Kena DBD, Ahok Minta Warga DKI Belajar dari Pengalamannya

Penderita DBD paling banyak ditemukan di wilayah Jakarta Selatan.

oleh Andi Muttya Keteng diperbarui 13 Mar 2015, 10:38 WIB
Diterbitkan 13 Mar 2015, 10:38 WIB
Ahok Kena DBD, Balaikota Difogging
Petugas dari Puskesmas kecamatan Gambir memfogging seluruh ruang kerja di Balai Kota, Jakarta, Selasa (10/3/2015). Fogging dilakukan setelah dikabarkan Gubernur Ahok terkena DBD (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Baru-baru ini, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) terserang Demam Berdarah Dengue (DBD). Belajar dari pengalamannya, mantan Bupati Belitung Timur itu mengimbau warga ibukota agar waspada. Meski tahun ini jumlah pasien penyakit yang disebabkan gigitan nyamuk Aedes Aegepty itu tak meningkat, tapi pencegahan rutin harus terus dilakukan.

Salah satunya, pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Ahok meminta kepada warga agar mempermudah kerja juru pemantau jentik (jumantik) nyamuk.

"Kita juga kesulitan di Jakarta, Jumantik nggak bisa masuk ke rumah-rumah karena orang Jakarta suka nggak izinin orang masuk rumah periksa. Makanya sekarang kita imbau," ucap Ahok di Balaikota Jakarta, Jumat (13/3/2015).

Ahok mengatakan nyamuk Aedes Aegepty sebenarnya lebih menyasar air bersih, bukan selokan yang kotor. Bahkan di dispenser air pun biasanya ada jentik nyamuk. Fogging pun, menurut Ahok, efektifnya cuma bisa bertahan 3-4 bulan. Maka itu memerlukan metode pemberantasan jentik nyamuk di tiap rumah.

"Itu (jentik di air bersih) yang bahaya. Balik lagi perilaku orang. Makanya kita dorong. Mesti dorong supaya jangan kasih kesempatan air bersih untuk jentik," kata Ahok.

Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Koesmedi Priharto menambahkan, penderita DBD paling banyak ditemukan di wilayah Jakarta Selatan. Hingga 10 Maret 2015 ada 311 orang.

"Angka penderita di Jakarta Selatan hampir selalu paling tinggi," kata Koesmadi. Ia menambahkan, pada setiap 100.000 penduduk ditemukan 14 penduduk di Jakarta Selatan yang terinfeksi demam berdarah.

Jumlah penderita terbanyak berikutnya secara berturut-turut yakni di Jakarta Barat, Jakarta Timur, Jakarta Utara, dan Jakarta Pusat. Tercatat 489 penduduk menderita demam berdarah pada Februari 2015. Angka ini memang lebih rendah dibanding tahun sebelumnya sebanyak 1.067. Sementara, kecamatan yang penduduknya paling banyak terjangkit yaitu Kecamatan Kebayoran Baru, diikuti Pancoran, Cilandak, Pesanggrahan, dan Palmerah.

"Antisipasi demam berdarah dilakukan dengan pembagian bubuk abate sebagai program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) di lingkup rukun tetangga. Pembagian dilakukan oleh tim dari puskesmas tingkat kecamatan dan kelurahan. Pembagian bubuk abate disertai sosialisasi penerapan 3M: menutup, menguras, dan mengubur. PSN itu cara paling efektif," kata Koesmedi. (Alv/Sun)

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya