Liputan6.com, Yogyakarta - Pendeta Paulus Tribrata meninggal dunia sejak 11 September 2015. Namun, jasad sang pendeta tak kunjung dimakamkan. Sebab jemaahnya meyakini dia masih hidup. Mereka pun menunggunya hingga 30 hari.Â
Kondisi ini memicu kontroversi di kalangan masyarakat. Kapolresta Yogya Pri Hartono EL mengaku sudah menerima laporan adanya ormas yang meminta agar jenazah tersebut segera dimakamkan.
"Kalau warga sekitarnya tidak ada, tapi dari rekan ormas dari Bantul meminta agar pendeta segera dimakamkan atau disemayamkan di tempat terakhirnya," ujar Hartono kepada Liputan6.com di Yogyakarta, Minggu 27 September 2015.
Advertisement
Hartono mengungkapkan, para jemaat masih melakukan ritual menurut keyakinan mereka hingga waktu yang telah ditentukan. Mereka percaya bahwa Pendeta Paulus sudah beberapa kali mengalami hal seperti ini. Sehingga meminta waktu selama 30 hari untuk menunggu pendeta itu bangkit kembali.
Pendeta Paulus dikabarkan pernah meninggal pada 1987 dan 1992, namun kemudian dipercaya hidup kembali.
Pihak kepolisian bersama pemerintah Kota Jogja beserta MUI, Forum Kerukunan Umat Beragam (FKUB), Muspida dan Muspika sudah menggelar pertemuan khusus terkait permintaan ormas tersebut.
"Dari rapat tersebut dapat disetujui oleh pendeta gereja dan keluarga pendeta untuk dibawa ke kamar jenazah Rumah Sakit Sarjito setelah itu akan dibawa ke persemayaman tempat pemakaman terakhir pendeta oleh keluarga," ujar Hartono.
Alasan Belum Dimakamkan
Alasan Belum Dimakamkan
Humas Gereja Kristen Tabernakel Sondang Rajaguguk menjelaskan alasan pengasuh jemaah tidak juga memakamkan Pendeta Paulus. Hal ini dilakukan para jemaah dan pengikutnya karena sesuai masa berkabung terhadap tokoh jemaah yaitu selama 30 hari.
"Kami berkabung, selama 30 hari. Ini keyakinan kami dan sudah kami sampaikan ke Walikota," kata dia di Balai Kota Yogyakarta, Minggu (27/9/2015).
Pendeta Dwijo, pendeta Gereja Kristen Tabernakel di Banjarnegara yang datang berkabung ke Gereja Kristen Tabernakel Yogyakarta mengatakan keyakinan ini mengacu kisah kematian nabi Musa yang umatnya berkabung 30 hari.
"Pendeta Paulus ini bagi kami adalah pemimpin, seperti Musa, karena itu kami meratapi sampai 30 hari," kata Dwijo.
Ia menjelaskan pendeta Paulus merupakan ketua Sinode Gereja Kristen Tabernakel di Indonesia. Sementara jumlah gereja kristen Tabernakel di Indonesia ada sekitar lebih dari 50 gereja. Pusat Gereja Kristen Tabernakel ada di Yogyakarta sejak awal tahun 80-an.
Advertisement
Sudah Meninggal
Sudah Meninggal
RS Sarsjito memastikan Pendeta Paulus telah meninggal dunia. Ia menghembuskan napas terakhir pada 11 September 2015 lalu atau 2 pekan lebih.
Kepala Humas Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sardjito Trisno Heru Nugroho, pihaknya telah menyatakan, Pendeta Paulus meninggal akibat penyakit yang dideritanya. Pihak RS juga sudah menyerahkan jenazah yang bersangkutan ke keluarganya.
"Yang jelas pihak RS Sardjito sudah menyatakan meninggal pada tanggal 11 September 2015 lalu. Setelah dinyatakan meninggal oleh RS langsung diserahkan dan dibawa oleh keluarga," ujar Trisno kepada Liputan6.com, Minggu (27/9/2015).
Heru mengaku mendapat informasi jika pendeta itu belum dimakamkan. Namun yang menjadi catatan pihak medis jika jenazah tidak kunjung dimakamkan, akan berpengaruh pada jasad mayat. Sebab mayat pendeta itu tidak dilakukan pengawetan terlebih dahulu.
"Informasinya jenazah masih di rumah. Masih disemayamkan di sana. Yang bikin masalah kan tanggal 11 September diambil dan tanpa diberi zat pengawet," ujar Heru.
Dia menyatakan pihaknya tidak mengetahui pasti apa yang ditimbulkan bila menyimpan jenazah dalam jangka waktu 30 hari. Para pengikutnya yakin jika Pendeta Paulus dapat hidup kembali setelah 30 hari.
"Kapasitas saya enggak tahu, itu bisa berbahaya namun yang jelas jika mayat dibiarkan lama akan bau itu mungkin yang dirasakan warga," tandas Trisno. (Ali/Mvi)