Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah manuver dilontarkan Pemerintah Australia demi membebaskan dua warga negaranya, Andrew Chan dan Myuran Sukumaran yang bakal menghadapi regu tembak eksekusi mati. Salah satunya yang pernah terucap dari Perdana Menteri Australia Tony Abbott yang sempat menyinggung bantuan kemanusiaan dari pihaknya untuk korban tsunami Aceh pada 2004 silam, dalam rangka mendesak Indonesia untuk memberikan pengampunan untuk warga mereka.
Menanggapi hal itu, Ketua Jurusan Hubungan Internasional Universitas Binus Tirta Mursitama menilai PM Abbott mencoba bermain api dengan segala manuver yang dilakukan terhadap Indonesia.
"Tony Abbott tengah mencoba bermain api jika mengajak ribut pemerintahan Indonesia," ujar Tirta di Menteng, Jakarta, Sabtu (7/3/2015).
Dia menjelaskan jika hubungan Australia dengan Indonesia memburuk, justru merugikan pemerintahan Abbot. Untuk itu, ia meminta Abbott untuk tidak bermain api.
Dari aspek bisnis, lanjut Tirta, Australia justru bergantung dengan Indonesia. Misalnya terkait investasi di bidang sumber daya alam dan pangsa pasar hasil Australia juga sangat diminati Indonesia.
"Berkaitan dengan peternakan, produk susu Australia, pangsa pasarnya sebagian besar di Indonesia. Abbott akan dapat tekanan dari kalangan bisnis," ujar Tirta. "Bisa saja ada implikasi lain yang ingin menguntungkan bisnis mereka (Australia)."
Tarik Simpati
Sementara itu, Direktur Pascasarjana Universitas Paramadina Dinna Wisnu menilai Abbot ingin menarik simpati dari dalam negerinya dengan membela duo Bali Nine agar terbebas dari hukuman mati.
"Kalau kita lihat sekarang persaingan antar-partai di Australia harus membuat suatu yang beda (saling serang). Semakin tajam persaingan partai, semakin tajam komentarnya," ujar Dinna.
Menurut Dinna, Abbott tidak terlalu mendapat simpati di dalam negerinya. Hal itu dipicu pernyataan Abbot yang kerap melukai masyarakat negeri kanguru tersebut.
"Di Australia banyak yang tidak setuju dengan pernyataan Tony Abbott. Seperti komentarnya soal kekeringan (biarkan saja itu masalah mereka). Itu dianggap tidak manusiawi," tuturnya.
Karena itu, menurut dia, hal ini merupakan hal yang membahayakan Indonesia. Demi kepentingan pribadi, PM Australia mencoba menjatuhkan citra pemerintah Indonesia.
"Australia sedang memainkan kartu yang sangat licik. Dia sedang mempermainkan citra Indonesia di mata dunia soal demokrasi. Demokrasi terkait dengan hak hidup manusia," tandas Dinna. (Riz/Ein)