Cegah Tragedi Angeline, Djarot Minta Peran Warga Dimaksimalkan

Pemerintah daerah tidak bisa terlalu masuk terlalu dalam, oleh karena itu peran masyarakat dibutuhkan.

oleh Ahmad Romadoni diperbarui 12 Jun 2015, 14:49 WIB
Diterbitkan 12 Jun 2015, 14:49 WIB
Wagub Djarot Resmikan 15 RSU Tipe D di Jakarta
Wakil Gubernur DKI Djarot Saiful Hidayat saat berkeliling seusai acara peresmian 15 Rumah Sakit Umum (RSU) tipe D di RSU Kecamatan Pesanggrahan, Jakarta, Kamis (2/4/2015). (Liputan6.com/Helmi Afandi)

Liputan6.com, Jakarta - Kasus pembunuhan Angeline dinilai sebagai momen yang tepat bagi pemerintah meningkatkan peran pengawasan di masyarakat. Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat mengatakan, peran masyarakat sangat terlihat saat kasus penelantaran anak di Cibubur terungkap. Saat itu, masyarakat melaporkan adanya tindakan itu lalu disambut responsif oleh aparat.

"Saya senang sekalai KPAI agresif sekali dengan kasus-kasus seperti itu, begitu ada kasus. Tapi munculnya kasus itu kita juga tidak tahu, yang tahu adalah masyarakat sekitarnya," kata Djarot di Balaikota, Jakarta, Jumat (12/6/2015).

Menurut dia, sikap peduli masyarakat seperti itu wajib ditiru oleh seluruh warga di Indonesia. Begitu melihat ada kejanggalan harus langsung dilaporkan ke pihak berwenang.

"Makanya kalau ada keanehan seperti itu masyarakat dalam waktu sesingkat-singkatnya bisa disampaikan melalui KPAI ataupun melalui pemerintah daerah, dinas sosial, silakan tapi masyarakat minta tolong mengontrol lingkungan sekitar," imbuh dia.

Djarot menambahkan, dalam permasalahan keluarga, pemerintah daerah memang tidak bisa terlibat banyak. Karena itu, kontrol dari masyarakat sangat dibutuhkan.

"Pemerintah daerah tidak bisa terlalu masuk terlalu dalam. Makanya peran masyarakat sekitar itu harus masuk ke dalam karen pemerintah kan engggak mungkin masuk ke dalam ruang keluarga, kayak seperti kasus di Cibubur, bagaimana kontrol masyarakat," pungkas Djarot.

Sebelumnya, Kapolda Bali Irjen Pol Ronny F Sompie menjelaskan, saat ditemukan terkubur di halaman belakang rumah ibu angkatnya, Angeline sedang memeluk boneka dengan posisi telungkup.

Petunjuk kematian bocah 8 tahun itu diperoleh setelah Kepala Sekolah Angeline, yang sehari sebelumnya menggelar ritual sembahyang bersama para guru SDN 12 Sanur, di pura depan rumah Angeline. Saat itu, mereka melihat gundukan tanah yang mencurigakan dan ditutupi kotoran ayam di halaman belakang rumah. Kejanggalan ini pun dilaporkan pada polisi.

Dari laporan tersebut, Kepolisian Bali kembali memeriksa rumah Margriet. Polisi pun menyusuri semua sudut rumah, tercium bau busuk menyengat. Setelah digali setengah meter, ditemukan jasad Angeline yang hilang sejak 16 Mei lalu. (Alv/Mut)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya