
Pesawat AirAsia itu berpenumpang 155 orang, terdiri atas 138 penumpang dewasa, 16 penumpang anak-anak, dan 1 bayi. Penumpang didominasi dari warga negara Indonesia, 1 WN Singapura, 1 WN Inggris, 1 WN Malaysia, dan 3 WN Korea Selatan. (Ger/Ali)