Liputan6.com, Jakarta - Negeri Kanguru punya pemimpin baru. Pada Selasa 14 September 2015, Malcolm Turnbull dilantik menjadi Perdana Menteri ke-29 Australia, menggantikan Tony Abbott.
Pihak Indonesia berharap, pemimpin baru Australia bisa mempererat hubungan dua negara yang pada masa lalu menghadapi sejumlah 'batu sandungan': isu penyadapan yang berbuntut penarikan duta besar RI di Canberra, persoalan pencari suaka, dan polemik eksekusi terpidana mati Bali Nine.
Apakah harapan itu bakal terwujud? Akankah hubungan dua negara bertetangga akan membaik di bawah kepemimpinan baru Australia?
Liputan6.com mendapatkan kesempatan untuk bertanya langsung pada Duta Besar Australia untuk Indonesia Paul Grigson dalam program wawancara khusus 'The Ambassador'.
Menjawab pertanyaan tersebut, Dubes Grigson menegaskan komitmen pemerintahnya untuk menjalin hubungan baik dengan Indonesia.
"Perlu untuk dipahami, bagi masyarakat Australia, baik dalam bidang politik maupun bisnis, semua memahami arti penting Indonesia," kata Dubes Grigson saat berkunjung ke redaksi Liputan6.com, Kamis 17 September 2015.
"Saya yakin, PM baru Australia sangat ingin membangun hubungan yang lebih erat dengan Indonesia dan dengan Presiden (Joko Widodo), di masa kepemimpinannya saat ini," tambah dia.
Selain menjawab pertanyaan tentang hubungan dua negara ke depan di bawah kepemimpinan PM Turnbull, Dubes Grigson juga berbincang tentang banyak hal.
Advertisement
Di antaranya, kecintaannya pada kopi asal Aceh, batik, dan masakan Indonesia favoritnya hasil racikan sang juru masak: tempe.
Saksikan wawancara khusus Liputan6.com dengan Duta Besar Australia untuk Indonesia Paul Grigson dalam video berikut:
(Ein/Ans)