4 Buntut Seteru Ahok Vs Ibu Muda di Koja

Yusri dan Ahok sama-sama memendam rasa kesal.

oleh Ahmad Romadoni Moch Harun SyahNafiysul Qodar diperbarui 23 Des 2015, 20:50 WIB
Diterbitkan 23 Des 2015, 20:50 WIB
Nafiysul Qodar/Liputan6.com
Warga Koa Yusri Isnaeni melaporkan Ahok ke polisi (Nafiysul Qodar/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Yusri dan Ahok sama-sama memendam rasa kesal. Si ibu muda dari Koja, Jakarta Utara kesal dan terhina lantaran disebut maling Kartu Jakarta Pintar (KJP). Sementara Gubernur DKI Jakarta itu kesal program KJP disalahgunakan.

Yusri disebut maling oleh Ahok ‎saat menanyakan soal KJP anaknya yang dipersulit penggunaannya dengan alasan sistem offline. Ibu 2 anak itu juga mengadu ke Ahok lantaran dana KJP milik anaknya dipotong 10 persen oleh pihak toko saat dicairkan. Lantaran KJP dicairkan secara tunai, Ahok menyebut Yusri maling di muka umum.

Sementara saat ini sistem pemanfaatan KJP sudah otomatis di toko dengan cara menempelkan kartu. Tak ada yang manual melalui tarik tunai di anjungan tunai mandiri (ATM), sehingga celah kecurangan oknum orangtua pemegang KJP semakin sempit.

Namun, ternyata ada toko-toko perlengkapan sekolah yang mengambil keuntungan dalam kesempitan. Beberapa toko 'bisa' mencairkan dana KJP dengan imbalan 10% nominal yang ditarik pemegang kartu.

Ibu muda 32 tahun itu sakit hati lantaran 3 kali disebut maling oleh Ahok. Dia tidak terima atas sikap arogan pemimpinnya itu lantas melaporkan ke Polda Metro Jaya dengan tuduhan mencemarkan nama baik.

Ia bahkan menggugat kerugian materiil mencapai Rp 100 miliar kepada mantan anggota DPR dari Fraksi Golkar itu.

Kisah perseteruan warga dan gubernurnya ini menarik untuk disimak. Berikut catatan yang dihimpun Liputan6.com, Rabu (23/12/2015):

Harga Diri

Yusri menegaskan, tidak akan mencabut laporan dugaan pencemaran nama baik dan fitnah yang tertuang dalam Pasal 310 dan 311 KUHP. Begitu pula dengan tuntutan uang ganti rugi sebesar Rp 100 miliar.

Bahkan, menurut Yusri, tuntutan uang ganti rugi sebesar Rp 100 miliar itu juga belum bisa mengobati luka di hatinya.

"Saya enggak terima pokoknya. Sekalipun Ahok sudah minta maaf, saya akan tetap lanjutkan proses hukum," kata Yusri kepada Liputan6.com pada 18 Desember 2015.

"Rp 100 miliar itu tidak sesuai dengan harga diri saya," ujar dia.

Yusri mengaku tak habis pikir dengan peristiwa saat dirinya bertemu Ahok di Balai Kota. Awalnya dia melihat momen tersebut sebagai sebuah keberuntungan lantaran bisa ketemu langsung orang nomor 1 di Jakarta itu untuk menyampaikan masalahnya. Namun yang terjadi, kata Yusri, justru sebaliknya.

"Saya kan nanya, justru harusnya beliau terbantu kan saya laporin oknum nakal. Lah kenapa malah jadi saya yang kena makian," tutur Yusri.

Digugat Balik Ahok

Sesuai peraturan, uang KJP tidak bisa dicairkan dalam bentuk tunai. Dana bantuan itu hanya bisa digunakan untuk kebutuhan sekolah anak di tempat-tempat yang telah disediakan.

Mantan Bupati Belitung Timur itu tidak ingin dana KJP disalahgunakan karena kebijakan penggunaannya tidak bisa diuangkan secara tunai.

Ahok juga tak takut jika ketegasannya itu berdampak pada karier politiknya di DKI.

"Saya juga marah-marah, enak saja dia mengambil uang kita, itu pelanggaran. Kalau kamu mengambil uang kontan itu pelanggaran, terus kamu menggunakan KJP anakmu itu pelanggaran, jelas. Makanya saya bilang mencuri (maling) uang‎," ucap Ahok pada 17 Desember 2015.

Tak terima digugat warganya. Dia pun mengancam akan menggugat balik Yusri.

"Ya sudah kamu gugat, saya gugat (juga), kita proses saja," ancam Ahok.

Dicemooh

Yusri Isnaeni merasa tak punya pilihan lain selain melanjutkan konfliknya dengan Ahok hingga ke meja hijau. Dia tak takut menghadapi ancaman sang gubernur yang berniat menggugatnya.

Semua sudah terlanjur. Semenjak berita Ahok menyebutnya maling itu ramai, dirinya terus dicemooh oleh warga sekitar.

"Dari tetangga dicemooh. 'Ngapain lagian ibu nyairin KJP segala, jadinya dibilang maling kan sama Gubernur'," kata Yusri di rumahnya Jalan Mahoni Gang 1 nomor 34 RT 03 RW 09, Koja, Jakarta Utara pada 22 Desember 2015.

Yusri mengaku masih sakit hati atas peristiwa itu. "Saya banyak rugi. Sudah dibilang maling di depan umum. Anak-anak juga jadi kena cemooh teman-temannya," ujar ibu dua anak itu.

Anak-anak Malu

Tidak hanya Yusri yang menjadi korban cemoohan, putri keduanya A yang duduk di kelas 3 SD Al Khoiriyah, Koja, Jakarta Utara, juga merasakan hal yang sama.

"Ya anak-anak sekarang sudah nonton TV. Mungkin dikasih tahu sama orang tuanya juga kan. Anak saya jadi korban jadinya. Malu juga dia," kata Yusri saat berbincang dengan Liputan6.com.

Malahan menurut Yusri, A sudah tidak mau bersekolah lagi. Selain malu, putri bontotnya itu juga saat ini cenderung lebih banyak diam. Ia tak mau tinggal diam. Yusri pun mengaku sempat mendatangi ke sekolah A untuk menjelaskan peristiwa sebenarnya ke guru-guru di sekolah dan teman-teman anaknya.

"Dari sebelum libur dia (A) sudah enggak mau masuk sekolah. Dicemooh teman-temannya. Belum lagi teman mainnya di rumah. Saya sih sudah ke sekolahnya juga buat jelasin ke guru-guru di sekolah sama teman-temannya," beber janda anak dua itu.

Dari situ Yusri mengaku akan kembali meminta pertanggungjawaban Ahok. Lantaran saat ini makian maling juga diterima anaknya.

"Ya lanjut saja pokoknya kasusnya. Saya mau dia (Ahok) turun langsung minta maaf ke saya dan anak saya," tutup Yusri.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya