Liputan6.com, Tanjung Pinang - Pesatnya perkembangan teknologi memberi perubahan yang cukup signifikan bagi pola hidup masyarakat, khususnya pemuda. Fenomena tersebut juga sangat berpengaruh pada pola relasi kemasyarakatan.
Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi menganggap pesatnya perkembangan teknologi informasi ibarat pisau bermata dua. Satu sisi dapat memberikan jaminan kecepatan informasi, sehingga memungkinkan para pemuda untuk meningkatkan kapasitas pengetahuan dan skill.
"Namun di sisi yang lain membawa dampak negatif. Informasi-informasi yang bersifat destruktif mulai dari pornografi, narkoba, pergaulan bebas hingga radikalisme dan terorisme juga masuk dengan mudahnya tanpa dapat kita bendung dengan baik," ucap Imam saat peringatan Hari Sumpah Pemuda di Tanjung Pinang, Kepulauan Riau, Rabu (28/10/2015).
Baca Juga
Kondisi itu kemudian melahirkan generasi baru yang memiliki pola pikir serba cepat, serba instan, lintas batas, cenderung individualistik dan pragmatik. "Betapa sering, akhir-akhir ini kita disuguhkan kasus-kasus kekerasan dan pembunuhan yang melibatkan anak-anak muda kita. Setelah ditelusuri, kasus-kasus tersebut bermula dari interaksi di sosial media," tutur Imam.
Revolusi Mental Pemuda
Politikus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu menambahkan, sosial media kini telah menjelma menjadi tempat favorit berkumpulnya anak-anak muda lintas negara, lintas budaya, dan lintas agama. Interaksi mereka di sosial media berjalan real time 24 jam. Alhasil tidak mudah bagi orangtua, guru, lembaga pendidikan, termasuk negara untuk dapat mengontrolnya.
"Di sinilah gerakan revolusi mental yang digagas oleh Presiden Joko Widodo menemukan relevansinya. Hanya dengan pembangunan karakter kita mampu menghadapi dampak negatif dari modernisasi dan globalisasi," ujar Imam.
Melalui gerakan Revolusi Mental, imbuh Imam, para pemuda Indonesia diharapkan memiliki kemandirian untuk mengambil keputusan-keputusan terbaik secara jernih sesuai dengan akal sehat mereka. Pemuda dituntut mandiri dalam mengambil sikap yang baik tanpa harus tergantung dari kehadiran orangtua maupun negara di sampingnya.
"Sudah bukan eranya lagi pemuda diawasi, dikekang, apalagi diintimidasi. Saatnya kita memberikan pendampingan, fasilitas, dan motivasi kepada mereka untuk berkembang dan maju sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki," tandas Menpora Imam Nahrawi. (Ans/Yus)