Liputan6.com, Jakarta - 10 November 1945. Pada hari itu, kemarahan para pemuda di Surabaya, Jawa Timur memuncak. Mereka rela mengorbankan jiwa raga demi meneriakkan kata "Merdeka!".
Mereka tidak takut dengan ultimatum Inggris yang mengharuskan warga Indonesia meletakkan senjata dan menyerah.
Ultimatum itu justru menambah kegeraman para pejuang. Mengalahkan mentari, tepatnya pukul 02.30 WIB, para pejuang di Surabaya turun ke medan perang.
Advertisement
Seorang ahli tentang Indonesia dari Australia, MC Ricklefs, menyebut perang ini sebagai pertempuran terbesar dan terberat dalam sejarah revolusi Indonesia. Begitupula bagi pihak Inggris. Pihak Inggris menyebut Indonesia merupakan lawan terberatnya dalam sepanjang sejarah.
Pujian ini bukan tanpa alasan. Sebab, dalam pertempuran ini, pejuang Indonesia tidak hanya menghadapi Inggris, tapi juga tentara Gurkha. Tentara ini merupakan pasukan khusus andalan Inggris.
Baca Juga
Sebenarnya, Gurkha merupakan tentara tangguh dari Pegunungan Himalaya, Nepal. Inggris yang terkagum-kagum dengan kegigihan pasukan itu, memboyongnya ke Britania Raya.
Nah, ada sejumlah fakta penting tentang Pertempuran Surabaya yang dirangkum Liputan6.com. Berikut 4 fakta penting tentang perang tersebut:
Jumlah Korban
Pertempuran Surabaya disebut sebagai perang terbesar dan terberat dalam sejarah Indonesia. Oleh karena itu, peristiwa ini dikenang sebagai Hari Pahlawan Nasional.
Namun, belum ada hitungan pasti tentang jumlah korban jiwa yang tewas dalam peristiwa ini, baik dari pihak pejuang Indonesia maupun tentara Inggris.
Ada sejarawan yang menyebut, korban pertempuran dari Indonesia mencapai 160 ribu pejuang. Jumlah ini diperkirakan lebih besar dari pertempuran antara Pasukan Hitler melawan sekutu pada 1944.
Akan tetapi, mayoritas korban berasal dari Indonesia. Sebab, sarana tempur tidak seimbang. Mayoritas korban gugur di sekitar Jalan Pahlawan, Surabaya, Jawa Timur, yang saat itu merupakan pusat pertempuran.
Untuk menghormati jasa para pahlawan itu, pemerintah membangun Tugu Pahlawan. Wikipedia menyebut monumen ini dibangun setinggi 41,15 meter berbentuk lingga atau paku terbalik. Tubuh monumen terdiri dari 10 lengkungan dan terbagi atas 11 ruas.
Tinggi, ruas, dan canalures mengandung makna tanggal 10, bulan 11, tahun 1945.
Advertisement
Bukan Perang Tunggal
Ada yang menyebut pertempuran 10 November sebagai pertempuran pertama setelah Indonesia merdeka. Perang ini diakui sebagai salah satu pertempuran terdahsyat yang pernah terjadi dalam sejarah Republik Indonesia.
Namun, ada sejumlah serangan-serangan kecil sebelum terjadi perang 10 November. Perang Surabaya merupakan puncak aksi patriotisme para pejuang. Salah satunya pertempuran antara Indonesia dan pasukan Inggris (AFNEI) pada 27 Oktober 1945.
Serangan-serangan kecil itu ternyata membesar dan memakan banyak korban. Inggris akhirnya meminta bantuan ke Ir Soekarno melalui DC Hawthorn untuk meredakan emosi rakyat Surabaya.
Presiden Soekarno bergeming. Tak ada satu kata pun yang keluar dari mulutnya, sampai suasana di Surabaya memanas.
Kematian Mallaby Pemicu Perang
Tewasnya Brigjen AWS Mallaby diduga menjadi pemicu Pertempuran Surabaya. Brigjen Mallaby merupakan seorang pimpinan pasukan Inggris di Jawa Timur. Pukul 20.30 WIB, 30 Oktober 1945, mobil Buick yang ditumpangi Mallaby berpapasan dengan sekelompok milisi Indonesia ketika akan melewati Jembatan Merah.
Kedua kubu terlibat salah paham. Kesalahpahaman itu berakhir dengan aksi tembak menembak. Mallaby pun tewas akibat tembakan pistol seorang pemuda Indonesia. Sampai sekarang, identitas pemuda itu belum diketahui.
Tom Driberg, seorang anggota Parlemen Inggris dalam sebuah perdebatan meragukan baku tembak dimulai dari pihak Indonesia.
Pascakematian Mallaby, penggantinya Mayor Jenderal Robert Mansergh menyebarkan sekitar 500.000 selebaran berisi ultimatum kepada pejuang Indonesia. Ultimatum itu disebarkan melalui pesawat.
Bukannya takut, arek-arek Surabaya malah semakin 'terbakar' untuk memperjuangkan Indonesia merdeka. Ultimatum tersebut berisi agar semua rakyat Indonesia yang memiliki senjata melapor dan menyerahkan senjatanya di tempat yang telah ditentukan.
Inggris memberi batas, hingga pukul 06.00 WIB, 10 November 1945. Konsekuensi jika ultimatum tidak dituruti, Surabaya akan digempur dari berbagai penjuru.
Advertisement
Bantuan Tentara Gurkha
Inggris tidak sendiri ketika menginvasi Surabaya. Walaupun Inggris dikenal sebagai negara yang memiliki kekuatan militer kuat.
Dia mengerahkan tentara pinjaman dari Nepal, Gurkha. Tentara Gurkha merupakan kumpulan prajurit tangguh dari Pegunungan Himalaya, Nepal. Inggris yang terkagum-kagum dengan kegigihan pasukan itu, memboyongnya ke Britania Raya.
Ratusan Gurkha dijadikan tentara dan pengawal oleh Inggris. Pasukan ini amatlah patuh dan loyal. Walaupun diminta melepas jiwa dari raga.
Pasukan ini tidak hanya berhadapan dengan Indonesia dalam perang 10 November di Surabaya. Mereka pernah menghadapi Indonesia dalam Palagan Ambarawa.
Meski demikian, Inggris mengakui baru pertama kali mendapatkan musuh seberat dan sehebat rakyat Surabaya. Kekuatan arek Surabaya disebut lebih kuat dibanding bangsa barbar yang pernah ditaklukkan Inggris. (Bob/Ado)