Dubes Traavik: Ini Cara Norwegia Lepas dari Kutukan Minyak

Meski menghasilkan minyak dan gas bumi, jangan harap harga BBM di Norwegia murah. Energi digunakan secara bijak. Simak The Ambassador.

oleh Andreas Gerry TuwoAdanti Pradita diperbarui 21 Nov 2015, 08:00 WIB
Diterbitkan 21 Nov 2015, 08:00 WIB
20151120-Stig Traavik-Dubes Norwegia
Duta Besar Norwegia untuk Indonesia Stig Traavik saat difoto dalam wawancara khusus dengan Liputan6.com di Jakarta, Kamis (12/11). (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta - Norwegia patut dijadikan teladan soal bagaimana mengelola energi secara bijak. Meski memiliki cadangan minyak yang signifikan, negara Skandinavia itu tak lantas menghambur-hamburkannya.

Jangan mengira harga bahan bakar minyak atau BBM di sana murah, apalagi disubsidi. "BBM di Norwegia harganya sekitar US$ 2 atau sekitar Rp 28 ribu per liter," kata Duta Besar Kerajaan Norwegia untuk Indonesia, Stig Traavik, kepada Liputan6.com dalam program wawancara khusus 'The Ambassador'.

Salah satu alasan mahalnya harga BBM adalah besarnya pajak yang dibebankan pada perusahaan minyak, yakni 78 persen. Pajak yang tinggi tersebut tak lantas membuat investasi di bidang migas di Norwegia jadi tidak menarik.

Dan, meski punya kekayaan migas melimpah, listrik di Norwegia mengandalkan energi terbarukan yang lebih ramah lingkungan.

"Sebesar 99,6% kebutuhan listrik domestik sehari-hari kami berasal dari tenaga air. Dari energi terbarukan," kata Dubes Traavik.

Hemat Energi

Dampak dari kebijakan energi tersebut sungguh luar biasa. Keuntungan dari penjualan migas ke luar negeri dikelola pemerintah dalam bentuk dana kesejahteraan yang digunakan secara hemat untuk generasi masa depan.

Itulah mengapa Norwegia bisa menyelenggarakan pendidikan secara gratis bagi seluruh warganya.

Bahkan pada Januari 2014, dana tersebut nilainya melebihi 5,11 triliun krona atau setara US$ 905 miliar. Jika dibagi jumlah penduduk Norwegia, masing-masing orang mendapatkan sekitar 1 juta krona. Atau dengan kata lain, semua penduduk di negara Nordik itu adalah miliuner!

Harga BBM yang mahal, selain memungkinkan pemerintah mendapatkan pemasukan, juga memaksa warga Norwegia berpikir panjang sebelum memutuskan menggunakan mobil.

Sehingga, tak ada BBM diboroskan, dibakar, dan kemudian menghasilkan polusi di jalanan yang akan dihirup orang lain. Hal itu membuat lingkungan lebih ramah dan layak hidup. Warga Norwegia lebih memilih berjalan kaki maupun menggunakan transportasi massal.

"Semua itu membuat kami bisa menghemat energi, menjualnya, dan menggunakan hasilnya untuk hal yang lebih bermanfaat ketimbang membakarnya di kendaraan," kata alumnus University of Oslo itu.

Karena teknologi punya peranan yang kian penting dalam sektor energi, Norwegia mengerahkan segala kemampuannya, khususnya dalam eksplorasi dan eksploitasi minyak dan gas bumi.

"Kami melakukan pengeboran minyak di laut dalam, menggunakan sumur vertikal," kata Dubes Traavik. "Kami memiliki teknologi yang akan membantu Indonesia mengeksplorasi minyak bumi."

Menurut dia, Indonesia memiliki sumber minyak lebih banyak dari yang kita ketahui saat ini. Sebab, baru sebagian kecil wilayah perairan yang sudah dieksplorasi.

Namun, "Untuk membuat eksplorasi atau pencarian minyak menarik, saya pikir Indonesia harus meninjau regulasi saat ini," ujar suami dari Noor Sabah Nael Traavik itu.

Selain soal energi, dubes yang tergabung dalam komunitas Bike to Work itu juga membahas tentang kerja sama RI-Norwegia yang lain, termasuk kemaritiman dan pendidikan.

RI Mitra Penting

Dubes Traavik juga menyebut Indonesia adalah mitra penting bagi Norwegia. Negaranya bahkan menjadi salah satu yang pertama yang mengakui kemerdekaan RI.

"Jika Anda perhatikan, pelat nomor kendaraan diplomatik kami adalah 19. Itu berarti Norwegia adalah negara ke-19 yang membangun hubungan bilateral dengan Indonesia," kata dia.

Saksikan wawancara khusus Liputan6.com bersama Duta Besar Kerajaan Norwegia untuk Indonesia, Stig Traavik, berikut ini:

(Ein/Ans)**

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya