Liputan6.com, Jakarta - Delapan tahun yang lalu Soeharto mengembuskan napas terakhirnya pada usia sepuh, 87 tahun. Dia wafat pada 27 Januari 2008, setelah menjalani perawatan selama 23 hari sejak 4 Januari 2008 di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP), Jakarta Selatan.
Meski sewindu telah berlalu, sosoknya masih membekas. Bagaimana tidak, 32 tahun dia memimpin negeri ini. Saking membekasnya, mendiang Soeharto mendapat gelar Bapak Pembangunan Nasional.
Advertisement
Baca Juga
Dia lahir di Kemusuk, Yogyakarta, pada 8 Juni 1921. Bapaknya bernama Kertosudiro, seorang petani yang juga sebagai pembantu lurah dalam pengairan sawah desa, sedangkan ibunya bernama Sukirah.
Karier militernya dimulai ketika pria yang karib disapa Pak Harto itu memasuki Sekolah Dasar Militer (1940), Sekolah Kader Kopral (1940). Ia melanjutkan pendidikan ke Sekolah Kader Sersan (1941). Anggota kepolisian di Yogyakarta (1942), Shodancho PETA (1943), Tjudancho PETA (1944).
Tahun demi tahun dilaluinya hingga dia bisa berpangkat Letnal Kolonel. Puncaknya pada 1 Oktober 1965, saat meletus Gerakan 30 September, dia mengambil alih pimpinan angkatan darat.
Pada Maret 1966, Soeharto disebutkan menerima Surat Perintah 11 Maret dari Presiden Soekarno. Karena situasi politik yang kian buruk, sidang istimewa MPRS pada Maret 1967 menunjuknya sebagai Pejabat Presiden.
Pada Maret 1968 barulah dia resmi menjadi Presiden ke-2 RI. Lalu 32 tahun kemudian, 21 Mei 1998, Soeharto mengundurkan diri.
Saat itu Indonesia dilanda krisis ekonomi sejak pertengahan 1997. Kekecewaaan dan kemarahan rakyat pada pemerintah memuncak.
Advertisement
Soeharto menyerah setelah demonstrasi, kerusuhan, tekanan politik, dan militer, serta berpuncak pada pendudukan gedung DPR/MPR. BJ Habibie yang kala itu duduk sebagai Wakil Presiden pun naik jabatan untuk menggantikannya.