TKI Diduga Terlibat Teroris di Korsel Kemungkinan Bertambah

Nusron sebelumnya menyebutkan, terdapat 3 TKI yang ditangkap di Korea Selatan karena dugaan yang sama.

oleh Silvanus Alvin diperbarui 26 Jan 2016, 15:18 WIB
Diterbitkan 26 Jan 2016, 15:18 WIB
20151111-TKI-Jakarta-Angga-Yuniar
Sejumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) menunggu bus di Bandara Soekarno Hatta,Tangerang, Rabu (11/11). Sebanyak 450 WNI overstayers dan TKI undocumented dari Jeddah, Arab Saudi dipulangkan pemerintah Indonesia. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) Nusron Wahid mengatakan, otoritas Korea Selatan akan menangkap tenaga kerja Indonesia (TKI) yang diduga terlibat jaringan teroris.

"Mungkin akan bertambah (TKI diduga terlibatteroris)," kata Nusron, di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Selasa (26/1/2016).

Nusron sebelumnya menyebutkan, terdapat 3 TKI yang ditangkap di Korea Selatan karena dugaan yang sama. Namun, 2 di antaranya sudah dilepas karena tidak terbukti terlibat jaringan teroris.

"Yang di Korea itu ada 3 yang ditangkap, sudah dibebaskan 2 orang dan dalam pemantauan khusus kita. 1 orang masih ditahan," ujar Ketua GP Ansor itu.


Namun Nusron tidak menyebutkan, 1 TKI yang masih ditahan di Negeri Ginseng itu berafiliasi dengan ISIS atau tidak. Dia hanya memastikan, WNI yang masih ditahan itu menyebarkan paham radikal di dunia maya.

"Diindikasi dari FB (Facebook). Isi FB-nya ajaran-ajaran dan kiriman jejaring mereka. Dan terdeteksi dari early warning system Korsel," tegas Nusron.

Nusron sebelumnya menyebutkan, sejak 2012 sudah tidak ada lagi TKI yang dikirim ke Suriah, tapi fakta menunjukkan masih ada WNI di sana.

BNP2TKI akan mengidentifikasi, karena biasanya semua TKI yang masuk deportasi dari Suriah melalui Lebanon, begitu sampai ke Indonesia langsung diwawancara lebih dulu.

Dari identifikasi itu akan dilakukan tindakan-tindakan, terutama tindakan preventif berupa penyuluhan agar yang bersangkutan kembali kepada jalur keagamaan di Indonesia.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya